26. Lo Ngiler Kalau Tidur

2.8K 202 54
                                    

Baik Kiara, Geri, dan bubur ayam sama-sama kebingungan.

"Brendan?"

"Haduh," keluh Brendan saat mendekat ke arah Kiara. "Kaya manusia aja lo sakit."

~*~*~

Kiara melihat Brendan dan Geri bergantian, terkejut dengan apa yang tengah terjadi.

Meski Kiara sakit, Kiara yakin dia tidak terbentur apa pun dan Kiara ngga lupa ini hari apa—bukan hari kemerdekaan atau pun hari raya melainkan hari kerja dan dua orang laki-laki ini memilih datang ke rumah sakit daripada ke tempat kerja mereka; bahkan dua-duanya berpakaian rapi untuk bekerja. Bedanya Brendan tidak berpakaian seperti hendak bermotor seperti Geri, Brendan hanya memakai kemeja biru gelap dan celana hitam yang pakaiannya terlalu pas.

Brendan menatap Geri karena Geri memasang wajah tidak terima saat Brendan mengambil bubur, sementara Brendan yang lebih tinggi daripada Geri mendekat dengan ekspresi tengil 'apa lu? Berani?'.

Kiara menatap mereka dengan napas sehening mungkin, rasanya sulit ngga membayangkan mereka tonjok-tonjokan melalui tatapan.

"Kiara, Geri pamit, nanti Geri hubungi kalau udah sampe di kantor," tutur Geri dan merupakan orang pertama yang memalingkan pandangan dari adu tatapan dengan Brendan.

Kiara melihat Geri menjauh dan tidak sempat melihatnya keluar dari pintu karena Brendan berdiri di depan Kiara memblokir pandangan Kiara.

"Pagi," sapanya sebelum duduk di kursi di samping ranjang Kiara—kursinya terlalu kekecilan untuk Brendan tapi toh dia nggak punya cukup kesadaran dengan fakta bahwa dia duduk dengan satu pantat.

"Pagi," sapa Kiara balik.

"Sakit apa?" tanyanya sambil membuka bubur tadi di ranjang dekat kaki Kiara.

"Dehidrasi," bisik Kiara.

Brendan hanya mengangguk lalu menyantap bubur tanpa berdosa, tidak ada percakapan selama lebih dari lima belas detik karena Brendan sedang fokus pada sarapannya hingga Kiara merasa perlu meluruskan sesuatu.

"Lo ngga kerja?"

"Bolos," balasnya lalu mendongak pada Kiara. "Lo udah mendingan?"

"Kenapa bolos?"

"Kesiangan."

"Kesiangan juga paling cuma dipotong dua puluh ribu," komentar Kiara. Masih mencari alasan masuk akal kenapa Brendan tidak bekerja dan merelakan satu harinya untuk bolos hanya untuk ke rumah sakit.

Kiara kembali merebahkan kepalanya di bantal sambil mendengarkan ASMR makan bubur; satu-satunya suara di ruangan ini. Pihak rumah sakit belum memberikan handphone Kiara, jadi Kiara berasumsi semua orang yang datang ke sini karena mereka mencari Kiara. Kiara hanya berharap Mama dan Papa-nya ngga menghubungi. Tapi dibanding kekhawatirannya itu, Kiara bosan dan ingin scroll TikTok, menonton video kucing, atau memainkan apa saja fitur ponselnya. Hingga pikiran Kiara bercabang kemana-mana dan tertidur karena hal itu melelahkan.

Itu adalah mimpi tanpa warna yang panjang sebelum Kiara terbangun di posisi yang sama tiga jam kemudian, menemui Brendan bergeming menatap Kiara. Brendan bahkan tidak terpengaruh saat mata mereka bertemu, dia tetap menatap lurus pada Kiara seakan dia marah atau mungkin bingung.

"Kenapa?" tanya Kiara setelah beberapa saat, suranya serak.

"Lo ngiler kalo tidur," ucap Brendan dan Kiara ingin menaboknya.

"Ini bukan pertama kalinya lo liat gue tidur," tukas Kiara jadi kesal. Yang diucapkan Brendan sangat sembrono pada seorang gadis, iya, 'kan?

"Ini pertama kalinya gue liat lo ngiler." Brendan berucap seakan bukan membahas iler.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TemptingWhere stories live. Discover now