5 - Tri Dharma Perguruan Tinggi

1 0 0
                                    

Kami -aku dan kak Azhar- sudah duduk di dalam ruang pak Ali. Menunggu beliau merokok dua atau tiga batang sambil mengobrol dengan petugas kebersihan. Kenapa aku bisa tau? Karena memang kebiasaan beliau seperti itu. Sering dulu waktu bimbingan skripsi, bapak mematik rokok di depan kami sambil menjelaskan ini itu perihal revisi skripsi kami. Ruangan tiga kali tiga meter ini jadi bau rokok. Beliau perokok aktif yang aktif sangat. Mungkin sehari satu kotak rokok. Bisa jadi.

Aku dan kak Azhar sudah paham kebiasaan beliau. Dan kami lebih memilih mengobrol untuk mengusir rasa bosan.

"Kamu ikut kegiatan Hima akhir pekan besok?" Tanya kak Azhar. Namun matanya tak lepas dari laptop di depannya.

"Tidak" aku menggeleng "aku tak suka acara begituan yang ujung-ujungnya suruh Junior tunduk dan hormat pada senior. Malas ah. Lagi pula yang hadir paling orangnya yang itu-itu juga. Emang kak Azhar mau hadir?"

"Rencananya iya. Sudah hampir lima tahun aku tak ikut kumpul alumni. Apalagi sudah kembali ke kampus. Ingin menjalin silaturahmi kembali"

Aku menutup mulut yang menguap. "Kak Azhar dulu ikut Hima?"

"iya"

"Jabatannya apa?"

"Pernah jadi ketua umum"

"Sungkem sepuh" aku menangkupkan tangan di depan muka.

Ia tertawa kecil. "Kamu gak masuk hima?"

"Aku masuk BEM. Gak level sekelas Hima" tangan kananku dikibaskan pada sisi kanan kepala. Berlaku sombong.

"BEM fakultas, BEM universitas?"

"Keduanya"

"Jabatannya?"

"Ops, jangan salah. Aku di BEM fakultas jadi kepala departemen, di BEM universitas jadi sekretaris jenderal" lagi-lagi aku sedikit sombong.

"Wah, sungkem sepuh" giliran kak Azhar yang menangkupkan tangan di depan muka.

Aku bukan tertawa sepertinya tadi tapi malah berlaku seolah memberikan berkat. Dia yang malah tertawa riang.

Kemudian kami diam sejenak. Kak Azhar kembali fokus pada laptopnya.

Aku memanjangkan leher untuk mengintip "lihat apa sih dari tadi?"

"Tak ada, hanya cari-cari informasi terkait studi doktoral"

"Baru lulus S2 sudah mau lanjut S3?" Aku terkejut.

"Gak sekarang juga sih"

"Kak Azhar memang suka belajar, ya?!"

"Bukankah Rasulullah pernah berkata. Sungguh para malaikat membentangkan sayapnya karena sebagai tanda ridha terhadap penuntut ilmu. Dan aku juga merasa bahwa semakin aku menuntut ilmu aku merasa aku tidak ada apa-apanya di muka bumi ini. Sungguh aku merasa kecil di bandingkan bumi dan seisinya. Allah maha mengetahui apa yang tidak kita ketahui"

"Aku juga berniat melanjutkan studi magisterku" kataku lirih teramat lirih hingga membuat kak Azhar melirik kearahku dan kami saling menatap beberapa saat sebelum pak Ali datang.

"Maaf bapak lama" bapak masuk dengan senyum ramahnya. Sehingga kita enggan marah terhadap beliau.

Beliau duduk pada salah satu kursi di sisi berlawanan dengan kami. Kini kami tengah duduk berhadap-hadapan. Wajah beliau mulai berubah serius.

"Mungkin sekitar tiga Minggu atau sebulan lagi, akan ada pengabdian sekaligus penelitian desa nelayan di daerah pesisir. Bapak mungkin tidak sanggup melakukan perjalanan jauh dengan mobil selama empat hingga lima jam. Jadi bapak mohon pada kalian untuk menggantikan bapak sekaligus sebagai perwakilan. Nama kalian sudah bapak serahkan pada kaprodi. Mungkin dua sampai empat hari kalian akan di hubungi sekretaris prodi. jadi jangan kaget seandainya nama kalian di panggil ke ruangan prodi. Kalian tidak keberatan, bukan?" Tanya pak Ali menatap kami secara bergiliran.

Kami menggeleng. Tanda tidak keberatan akan tugasnya.

Sebenarnya ini bukan satu dua kali aku mengikuti perjalanan jauh untuk penelitian atau pengabdian sebagai perwakilan bapak, jadi tidak terlalu terkejut. Dan sudah agak santai. Namun berbeda dengan kak Azhar, bisa jadi ini hal pertamanya. Saat ku lirik, ia seperti nya sudah siap dari dulu. Sebab kami sudah tahu semenjak jadi mahasiswa ada tridharma perguruan tinggi yang harus kami emban, contohnya KKN dan skripsi kedua itu masuk kedalam tridharma perguruan tinggi. Apalagi menjadi dosen. Seorang pendidik sudah semestinya melaksanakan tridharma perguruan tinggi ini.

"Lalu, untuk anggarannya sendiri prodi sudah mengcovernya. Kalian hanya mengikuti aturan saja. Di sana kalian hanya tiga hari dan tidak berdua saja. Pengabdian dan penelitian kali ini diamanahkan kepada lima dosen, namun ada dua dosen senior, termasuk bapak dan satu lagi buk karmina, beliau juga mewakilkannya kepada asisten dosen, si lusi. Kamu akrab dengannya, na?"

"Tidak terlalu pak. Dia senior satu tingkat diatas saya. Namun kami sudah sering beririsan dahulu semasa pelatihan menjadi asdos dan sering berdiskusi. Dia termasuk rekan yang asik kalau diajak bekerjasama."

"Bagus" bapak menepuk pelan meja dihadapannya. "Kemudian, tiga dosen lainnya itu buk Novy, pak Rudi dan buk Rani" tiga dosen disebut pak Ali, aku meringis mengetahuinya. Pak Ali pun tersenyum kecut. Paham bahwa aku akan sering di ganggu oleh dua dosen jahil.

"Mohon bersabar ya na" pak Ali mencoba memberikan ketabahan.

"Selanjutnya, mobil yang akan di kendarai mungkin satu mobil pak Rudi satu lagi mobil bapak. Kamu bisa bawa mobil Azhar?"

"Bisa pak!" Jawabnya

"Okey, mungkin itu saja. Selebihnya akan dibahas lagi setelah keputusan dari prodi dan tanggal kepastian berangkatnya keluar"

🔹🔹🔹

Gimana

Next????

Penasaran dengan cerita selanjutnya?.

Jika tak sabar menunggu hingga minggu depan, Silahkan baca di karyakarsa. Dengan judul yang sama.

"Kala Kita Bersua"Where stories live. Discover now