Jian masih berada di belakang meja kasir, menatap wajah sahabatnya yang hampir dua bulan tidak ia temui dengan wajah tak kalah berseri. Tatapannya memang selalu seperti itu, baginya Gemma seperti musim semi—hangat dan selalu terlihat seperti bunga mekar.

"Tepat waktu, kan?" Gemma menghampiri Jian, tak ada sama sekali wajah lelah yang menghiasi wajahnya meskipun polesan make-upnya sudah mulai luntur.

"Kau bilang bersama teman—oh, atasanmu," Jian buru-buru meralat akhir kalimatnya.

"Masih diluar, sedang menerima telepon. Buatkan aku frocen mocha dan hot americano," Gemma bicara sambil fokus membaca menu yang terpampang jelas di dinding belakang Jian.

"Oke," Jian mengangguk lalu menyentuh pilihan menu di layar mesin kasir, menunggu struk dan stiker bertuliskan pesanan keluar dari mesin cetak.

"Berapa totalnya?" Gemma meraih tas kulit yang tergantung di bahunya dan cepat-cepat mengambil kartu berwarna biru muda di dalam dompetnya.

"Gratis untuk pelanggan yang baru datang pertama kali," Jian bicara dengan begitu bangganya.

"Promo itu berlaku saat coffe shop ini baru dibuka tiga bulan yang lalu. Aku tahu melebihi apa yang kau tahu tentang tugasmu," Gemma menaruh kartu debitnya di meja dan menyodorkannya pada Jian.

"Masih tetap berlaku khusus untukmu," Jian balik menyodorkan kartu debit milik Gemma.

"Aku bahkan memesan dua gelas sekaligus, bukankah—"

"Pilih tempat sesukamu, aku akan mengantarkan pesananmu," Jian memutus sambil berbalik menuju meja peracik kopi.

Gemma memutar kedua bola matanya lalu pergi menuju meja yang tak jauh dari meja kasir. Gadis itu menatap punggung sahabatnya dalam diam lalu melirik ke arah pintu memastikan apakah atasannya masih berkutat dengan ponselnya.

Selama tiga bulan berjalan, Orion belum begitu memiliki banyak pengunjung. Mereka hanya memiliki dua staff yang berjaga dari pukul 10 pagi sampai 8 malam—selama 6 hari dalam seminggu. Tidak berat untuk Jian, pekerjaannya tidak begitu melelahkan dan gajinya cukup untuk menanggung hidupnya.

Jian membawa nampan berisi 2 cup kopi dan satu mangkuk berisi kukis cokelat untuk Gemma. Pemuda itu lalu duduk di seberang sahabatnya, memanfaatkan situasi coffee shop yang kini hanya memiliki 4 pengunjung termasuk Gemma.

"Maaf baru bisa memenuhi undanganmu untuk datang kesini, aku sibuk tiga bulan terakhir ini," Gemma bicara setelah Jian selesai menata pesanan diatas mejanya.

"Aku mengerti, kau memang sesibuk itu setelah naik jabatan" Jian bersandar di kursinya, sesekali menoleh ke arah Nathan—khawatir keponakan dari pemilik Orion membutuhkan bantuan.

Sebelum Gemma menjawab, atensinya beralih pada pintu utama Orion yang terbuka, memperhatikan seorang pemuda yang baru saja masuk—memakai setelan kemeja putih yang lengannya tergulung sesiku dan celana slim hitam yang pas di kaki jenjangnya.

Hanya butuh persekian detik, mata pemuda itu langsung menangkap seseorang yang ia cari.

"Alan," Gemma melambaikan satu tangannya, meminta seorang pemuda yang baru saja masuk itu untuk menghampirinya.

Pemuda yang bernama Alan itu mengangguk kecil, dia melangkah dengan tatapan dingin seolah-olah memperkuat karakter wajahnya yang tampan.

Sangat tampan.

Alan memiliki rambut hitam yang tertata rapih bak ceo muda, alis tebal dengan bentuk mata, hidung, bibir sempurna serta kulit seputih susu yang terlihat tanpa pori-pori. Tubuhnya juga tinggi dengan postur yang berisi namun tetap terlihat ramping dan terawat.

Middle Name | JAEWOO [END]Where stories live. Discover now