CHAPTER 4 The Soldier: Astro

4 1 0
                                    

Morgan terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan kiri digantung dan satu mata diperban. Pemuda itu menatap langit biru yang tampak dari jendela.

Seseorang membuka pintu. Morgan melirik.

"Selamat pagi, Kawan!" Martin meletakkan bingkisan berisi buah ke atas nakas, lalu menjabat tangan Morgan. "Senang bisa melihatmu lagi." Ia lantas menunjuk bingkisan itu dengan ibu jari. "Belimbing, dikirim langsung dari Asia. Jika kau memotongnya, kau akan mendapat bintang-bintang." Ia menyeringai.

"Jangan bilang itu dari Vietnam Utara." Morgan terbahak.

"Oh, wow ...." Martin terperangah melihat gigi-gigi Morgan yang tanggal.

Morgan tertawa. "Aku berduel dengan komandan rogue, Kawan!" Ia berkata bangga dengan suaranya yang serak dan tidak begitu jelas.

"Pantas saja tidak ada kabar darimu untuk Underwolf selama beberapa hari. Syukurlah kau masih hidup—dan waras." Martin menarik kursi dan duduk di samping warrior yang setahun lebih tua darinya itu. "Aku turut berduka cita atas gugurnya ayahmu di perang itu." Tangannya memegang lutut.

Morgan bergeming tanpa ekspresi. "Itu hal biasa dalam perang." Iris keabuannya mengerling ke langit-langit. "Apa ayahmu sudah kembali ke LMP?"

"Entah." Martin mengangkat bahu.

"Bagaimana dengan Thompson?"

"Untuk ukuran gamma ad interim, dia lumayan. Dia dikabarkan mempunyai buku hitam berisi daftar koruptor di LMA³. Aku juga dengar Alexander tengah ambisius mengejar posisi di SC." Martin lantas mencondongkan diri ke Morgan dan salah satu sikunya bertumpu ke kaki. "Konferensi U5 tinggal beberapa hari lagi, tapi kondisimu belum sepenuhnya membaik. Bagaimana jika aku tawarkan bantuan untuk dirawat di Royal Pack? Atau di rumah sakit di teritori manusia?" katanya bersuara rendah.

Morgan mengembuskan napas, kemudian menjawab, "Aku menetap di sini saja. Lagi pula, bukannya tugasku di medan perang?"

"Benar juga. Tapi, Morgan ...." Martin mengernyit. "Oh, aku tahu ...." Ia menyeringai jahil. "Kau betah di sini ... karena kau menaksir seorang perawat, ya?"

Morgan melotot. "Sial. Tidak—aku—"

Martin terbahak. "Kau ternyata bisa jatuh cinta?"

"Besok aku akan dioperasi, bodoh!" seru Morgan agak tertahan.

Tawa Martin mereda di ruangan itu.

Morgan kembali menatap langit-langit. "Invasi ini mengingatkanku pada Invasi '55 dulu. Tapi kali ini mereka lebih terorganisir, bahkan mereka memiliki operator selevel Nikolai Volkov dan kamp dan mampu merebut simpati sebagian rakyat RMP yang mendukung Ferrari. Aku sangat yakin mereka didukung pihak lain, entah itu pack lain, atau Alpha Rex sendiri."

Martin mengatupkan bibir, lalu bertanya, "Apa yang membuatmu berpikir demikian?"

"Neoimperialisme." Morgan menjawab mantap. Ia memandang kawannya. "Alpha Rex, sekarang dia hanyalah pemimpin organisasi yang selalu menjadi penengah di setiap masalah pack satu dengan pack lain. Dia pasti merindukan masa-masa dia masih berkuasa penuh atas seluruh pack manusia serigala di seluruh Amerika dan Eropa. Dia muak. Jadi, dia diam-diam menjadi dalang kekacauan RMP dan bekerja sama dengan Alessandro Ferrari dan para rogue, membiayai mereka, lantas memerintahkan mereka mengacaukan RMP. Penyerangan besar itu ... itu memang sengaja digagalkan oleh para rogue sendiri supaya RMP menang dan 'dikuasai' U5. Apakah kau sudah membaca headline hari ini? Alpha Rex akan menentukan penerus alpha Red Moon Pack di konferensi darurat U5 yang dijadwalkan akan dilaksanakan dua hari lagi. Dengar baik-baik, Alpha Rex akan menentukan siapa alpha RMP selanjutnya, itu berarti dia akan menyusupkan orangnya ke RMP, dan pada akhirnya, RMP akan menjadi boneka yang bisa dia kendalikan lewat orangnya—si alpha baru RMP," jelas Morgan dengan suara yang nyaris tidak jelas.

Martin menurunkan bahu, lantas menepuk jidat seraya tergelak-gelak.

"Kenapa kau tertawa?" Satu mata Morgan mendelik.

"Kawanku .... Jika para rogue itu sengaja menggagalkan serangan besar mereka, mengapa mereka mau susah-susah meneruskan usaha mengadu rakyat RMP yang memang tadinya sedang perang saudara—seperti Vietnam saat ini?" Martin memegangi perut, masih terbahak. "Sepertinya jenderal rogue itu memukul kepalamu terlalu keras."

"Aku tidak sinting, Martin!" Morgan mencoba bangkit, sekejap ia mengerang dan memegangi dada. Martin terbelalak dan segera membaringkan Morgan.

"Maaf." Martin berkata penuh penyesalan.

Morgan meringis-ringis.

"Aku rasa aku harus pergi." Martin berdiri. "Lekas sembuh, Kawan. Orang-orang sudah menantimu menjadi gamma selanjutnya dari Light Moon Pack, begitu juga aku." Ia tersenyum seraya mengulur tangan. "Kau tahu, kau terlalu cerewet untuk seorang prajurit yang baru pulang setelah melihat pertumpahan darah."

Morgan (berusaha) tertawa.

Keduanya berjabat erat.

"Aku adalah seorang prajurit. Pertempuran dan perang adalah bagian dari diriku." Morgan menyeringai—sekaligus meringis menahan nyeri. "Omong-omong, terima kasih, Martin."

Martin tersenyum lebar. "Sampai jumpa." Ia pergi.

Pintu ditutup. Tersisa Morgan di ruangan itu.

Morgan menoleh ke jendela. Pikirannya kembali ke peristiwa belasan hari lalu. Setelah ia berhasil mengalahkan seorang komandan rogue, ia terkapar dengan kondisi kelewat babak belur dan penuh darah. Suasana petang hari saat itu menambahkan kesuraman ibu kota Red Moon Pack yang jalanannya bergelimpangan mayat. Sejurus kemudian, lolongan kemenangan menggema dan beberapa orang mendekat ke Morgan yang sudah menutup mata. Gelap, tetapi Morgan masih bisa mendengar beberapa orang menghampirinya dan salah satu dari mereka berteriak-teriak memanggil tim medis disusul suara lolongan lain, sebelum Morgan tiba-tiba tidak mendengar apa-apa lagi.

"Morgan. Morgan? Bisakah kau mendengarku?"

Itu suara Frank.

Perlahan, Morgan membuka mata. Meski pandangan sebelah kirinya kabur parah, ia dapat melihat empat orang mengelilinginya di suatu ruangan serba putih.

Frank mengangkat tangannya yang berkeringat dari dada Morgan. Ia mengembuskan napas dan tersenyum lega. "Akhirnya ...." Ia mengusap dahinya yang berkeringat menggunakan punggung tangan. Tiga orang selain Frank mulai sibuk menyiapkan peralatan.

Morgan mengernyit dan merintih pelan merasakan nyeri di sekujur tubuh. Pandangannya tertuju ke seorang perawat yang kemudian berdiri di samping Frank seraya memegang baskom besi. Wanita yang agak tinggi dari Frank itu melempar senyum hangat, lantas dengan suaranya yang lembut ia berkata, "Selamat datang kembali ke Light Moon Pack, Warrior Stellar."

Morgan terbengong-bengong. Entah mengapa, seluruh rasa nyeri itu seketika hilang—lantas Morgan kembali tak sadarkan diri.

Morgan tersenyum-senyum sendiri mengingat itu.

Martin tidak sepenuhnya salah.

___________________

 ³Light Moon Army, angkatan militer Light Moon Pack.

DIE STERNE: UNDERWOLFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang