07 - PUNISHMENT

63 38 128
                                    

07 - punishment

Waktunya pulang sekolah dan saatnya Letta pergi ke markas ARLEEZ. Kaiden menyalakan kompor dan meletakan teflon di atas kompor dengan api yang menyala. Ia mengoleskan mentega di teflon itu.

"Babu, lo ga ada niatan mau nolong majikan lo gitu?" tanya Kaiden.

Letta mengangguk. "Apa ... apa yang harus Letta bantu?"

Kaiden memberikan telur itu kepada Letta agar memecahkan dan menuangkannya di teflon yang sudah berisi mentega itu. Lalu Letta melalukan hal itu, Letta pertama-tama memecahkan telur itu dengan sendok. Setelah cangkang telur itu mulai retak sedikit, Letta menuangkannya di teflon. Dan begitu juga dengan telur satunya. Ia tidak takut jika hanya melalukan beginian, tapi jika sudah disuruh memasak, Letta langsung angkat tangan duluan.

"Lo ga bisa masak ya, Babu?" tanya Kaiden to the point.

Letta termangu, ia tidak tahu apakah Kaiden seseorang yang bisa membaca pikiran orang atau yang lainnya. Sehingga ia menanyakan hal itu dan hal itu membuat Letta ketar-ketir untuk menjawab itu. Ia tidak ingin berbohong, jadi Letta tidak merespon pertanyaan Kaiden. Letta mencoba untuk melihat sesuatu yang ada di dapur dan pura-pura tidak mendengarkan Kaiden. Bahkan Letta mencoba mengelabuinya dengan bersenandung. Letta bersenandung, berpura-pura tidak mendengarnya dan setelah itu sedikit melirik Kaiden.

Lo mau ngalihin topik dari gue, Babu? Lo belum kenal siapa Kaiden sebenarnya. Dan gue bakalan ngasih tau lo langsung dari diri gue sendiri.

Kaiden tersenyum sembari memasak telur itu dan sedangkan Letta sekarang sedang ketar-ketir. Entah kenapa perasaan Letta tidak enak. Saat ia melihat Kaiden, Kaiden tersenyum. Bahkan sesekali Kaiden tersenyum kepadanya saat Kaiden mengambil roti tawar dan menaikkan alisnya kepada Letta. Ini sangat membuat jantung Letta berdetak lebih kencang sehingga rasanya mau copot.

Ya Tuhan, selamatkan Letta hari ini, Letta kapok ngelabui orang. Letta mau pulang dengan selamat. Letta masih punya hutang sama Pak Bejo ... hutang ikut ngejar maling...

Hati Letta saat ini tidak tenang, Letta sudah terancam. Entah apa yang akan dilakukan oleh majikannya kepada dirinya yang malang ini.

Setelah selesai memasak dan membuat makanan, Kaiden duduk di kursi dan meletakan makanan itu di meja. Kaiden membuat 2 buah Sandwich dengan telur. Kaiden memakan sandwich itu dengan tenang dan damai. Sedangkan Letta, ia masih berdiri di tempat itu.

Kaiden menyelesaikan makannya lalu setelah selesai ia menengok ke belakang dan melihat Letta. "Babu, kesini sekarang."

Letta menurutinya dengan ikhlas dan hati yang pasrah. Mana mungkin menolak? Ia saja tidak bisa menolak hal itu. Ia beranjak menghampiri Kaiden yang sedang duduk disana. Setelah Letta menghampiri Kaiden, Kaiden malah menyuruhnya lagi.

"Duduk," suruh Kaiden.

Ia duduk di kursi samping Kaiden. Letta hanya diam dan tidak bertanya menanyakan ada apa? kenapa aku disuruh duduk? Tidak, Letta tidak ingin membuat ini menjadi panjang. Firasat Letta sudah tidak enak sekarang. Jadi lebih baik Letta hati-hati dengan Kaiden.

Saat Letta duduk, giliran Kaiden yang berdiri. Ia beranjak dari kursi dan mendekat kepada Letta. Kaiden tiba-tiba menggeret kursinya untuk memutar. Tidak bisa dipercaya! Kaiden memutar kursi itu dengan Letta yang duduk di kursi itu dengan menggunakan satu tangan saja.

"Naraletta Berlianeve." Kaiden menyebut nama lengkapnya. Ini tidak normal, jika sudah menyebut mama lengkap seperti ini pasti akan terjadi sesuatu ini.

"Y-yaa...??"

TRAPPED IN DANGEROUS حيث تعيش القصص. اكتشف الآن