09 - ANNOYING

24 15 0
                                    

09 - annoying

Letta memutuskan untuk pergi dan meninggalkan kantin dengan cara diam-diam. Tapi Letta was-was kepada Kaiden. Letta tahu betul bahwa Kaiden itu orangnya tau gerak-gerik dirinya. Gerak dikit aja ia bisa tahu.

Letta berpikir untuk mencari jalan keluar, berpikir keras sampai seorang laki-laki datang. Dia disamping Letta, Dia sepertinya sedang membayar kepada Bu Tejo. Saat Letta menengok, untuk melihat orang yang berada di sampingnya itu, orang itu sudah terlebih dahulu melihat dirinya. Dia malah melemparkan sebuah senyuman kepada Letta seperti orang yang sudah kenal saja membuat letta sontak terkejut. Terkejut karena gelagapan menatap dia dan juga karena tiba-tiba dia tersenyum kepadanya.

Akan tetapi, dia baru menyadari bahwa yang ada di sampingnya saat ini adalah seseorang yang berpengaruh di sekolah ini.

ASTAGA! Letta, dia ini adalah si anak emas kesiswaan. Masa kamu lupa tampangnya sih?

Letta ingat dia adalah anak dari kepala sekolah. Sayang sekali tidak diingat Letta, padahal anak emasnya sekolah ini. Letta melihat ke arah lain dan menengok kesana kemari, masih edisi mencari jalan keluar.

"Butuh bantuan, Letta?" tanyanya.

"I-iya." jawab Letta dengan canggung. Sebenernya ia tidak ingin merepotkan orang lain, tetapi mau bagaimana lagi. Dirinya sudah kepepet butuh bantuan. Mana jam istirahat masih lama membuat Letta jengkel.

"Aku mau menghindari geng ARLEEZ biar ga terlihat sama mereka kalau aku keluar dari kantin." ucap Letta.

Dia mengangguk paham. "Kalau begitu keluar bareng aja, nanti lo jalan di samping gue. Biar gue yang jalannya di sisi Kaiden dan lo di sisi satunya biar ga terlihat."

Letta mengangguk setuju. "Oke, terima kasih."

"Bu, sama susu kotak strawberry ini satu ya." ujarnya sembari mengambil satu susu kotak strawberry itu.

Lalu dia mulai berjalan dan Letta mengikutinya. Dan melakukan seperti rencana tadi, Letta berjalan di sampingnya dan tidak berjalan di sisi Kaiden. Setelah berjalan jauh dari kantin, mereka berhenti. Letta menghela nafas lega, sangat lega karena rencana anak emas kesiswaan ini berjalan dengan lancar dan tanpa gangguan. Lain kali kalau ia ingin ngepet, harus mencari anak emas kesiswaan ini agar ngepetnya berjalan lancar.

"Terima kasih, Geo, terima kasih."

Dia tersenyum. "Iya, sama-sama Letta."

Geo meraih tangan Letta, lalu ia memberikan susu kotak strawberry yang dia beli tadi di kantin. Tanpa mengatakan hal apapun dia pergi. Belum juga mengatakan terima kasih lagi, dan untuk alasan apa. Tetapi dia pergi tanpa mengatakan dan mendengarkan hal itu. Apapun hal itu, Letta sangat berterima kasih.

***

Disisi lain, Kaiden sudah menunggu Letta kembali. Akan tetapi Letta tidak kembali-kembali. Pikirnya Letta kabur. Saat Kaiden melihat Geo, anak emas kesiswaan itu dan melihat seorang gadis ada disampingnya saat Geo berjalan.

Memang tidak terlalu terlihat karena mukanya tertutup oleh badan Geo. Tapi entah kenapa Kaiden merasakan bahwa ia mirip seseorang. Setelah itu makanan yang mereka pesan sudah diantarkan. Sesaat sebelum Kaiden mendengar hal yang dikatakan Bu Tejo.

Bu Tejo mengatakan, "Wah, Bu Tejo kira Neng Letta kesini." ucap Bu Tejo.

"Memangnya kenapa, Bu?" tanya Narendra.

"Engga apa-apa, cuma nyari Neng Letta saja. Soalnya tadi ibuk liat Neng Letta balik bareng Nak Geo, Ibu kira dia kesini." ujar Bu Tejo.

"Kalau begitu ibuk balik dulu, punten."

"Iya bu, makasih ya." ujar Dermaga.

Setelah Bu Tejo pergi Kaiden menggebrak mejanya yang mana itu membuat kaget. Bukan hanya anggotanya, tetapi juga seisi kantin juga kaget. Teeja hanya bisa menggelengkan kepalanya, ia sudah tahu bahwa saat ini pasti Kaiden sudah kesal.

"Sialan, Geo!" ujarnya dengan dipenuhi kekesalan. Sudah sangat jelas sekali terpampang bahwa Kaiden saat ini merasa kesal.

Sementara Kaiden dengan rasa kesalnya, Teeja menenangkan Kaiden, mengelus-elus belakang punggungnya. Dia tidak jadi makan bakso gara-gara harus mengurus anak kecil ini. Padahal bakso itu sudah mau mendarat di mulutnya, tetapi itu tertunda karena gebrakan meja yang dibuat oleh Kaiden. Sedangkan Dermaga dan Narendra memakan bakso itu tanpa mempedulikan ketuanya. Memang, anggota laknat. Eh, engga laknat sih tapi lebih ga ngurus yang penting makan. Tenggara, anak bontot kesayangan tidak mempedulikan apa yang terjadi. Dan Kalingga? Kalingga sudah makan terlebih duluan daripada mereka, dan Kalingga memakan bakso itu dengan lahap mana hampir habis lagi. Yang terpenting apa? yang terpenting perut kenyang. Tidak peduli urusan yang lain, yang penting perut dulu kata Kalingga mah.

"Tenang, jangan kesel cuma karena hal itu." ujar Teeja yang hanya dijawab decihan oleh Kaiden.

Teeja memang benar-benar harus sabar, sesabar-sabarnya orang. "Makan dulu, keburu dingin itu baksonya. Ga lo makan nanti gue makan loh. Emang lo mau?"

"Ga."

Teeja tersenyum saat perlahan-lahan Kaiden mulai memakan bakso yang ada di mangkuk itu. Memang Teeja harus sabar mengahadapi anak kecil. Kalau bukan Teeja yang menenangkannya siapa lagi? Teeja udah seperti bapak yang ngurusin anaknya. Setelah itu Teeja kembali ke tempat duduknya dan Dia juga mulai memakan bakso yang tertunda itu.

***

Bel masuk sudah berbunyi saat ini semua murid sedang masuk ke kelas masing-masing. Dermaga kembali ke 12 IPS 1, Kalingga pergi ke kelas 12 IPS 2, Narendra 12 IPA 1. Mereka juga sudah kembali ke kelasnya masing-masing.

Teeja dan Kaiden berjalan berdampingan. Dia, Teeja masih tidak mengerti harus bagaimana lagi meredakan kekesalan Kaiden.

"Eja," panggil Kaiden tiba-tiba.

"Hm?"

"Kalau lo liat cewek lo sama orang lain gimana perasaan lo?"

"Ga ada rasa. Soalnya gue ga punya cewek."

"Ejaaaaaaaa, gue benerannnnnn!" rengeknya.

Sifat bocilnya Kaiden sudah keluar jika bersama dengan Teeja. Hanya berdua, Teeja dan Kaiden. Tidak ada orang lagi dan kebetulan di lorong ini semua orang ga ada, udah pada balik ke kelas.

Teeja terkekeh pelan. "Ya gue kesel, marah, pengen banting bumi."

"Iya, itu yang gue rasain." ucapnya.

"Saat lo liat Letta tadi? dan lo nyadar kalau yang bareng Geo itu Letta?" tanyanya dan dijawab anggukan kepala oleh Kaiden.

"Dia bukan cewek lo juga." ucap Teeja menusuk sampai ke tulang rusuk Kaiden.

"Iya, Eja. Gue tau dia bukan cewek gue, tapi dia babu gue. She's m–" Kaiden menunda perkataannya. Ia berhenti sejenak.

"Mine." lanjut Teeja yang melanjutkan ucapan Kaiden yang tertunda.

"Apaan sih jing," ujarnya lalu pergi berjalan duluan meninggalkan Teeja yang tidak tahu apa salahnya melanjutkan ucapannya itu.

Teeja masih berdiam, berdiri dengan mengingat ingat dimana salahnya. Padahal juga dia ga salah, tapi kenapa selalu salah. Emang SSK, Suka Suka Kaiden.

Ni anak kalau ganti sifatnya yang begini ga bilang-bilang semprul!

Teeja benar-benar harus meningkatkan kesabarannya lebih lagi agar kesabarannya setebal uang Kaiden. Kaiden emang uangnya tebal, tapi kesabarannya setipis tisu dibagi 10. Teeja melanjutkan jalannya, dia menyusul Kaiden.

***

hai haii hay

just take it easy while reading it, enjoy~

aku mengucapkan terima kasih dan sekian.

see u, babe!✩

TRAPPED IN DANGEROUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang