——
Orion sore ini terlihat ramai, Coffee shop sederhana dengan interior minimalis itu berhasil menarik para pengunjung yang ingin menikmati secangkir kopi dan kukis cokelat andalannya. Pertokoan satu lantai ini semula adalah toko roti dan tiga bulan yang lalu, sang pemilik mengubahnya menjadi coffee shop bernama Orion.
Jian dan Nathan nampak sibuk sejak pagi, mereka berdua saling berbagi tugas untuk melayani pengunjung. Jian si pemuda tampan dengan fitur wajah indahnya kini tengah fokus memasukkan portafilter ke dalam mesin kopi, mengalirkan air panas lalu menadahkan hasil kopi di sebuah cangkir yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Ditengah-tengah kegiatannya ponselnya bergetar, Jian mengambil benda pipih itu dari kantung celananya kemudian Nathan si—pemuda berwajah manis, dengan berbaik hati berinisiatif untuk mengambil alih tugas Jian agar leluasa menjawab panggilan teleponnya.
Nama Gemma muncul di layar ponsel Jian, seorang gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak ia kecil. Jian berpikir panggilannya kali ini cukup penting karena gadis itu tidak biasa menghubunginya disaat jam kerja.
"Aku sedang sibuk, kau ingin bicara apa?" Jian bicara sambil berjalan menjauh dari meja kasir.
"Aku akan mampir ke coffee shop-mu," kata gadis itu dengan nada ceria.
"Tempat kerjaku?" Jian meralat. Orion tentu saja bukan coffee shop miliknya—tapi milik Nathan dan keluarganya.
"Ya, tempat kerjamu. Aku menganggapnya sebagai coffee shop-mu," gadis itu tertawa diikuti oleh Jian.
"Kapan?" Tanya Jian yang kini berjalan mundur menuju ruang stok sambil memperhatikan Nathan yang kini tengah melayani seorang pengunjung.
Ada jeda sejenak, Jian bisa mendengar Gemma sedang mengetik sesuatu di komputernya. "Setelah jam kantor, pukul tujuh atau mungkin delapan."
"Hmm," Jian hanya menggumam sambil mendorong pintu ruang stok dengan punggungnya lalu berjalan menuju lemari penyimpanan.
"Aku bersama temanku," suara Gemma kini bersahutan dengan suara klik mouse.
"Hmm," Jian bergumam lagi sambil menarik kantung coklat berisi biji kopi dari lemari penyimpanan lalu membuka dan mulai menimbang untuk dibagi menjadi beberapa bagian.
"Kau mendengarku?"
"Temanmu—yang berambut pirang?" Jian menimbang-nimbang. Dia masih ingat kala Gemma mengenalkan teman kuliahnya—gadis pirang bertubuh mungil dan berwajah cantik. Jian sama sekali tidak mengingat siapa namanya.
"Bukan," Gemma mendengus.
"Siapa?" Jian hanya berbasa-basi, pemuda itu sebenarnya tidak penasaran sama sekali.
"Kau tidak mengenalnya. Sebenarnya dia rekan kerjaku," Gemma terdengar kembali mengetik.
"Oke."
"Hanya itu responmu?"
"Aku harus bagaimana?" Jian tertawa sekilas kemudian membungkus kembali sisa biji kopi kedalam kantung cokelat dan memasukannya kembali kedalam lemari kaca.
"Sekedar informasi, aku mengajak seorang atasanku," ada helaan nafas di akhir kalimat Gemma. Entah karena pekerjaannya atau entah karena ia menyinggung soal atasannya.
"Jangan khawatir, aku akan menyambutnya dengan baik," Jian lagi-lagi terkekeh bersamaan dengan tawa renyah Gemma.
"Sampai nanti," Gemma kemudian menutup sambungan telepon, membiarkan Jian kembali melanjutkan pekerjaannya.
—
Sesuai janjinya Gemma datang tepat pukul delapan malam. Gadis berambut hitam panjang sebahu yang masih menggunakan blouse kantornya itu datang dengan wajah sumringah ketika tatapan matanya dengan Jian bertemu.
YOU ARE READING
Middle Name | JAEWOO [END]
Fanfiction"Untuk sementara jangan beritahu Gemma jika kita tinggal bersama" - Jian (Jungwoo) "Tolong pergi dulu kemana saja, aku dan Aster akan tiba di apartemen 10 menit lagi" - Alan (Jaehyun)
![Middle Name | JAEWOO [END]](https://img.wattpad.com/cover/364023965-64-k1257.jpg)