Kaiden tersenyum tertarik kepada Letta. "Ah, Letta. You're my favorite girls."

Tidak, Letta tidak akan goyah jika hanya hal seperti itu diucapakan dari mulut Kaiden. Letta anti buaya darat dan buaya air. Letta adalah wanita kuat yang tidak akan terpengaruh gombalan para maung! rawr!

"Baiklah, gue bakalan omongin sekarang." ujar Kaiden.

"Lo punya gue. Dan jangan sama orang lain karena lo babu gue."

Letta benar-benar tidak menyangka, ia dipanggil kesini hanya karena untuk itu. "Oke, baiklah."

"Agree?" tanya Kaiden.

"Aku ga mau memperpanjang urusan ini," jawab Letta.

"Good girls. Balik ke kelas lo sana, keburu jam istirahat habis." ujarnya yang diangguki oleh Letta.

Kemudian Letta berjalan untuk kembali ke kelasnya. Masalahnya sekarang udah beres. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

"Cuma kesini untuk itu doang?" tanya Tenggara.

"Gak. Gue pengen ngadem di kelas lo." jawab Kaiden.

Uangnya emang berlimpah, tapi ga guna kalau numpang ngadem di kelas orang lain. Mendingan tu duit buat beliin 10 AC terus pasang di kelasnya. Batin Tenggara dengan rasa yang tidak terima.

Dasar, kalau bukan ketua gue udah gue kick si. Tenggara membatin lagi sambil mengelus-elus dadanya.

***

Kaiden berada di ruangan osis. Saat ini ia sedang di panggil oleh ketos. Ia menduga pasti karena salah satu dari anggotanya. Kalau bukan Kalingga pasti Dermaga atau tidak yang lain. Kalau masalah tentang dirinya sih, yang turun tangan bukan lagi osis, melainkan yang turun tangan pastinya adalah pihak kesiswaan.

Sementara ketos sedang sibuk pergi dan menyuruh Kaiden untuk duduk menunggu di ruangan persidangan osis ini. Kaiden tidak sengaja melihat sebuah selembaran kertas yang ada di meja. Kaiden mengambilnya, saat melihat isi dari lembaran kertas itu Kaiden tersenyum.

"Hm, ini rahasia yang menarik. Ga sia-sia gue dipanggil osis, gue bisa dapet rahasia premium."

Kaiden lalu mengeluarkan ponselnya setelah itu memotret lembaran kertas itu. Walaupun satu lembar, isi di dalamnya penting.
Kaiden meletakkan kertas itu kembali dan mengantongi kembali handphonenya. Ia menyedekapkan kedua lengan tangannya sembari melihat-lihat ke arah lain saat langkah kaki mulai mendekati ruangan persidangan osis. Kaiden membiarkan ini seperti tidak terjadi apa-apa.

Bumi datang setelah menyelesaikan beberapa urusan dan meninggalkan Kaiden disini sendirian. Bumi duduk di kursi yang bersebrangan dengan Kaiden.

"Kaiden Arshaka. Lo udah masuk ke ruangan osis ini yang ke 99 kalinya. Dan ditambah hari ini, jadi 100 kali. Lo tau kan? gue udah pernah bilang sebelumnya bahwa gue ngebiarin lo, tapi itu bukan berarti gue beneran!" Bumi memulai pembicaraan langsung.

Bumi menyedekapkan kedua tangannya, mengikuti Kaiden yang saat ini sedang menyedekapkan kedua tangannya. Kaiden mendengarkan hal itu dengan tenang. Ia sudah hafal karakter Bumi. Orang ini sungguh manipulatif.

"Masalah ini bukan tentang Kalingga ataupun Dermaga. Tapi melainkan Teeja."

"Teeja siswa itu sahabat lo kan? gue liat dia kemarin habis mukulin orang dan orang itu dari sekolah ini. Lo ga malu apa liat anggota lo begitu? apalagi dia itu sahabat lo."

Kaiden mulai tertarik dengan perkataan yang diucapkan Bumi. Ini sepeti hiburan baginya. Bukannya takut, panik, atau terkejut. Kaiden malah menahan tawanya. Seperti lelucon yang menghibur dirinya.

"Gue ga main-main Kaiden! sekarang murid itu jadi ga masuk sekolah gara-gara temen lo itu. Gue udah muak sama geng kalian yang buat onar terus. Lagi-lagi kalian yang masuk list osis."

Bumi menggelengkan kepalanya. Sedangkan Kaiden menyeringai. "Hmm, gue malah jadi prihatin sama lo Bum, daripada sama Teeja sahabat gue." ujarnya.

"Oh, geez ... seharusnya seekor anjing lebih melatih otaknya daripada melatih indra penciumannya." lanjutnya.

Bumi tersentak saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut Kaiden. Dia tersinggung karena perkataannya. Kaiden menyeringai saat melihat wajah Bumi. Sungguh, ini menyenangkan. Membuat seorang anjing diam karena tidak bisa menggonggong lagi, ah ... menyenangkan sekali. Padahal ia baru mengeluarkan sedikit kata, tapi lihatlah Bumi sudah seperti ini.

"Pokoknya gue ga mau tau! Teeja harus nyelesaiin masalahnya!"

Kaiden berdiri. "Hm, oke."

"Gue boleh pergi?" tanyanya.

"Iya."

Kaiden melambaikan tangannya sebelum pergi dan dengan senyuman yang puas. Walaupun perasaannya belum puas karena belum mengutarakan semua perkataannya. Tapi kasian lawan bicaranya. Kaiden angkat bicara sedikit saja dia sudah begitu, apalagi jika Kaiden bicara lebih lagi? udah jantungan dia.

***

haloo

just take it easy while reading it, enjoy~

aku mengucapkan terima kasih dan sekian.

see u, babe!✩

TRAPPED IN DANGEROUS Where stories live. Discover now