3 - Alamak, Aku di-Bully

1 0 0
                                    

Tawaran diantar cukup menggiurkan. Tapi Aku ragu menerimanya. Kami baru kenal hari ini. Takut ia bersikap berbahaya, namun jika di antar juga dapat menghemat tenaga dan waktu serta tidak lelah.

"Bagaimana, na? Atau jangan-jangan kamu sudah punya kendaraan sendiri?"

"Hmm.. baiklah. Aku setuju di antar" akhirnya aku sepakat di antar.

🔹🔹🔹

Motor matic hitam berjalan meninggalkan parkiran fakultas. Aku sudah duduk manis di belakang si pengendara sambil memegang behel motor.

"Tinggal Kamu di daerah mana?"

Aku menyebut nama jalan

"Kamu kos atau tinggal sama orang tua?"

"Kost"

"Berarti bukan orang kota ini?"

"Iya"

Aku melihatnya menganggukkan kepala. Helmnya bergerak naik turun.

"Sudah berapa lama lulus kuliah?"

"Sudah enam bulan lulus"

"Kalau jadi asdos sudah berapa lama?"

"Semenjak aku semester tujuh"

"Wah, cukup lama ya. Kalau kerja di bidang lain gimana? Gak tertarik?"

"Gak juga. Hanya saja aku punya tujuan yang lain dan sejalan dengan pekerjaan ku saat ini"

"Dimana kost-mu, na?"

"Turunkan di sana saja!" Aku mengarahkan pada masjid. "Tolong dimaklumi, aku tak mau suatu saat jadi rumor yang tidak enak di dengar"

Ia menghentikan motor nya di depan gerbang masjid.

"Terimakasih sudah mengantar"

"Iyaa" ia hanya berdiam diri. Tak ingin beranjak dari sana. Seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan namun masih ragu-ragu.

"Pulanglah dulu! Mohon dimaklumi, sebab aku ingin menjaga privasi tempat tinggalku"

Ia mengangguk pelan.

"Hmmm.. boleh aku tahu nomor hp mu? Kita saat ini rekan kerja. Boleh jadi aku membutuhkanmu dan ingin menghubungimu tapi tidak tahu nomor hp mu"

"Ah tentu boleh"

🔹🔹🔹

Seminggu lagi semester baru di mulai. Segala persiapan semester sudah mulai rampung. Sistem perkuliahan daring dan luring sudah ready, bahan ajar seperti ppt, buku, dan metode pembelajaran sudah kami bahas dan sedikit lagi selesai. Mahasiswa bimbingan akademik dan skripsi mulai satu dua kembali ke kampus walaupun sebenarnya liburan semester bapak tetap membuka bimbingan, ya hanya saja pasti ada mahasiswa yang malas mengurus skripsi dimasa libur.

Hari ini ruang prodi menjadi padat. Dosen akan melakukan rapat persiapan semester baru. Aku sudah berada dalam ruangan delapan kali lima meter. Duduk manis sambil mengunyah Snack pada salah satu kursi.

Sesuai perjanjian rapat akan dimulai pada pukul 08.30. dan dosen baru hadir sekitar 17 dari 23 dosen dan ditambah enam asdos termasuk aku. Kini sudah pukul 08.15, ada lima belas menit lagi sebelum rapat dimulai.

Satu Snack sudah masuk ke dalam lambung, kini giliran sepotong roti bolu yang di bungkus plastik untuk masuk kedalam lambungku.

"Ana!" Seseorang menyapaku. Beliau pak Rudi, dosen ekonometrika

"Iya pak?" Susah payah aku menelan roti.

"Tampaknya kamu kelaparan sekali" sindirnya "ini makan punya saya!" Ia tertawa kecil di belakang kalimatnya.

Aku tau ia hanya bercanda. Aku hanya tersenyum dan menolak tawarannya.

"Ini terima. Setelah di terima, bulan depan jadi asdos saya ya?!"

"Mana mau ana pindah, pak. sekarang ada si Azhar jadi temannya" sahut buk Novy.

"Teman apa itu, teman atau 'teman'?" Tanya buk Lani.

"Azhar keberatan kalau ana jadi asdos saya?" Bukannya nanya ke pak Ali, pak Rudi malah nanya ke kak Azhar yang duduk tak jauh darinya.

Yang di tanya malah tertawa kecil saja.

"Si Azhar juga keberatan kayaknya pak. Sudah nyaman dengan Ana" buk Novy lagi-lagi menggoda

Beberapa dosen hanya menikmati nya termasuk pak Ali sendiri. Tak ada niat menolong kami.

Alamak, kenapa aku yang jadi bahan Bulian mereka.

"Kamu sudah punya pacar, na?" Bapak kaprodi malah bertanya menambah bahan bakar pembicaraan saja.

"Pacaran haram, pak. Berdosa saya" jawabku diplomatis.

"Uhuyyy,, si Ana mau di nikahkan saja itu, Azhar. Tidak terima pacar-pacaran" ah elah aku salah jawab.

Tuhan, selamat kan hamba-Mu ini

🔹🔹🔹🔹

Gimana

Next????

Penasaran dengan cerita selanjutnya?.

Silahkan baca di karyakarsa. Dengan judul yang sama.

"Kala Kita Bersua"Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon