Melihat keruangan Alena lagi, Mahesa di buat kesal melihat kaca yang sekarang sudah ditutup sehingga Mahesa tidak bisa melihat Alena lagi dari dalam ruangannya.

Mengingat cctv juga tidak ada di dalam ruangan Alena membuat Mahesa tambah kesal dan tanpa sengaja Mahesa menekan nomor Alena yang dari tadi sudah di tampilkan di layar telponnya.

Mahesa yang masih melihat keruangan Alena tidak sadar kalau telponya sudah tersambung ke nomor Alena.

"Halo pak, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Alena di telpon ragu-ragu karena tidak biasanya Mahesa akan menghubunginya di perusahaan jam segini.

Tidak ada sahutan dari si penelpon buat Alena semakin heran. "Pak." Panggil Alena yang masih tidak ada sahutan dia dengar.

Mahesa yang tiba-tiba mendengar suara Alena, langsung melihat sekeliling ruangannya.

"Gak mungkin saya berhalusinasi." Ucap Mahesa yang masih di dengar Alena. "Kenapa tiba-tiba mendengar suara Alena." Lanjut Mahesa melihat sekeliling ruangannya tidak melihat Alena.

"Bapak kenapa?" Tanya Alena yang heran mendengar ucapan Mahesa di telpon yang tidak ada sahutan. "Kenapa bapak menghubungi saya?" Lanjut Alena.

Mendengar kata menghubungi dari Alena, Mahesa langsung melihat ke arah telponya yang di pegang ternyata sudah tersambung menampilkan nama Alena.

"Hmm..." Dehem Mahesa berusaha santai, padahal juga kaget melihat nama Alena di layar telponnya. "Tolong buatkan saya kopi." Lanjut Mahesa yang tidak tahu harus alasan apa ke Alena.

"Bapak yakin, mau minum kopi sekarang?" Tanya Alena ragu-ragu melihat jam sekarang bukan waktunya Mahesa minum kopi.

"Jangan banyak tanya." Ucap Mahesa. yang langsung mematikan telponya takut Alena akan banyak tanya.

Sedangkan Alena di dalam ruangannya, masih melihat kearah layar telponnya yang sudah menghitam.

Keluar dari ruangannya Alena langsung pergi menuju pantry membutakan Mahesa kopi dan Alena juga tidak ambil pusing dengan sikap Mahesa yang sering berubah-ubah.

Saat Alena mau masuk ke ruangan Mahesa, Alena juga bertemu dengan Gino dan juga ada seorang laki-laki di sampingnya yang juga mau masuk ke ruangan Mahesa.

"Pagi pak." Sapa Alena tersenyum melihat ke arah Gino dan laki-laki tersebut. "Bapak mau ke ruangan pak Mahesa." Lanjut Alena.

"Iya, kopinya buat pak Mahesa?" Tanya Gino tanpa sadar juga melihat ke arah jam di tangannya. "Bukannya sekarang belum waktunya bos minum kopi?" Lanjut Gino yang masih mengingat jam kebiasaan Mahesa minum kopi.

"Saya juga gak tahu pak, mungin sekarang jadwal minum kopinya pak Mahesa sudah berubah setelah pulang perjalanan bisnis." Jelas Alena bercanda.

"Uhuk..."

Merasa di abaikan oleh Gino, Alden sengaja batuk, untuk mengingatkan Gino kalau masih ada dia di sampingnya. Dia ingin Gino juga mengenalkan dia ke perempuan di depannya.

Alden sengaja datang hari ini ke perusahaan Mahesa, dia penasaran ingin melihat seperti apa perempuan yang bisa di sentuh oleh Mahesa.

Mahesa yang dia kenal tidak pernah menyentuh perempuan termasuk mamanya sendiri, tiba-tiba bisa bersentuhan dengan perempuan  membuatnya menjadi penasaran, apalagi temanya itu terus memaksanya untuk segera menemuinya ke Indonesia.

Melihat cewek cantik di depannya, membuat Alden sudah menduga inilah perempuan yang membuat temannya itu mengatasi traumanya.

"Biar saya aja yang bawah kopinya ke ruangan pak Mahesa." Ucap Gino tanpa ada niatan memperkenalkan Alden ke Alena.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang