BAB 40

155 22 46
                                    

"Tenanglah, Yoona! Tenang!" Taehyung berusaha untuk memeluk dan menenangkan Yoona. "Aku ada di sini. Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu apapun yang terjadi."

"Tolong biarkan aku mati, Tae!" Baru kali ini-----sejak mereka berkenalan-----Yoona tidak mau disentuh, dipegang, apalagi dipeluk oleh Taehyung. Berulang kali ia mencoba untuk berlari menuju pintu keluar kamar rawatnya. "Aku tidak mau hidup lagi." Ratapnya putus asa. Pada satu kesempatan, Yoona berhasil mendorong Taehyung dengan sangat keras hingga suaminya itu terjungkal ke atas sofa. Yoona yang masih mengenakan gaun rumah sakit pun berlari sekencang mungkin.

"Yoona!" Taehyung cepat-cepat melesat dan menangkap tubuh isterinya.

"Bruuuk!"

Mereka berdua jatuh ke atas lantai.

"Kumohon, Sayang. Jangan berpikiran seperti ini." Taehyung memeluk tubuh Yoona dari belakang meskipun keduanya tengah meringkuk di atas lantai kamar rawat. Tolong jangan tinggalkan aku. Jangan....." Ia mengecupi rambut Yoona dan berbisik pedih. "Dengarkan permintaanku, Sayang. Sekali ini saja." Taehyung mengeratkan pelukannya.

Yoona menangis pedih dalam pelukan Taehyung. Ia meraung dan melolong penuh lara.

Mendengar dan merasakan tangisan isterinya, Taehyung pun ikut menangis. Batinnya sudah tak kuat lagi. Namun jika ia sendiri sudah tak kuat, bagaimana dengan Yoona?

Tadi pagi dokter yang merawat Yoona memanggil Taehyung ke ruangannya. Ia menyerahkan hasil laboratorium yang menyatakan bahwa saat ini Yoona tengah mengandung.

"Kandungannya baru memasuki minggu ketiga." Dokter berkacamata itu menatap Taehyung yang sedang membaca hasil lab di tangannya. "Dihitung dari usia kandungan yang baru dua minggu lebih ini, ada kemungkinan kalau...." Ia berdehem. Sebagai dokter yang merawat Yoona, ia mengetahui secara jelas petaka apa yang telah menimpa pasiennya itu. Kasus perkosaan Yoona memang belum tersebar luas, namun tragedi itu telah menjadi buah bibir di kalangan staf rumah sakit. Mereka semua merasa kalau janin yang berada dalam rahim Yoona bukanlah anak dari suami wanita malang itu melainkan akibat perkosaan yang dialami olehnya.

Taehyung mengangkat wajahnya. "Anak ini adalah anak saya." Jawabnya pendek. Dengan tenang, ia melipat kertas yang dikeluarkan oleh laboratorium rumah sakit tersebut.

Sang dokter memandang ragu. "Untuk saat ini kita belum bisa memastikan kalau----"

"------Anak ini adalah anak saya." Taehyung menyahut tegas. Ia bangkit berdiri dari kursi yang ia duduki.

"Tuan Kim, saya paham perasaan Anda. Tapi kehamilan isteri Anda tidak bisa diperlakukan seperti kasus kehamilan biasa. Sebagai dokter yang merawat isteri Anda, saya berkewajiban untuk melaporkan hal ini kepada pihak kepolisian----"

"-----Saya tidak bersedia dan takkan memberi izin. Saya tidak mau isteri saya mengulangi semua proses interogasi, visum, dan hal-hal yang akan membuatnya teringat akan mimpi buruk dan kenangan terkutuk itu." Suara Taehyung tetap tenang namun sang dokter dapat melihat kegetiran sekaligus ketabahan yang tersorot dari seraut wajah tampan di hadapannya itu.

"Saya mengerti----"

"-----Tidak. Anda sama sekali tidak mengerti." Taehyung menyelipkan hasil lab ke saku belakang celananya. Ia berbalik untuk kembali ke dalam kamar rawat Yoona-----meninggalkan sang dokter di ruangannya.

Apa yang terjadi pada Yoona memang tidak boleh dirahasiakan. Dr. Park wajib melaporkan kehamilan pasiennya kepada pihak kepolisian. Hal ini dilakukan untuk menentukan nasib Haneul selanjutnya----apakah tuntutan hukum untuk lelaki itu harus ditambahkan atau tidak.

Tak peduli seberapa inginnya Taehyung melindungi isterinya, seberapa besarnyapun keinginannya agar beban yang ditanggung oleh Yoona tidak semakin bertambah berat, Taehyung tetap tidak mampu melawan arus takdir yang terus menyeret rumah tangganya ke dalam pusaran petaka.

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Where stories live. Discover now