Sunday Morning

8.9K 159 1
                                    

Sudah beberapa hari ini Natasha di rumah dan masih belum siap untuk bersekolah. Masih ada rasa takut dan segala macam kekhawatiran di benaknya. Orang tua Natasha dan Sean sepakat untuk membantu Natasha supaya kepercayaan dirinya juga bangkit kembali.

Di Hari Minggu pagi yang cerah ini, Sean mengajak Natasha ke Alun-Alun kota. Dengan memakai kaos polos berwarna abu-abu dan celana pendek hitam, Sean mengayuh sepedanya dari rumahnya menuju rumah Natasha. Setidaknya ini adalah salah satu upayanya untuk membuat Natasha keluar dari rasa takutnya.

Natasha sumringah menatap Sean di kejauhan sana. Sebentar lagi cowok itu memasuki pagar rumahnya. Natasha mengencangkan tali sepatunya dan berdiri menyambut Sean. Dengan memakai jaket putih dan celana pendek putih, ia sudah siap untuk ke Alun-Alun kota bersama Sean.

"Ma, Pa, aku berangkat dulu, ya?" pamit Natasha dengan menyalami kedua orang tuanya.

"Pagi, Om, Tante. Saya izin ngajak Natasha," sapa Sean yang turut menyalami kedua orang tua Natasha.

"Hati-hati, ya, Sean," kata mama Natasha.

"Om titip Natasha, ya," ucap papa Natasha seraya menepuk pundak Sean.

"Iya, Om Tio."

Sean menaiki sepedanya, diikuti Natasha yang duduk dengan posisi miring di bagian depan sepeda Sean. Natasha melambaikan tangannya pada orang tuanya. Senyum lebarnya masih tercetak di wajah cantiknya.

"Ini Taman Agraria. Masih inget nggak lo?" tanya Sean kepada Natasha saat mereka melewati area taman di kanan dan kiri jalan. Di sebelah kanan ditempati dengan wahana permainan anak kecil dan penjual makanan. Sedangkan di sebelah kiri ditempati beberapa pendopo untuk sekedar duduk santai.

"Taulah!"

"Nah ini area Pelabuhan," ujar Sean ketika mereka melewati gerbang masuk pelabuhan. Aroma ikan sangat tercium jelas sehingga Natasha menutup hidungnya dan Sean menyembunyikan hidungnya di rambut Natasha.

"Iya, gue tahu ini pelabuhan!" sewot Natasha. "Lo ngapain sembunyi di rambut gue?"

"Bau, Yang. Mending cium rambut lo, wangi."

Yang?

Kontan Natasha memerah karena rasanya baru kali ini Sean memanggilnya 'Sayang'. Ia menyandarkan dagunya di lipatan tangannya di atas stang sepeda Sean.

"Kalo ini Museum Merah. Masih tahu kan?"

"Gue nggak hidup di goa ya, Sean," sebal Natasha yang dijawab tawa Sean. Sepanjang perjalanan Sean selalu menyebutkan bangunan-bangunan ikonik. Dipikir Natasha itu orang luar kota atau amnesia kali ya.

Selama beberapa menit Natasha tersadar bahwa jalan yang mereka lewati adalah rute terjauh menuju Alun-Alun Kota. Kenapa Sean harus mengambil jalan yang memutar dari jalur selatan ke timur lalu ke utara? Tidak mungkin Sean tidak tahu kalau ke Alun-Alun Kota bisa ditempuh dari jalur Utara saja.

Natasha memandang wajah Sean di atasnya. Dia nggak capek apa ya?

"Apa?" tanya Sean yang menyadari kalau Natasha menatapnya. Ia menatap Natasha sekilas lalu kembali menatap jalanan. Natasha menggeleng dan kembali menyandarkan dagunya di atas lipatan kedua tangannya di atas stang sepeda Sean.

Cup!

Sean mengecup puncak kepala Natasha. Lagi-lagi pipi Natasha menghangat.

Sean mengerem mendadak karena tiba-tiba seorang wanita lewat di depannya. Ibu itu melotot dan menjerit saat ban sepeda Sean hamper menyentuhnya. Natasha pun kaget dan hanya bisa menutup mulutnya untuk meredam jeritannya. Sungguh ibu ini muncul dari mana kok tiba-tiba lewat aja.

[PUBLISHED] Addicted into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang