BAB 7

160 44 20
                                    

"Taehyung ssi," Yoona muncul di depan kelas Matahari yang masih belum selesai dilukis oleh Taehyung.

Taehyung spontan menoleh dan menghampiri Yoona serta Kiwoo dan Sena yang berdiri di ambang pintu. "Kalian sudah mau pulang?" Ia mengelap tangannya yang belepotan cat dengan sebuah lap usang.

Yoona mengangguk. "Tapi kami akan mampir ke supermarket dulu. Kau mau menitip apa?"

"Apa ya?" Taehyung berpikir-pikir. "Apa saja yang enak untuk dimakan."

"Menu kita malam nanti adalah Chuncheon dakgalbi dan wafel. Kau ingin minuman pendamping apa? Nanti akan sekalian kami belikan di supermarket. Apa kau suka soju atau bir?"

"Aku suka wine dan whiskey. Tapi soju juga tak apa-apa."

"Soju saja? Ada tambahan lain?"

"Itu saja." Senyum Taehyung. "Yoona ssi," panggilnya.

"Ya?"

"Terimakasih banyak. Aku dan anak-anak selalu saja merepotkanmu."

Yoona menggeleng. "Jika kau sebut ini merepotkan, berarti arti kata 'merepotkan' untuk kita berdua sungguh berbeda jauh." Ia menggenggam tangan Sena dan Kiwoo erat-erat. "Aku senang berbelanja, memasak, dan bermain dengan mereka berdua. Kiwoo dan Sena banyak membantuku."

Taehyung mengelus dan mengusap kepala anak-anaknya. "Eh," ia kembali menoleh Yoona, "kalian tidak mungkin naik motor bertiga, pakailah mobilku. Kau bisa menyetir mobil?"

Sebenarnya Yoona bisa menyetir mobil dengan lancar, dulu ia sering memakai mobil milik ayahnya. Tapi rasanya sangat sungkan jika ia mesti mengendarai mobil milik orang lain. Haneul saja tidak pernah meminjamkan mobil padanya, masa sekarang Yoona mesti memakai mobil Taehyung?

"Kami akan naik bus." Jawab Yoona. "Jarak antara supermarket dan rumah kita tidak terlalu jauh, nanti kami bisa berjalan kaki pulang. Hitung-hitung olahraga sore."

"Sebentar," Taehyung mengambil dompet yang ia taruh di dalam tas punggungnya dan mengeluarkan sebuah kartu debit, "pakailah. Beli semua yang kalian butuhkan."

Yoona cepat-cepat menampik. "Kalau cuma untuk belanja di supermarket dan ongkos bus, uangku masih lebih dari cukup." Ujarnya setengah tertawa.

"Tapi,"

"Kami pergi dulu. Daah." Yoona berpamitan.

"Daah, Appa!" Sena berjinjit untuk mengecup pipi ayahnya. "Nanti Appa cepat pulang, ya."

"Iya, sayang."

"Kami pergi duluan, Pa." Kiwoo melambaikan tangan kepada ayahnya. Ia tak mau mengecup pipi ayahnya seperti yang barusan Sena lakukan. Ia tak mau dianggap anak kecil oleh Yoona. Sikapnya kepada Yoona sudah tidak sekaku dan sedingin dulu. Sebaliknya, Kiwoo-lah yang menarik tangan Yoona agar mereka bertiga segera pergi ke supermarket.

_______________________________________


Setelah membeli semua kebutuhan mereka, Yoona, Kiwoo, dan Sena berjalan kaki menuju rumah. Di sepanjang jalan, Sena dan Kiwoo berceloteh tentang banyak hal. Sesekali Yoona menimpali ocehan kedua bocah itu.

Begitu tiba di rumah, Yoona tidak membuang-buang waktu. Ia mengolah semua bahan makanan yang tadi mereka beli di supermarket, dibantu oleh Kiwoo dan Sena yang berebut untuk memasukkan botol soju milik ayah mereka ke dalam kulkas. Kedua bocah itu dengan semangat mengambilkan panci dan wajan untuk Yoona, mengeluarkan daging ayam tanpa tulang dan juga mencuci sayur-mayur di bak cuci piring.

Selagi menunggu wafel yang sedang Yoona panggang matang, ia menyuruh Kiwoo dan Sena untuk mandi. Kedua anak itu kembali berebut untuk mandi di kamar mandi bawah.

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang