05

866 80 4
                                    

Setelah apa yang Ran lihat, Ran tak tinggal diam. Ran menyuruh tiga anak buahnya untuk memastikan.

Bahkan Saking terkejutnya Sanzu tentang apa yang dia lihat di restoran, Sanzu jadi keceplosan memberitahu Mikey, Takeomi dan rekan lainnya.

Padahal Ran sudah bilang, jangan dulu memberitahu ke lainnya.

Tapi, nasi sudah jadi bubur.

Mau tidak mau, Ran pun menjelaskan apa yang terjadi.

"Apa mimpi mu kemarin ada kaitannya dengan yang kau lihat tadi Ran.."Ucap Takeomi

Mereka diam.

Benar, mimpi soal anak kecil yang mirip dengan Ran.

"Aniki..."

Kakucho pun menyahut,"Bisa saja, yang kau mimpikan waktu itu adalah jawaban yang selama ini menganggu pikiran mu, Ran.."

Ran menatap Kakucho intens.

"Meski kau tak mengatakan apapun, kami tau Ran.."Ucap Kakucho,"Karna selama ini kau memikirkan soal itu kan, apalagi kau dulu sudah pernah bercerita, bahwa kau sudah menyentuh y/n.."

Baru saja Ran akan membuka bibir nya, satu anak buah berlari panik memasuki ruang utama.

"Bos !"

"Bagaimana ?"Tanya Ran

Anak buahnya meletakkan amplop cokelat berukuran besar berisi dua lembar kertas, hasil dari dokter dan beberapa lembar foto ketika y/n baru saja melahirkan dan foto Ren saat masih bayi.

Ran langsung membuka amplop itu, bisa mereka lihat dari raut Ran.

Mereka sudah bisa menebak.

"Aniki..."

"Jadi, itu benar ?"Tanya Mochi,"Dia benar-benar anak mu, Ran ?"

Rindou pun merogoh amplop itu, mengeluarkan beberapa foto y/n yang terbaring di brankar pasien, menggendong Ren yang baru saja dilahirkan dan beberapa foto Ren.

Siapapun di ruang itu ikut melihat foto-foto berserakan di meja.

Ran tak bisa menahan amarahnya, dua lembar kertas, hasil dari dokter di tangannya, Ran remas begitu kuat.

"Aku tidak akan tinggal diam lagi.."

***

"Ran !!!"Y/n berontak, pergelangan tangannya di genggam erat, dia di tarik paksa oleh Ran untuk masuk ke dalam mobil.

Ran pun mengendarai mobilnya dalam kecepatan penuh.Y/n jadi takut sendiri.

"Kau gila Ran ?!!!"Bentaknya,"Dimana Ren ?!!!"

"DIAM !!"Bentak Ran

Y/n pun terdiam, dia kaget dengan bentakan Ran. Ran jadi merasa sangat bersalah.

"Maaf, aku tidak bermaksud.."Ucap nya,"Ren aman, jadi, tenang saja, sekarang urusan ku dengan mu dulu..."

Meski begitu, Ran berusaha mengontrol emosi.

***

[ Mansion Bonten ]

Sementara itu, Ren ada di mansion Bonten sekarang. Tepatnya di ruang utama bersama Bonten.

Dari tadi Ren lari kesana-kemari dengan senang, melihat barang-barang di ruangan itu karna rasa penasarannya.

Sedangkan Bonten duduk diam di sofa.

Hingga, Ren kembali menghampiri Bonten, dan pandangannya pada katana milik Sanzu di bawah sofa.

Ren menunjuk katana itu,"Paman, apa ini ?"

"Itu katana.."Balas Sanzu

"Ini asli ?"

"Menurutmu ?"Sahut Sanzu.

Jutek sekali.

Tapi, Ren tidak ambil pusing. Dia sudah biasa menghadapi kejutekan Sanzu padanya.

"Boleh pegang ?"

Rindou pun membalas,"Tidak boleh !"

"Kenapa ?"

"Bahaya, Ren.."Ucap Rindou

Ren menatap pamannya dengan merengut,"Tapi, Ren mau coba pegang..."

Rindou menghela nafas pelan.

"Sini.."Titah Rindou pada keponakannya.

Ren menghampiri pamannya, Rindou langsung mendudukkan Ren di pangkuannya.

"Sanzu, bawa katana mu kemari !"

"Hah ?!"Kesal Sanzu

"Sudahlah, sebentar saja !"

Sanzu yang kesal tetap menurut saja, dia menghampiri Rindou yang memangku Ren sembari membawa katana nya.

Lalu, duduk di sisi kiri Rindou.

Sedangkan Rindou sudah membuka katana itu dan atas izin Rindou, Ren boleh menyentuhnya.

"Ini namanya katana, seperti yang di bilang paman Sanzu padamu.."Kata Rindou pada keponakannya.

Ren mengangguk paham.

"Kalau paman Rindou ?"Tanya Ren

Rindou menutup katana lalu mengembalikannya pada Sanzu, setelah itu Rindou mengambil pistol di saku jasnya.

"Paman pakai ini..."

Ren mengambil pistol itu di tangan Rindou,"Berat.."

"Tentu saja berat, Ren kan masih kecil, kalau sudah besar baru bisa memakainya.."Tutur Rindou lembut pada keponakannya.

Bisa mereka lihat perubahan sikap Rindou sekarang, perubahan sikap Rindou yang acuh tak acuh, menjadi begitu lembut ketika berbicara dengan Ren.

"Kalau..papa ?"

"Papa mu juga seperti paman, pakai pistol..."Balas Rindou

Ren mengangguk paham, meski sebenarnya Ren tak begitu paham, pekerjaan mereka ini.

"Ketika Ren sudah besar, pasti mengerti..."

Dengan tatapan menggemaskannya, Ren menatap Rindou,"Kalau sekarang, Ren tidak boleh, paman ?"

"Maka paman akan di hajar papa mu nanti.."Balas Rindou,"Lagipula, Ren memang masih terlalu kecil untuk mengerti.."

"Iya paman.."

***

#TBC











UR : HAITANI RAN X READERWhere stories live. Discover now