03. Kiara Kcntcl!

4.1K 286 57
                                    

"Gue kesasar nyari gedung apart lo, Kya," keluh Brendan ketika mereka menaiki lift.

"Kan itu bener."

"Itu rumah makan," jelas Brendan. "Gue pikir lo tinggal di ruko, hampir aja gua nyesel beli makanan sebanyak ini kalau lo tukang dagang."

"Lo bakalan nyesel bentar lagi," Kiara mendengus.

Brendan menatap pantulan Kiara di pintu lift dengan tatapan tidak percaya.

"Kenapa?"

"Gue gak makan manis, gue lagi diet ngurangin gula."

Brendan menatap pantulan Kiara lagi dari atas ke bawah.

"Gak usah diet, badan lo udah bagus, gue kira lo gemuk soalnya kalau pake pakaian kerja kayak...," dia tidak melanjutkannya dan hanya menggerakan tubuhnya dengan isyarat.

Karena dadanya besar, pikir Kiara.

"Gue tau," Kiara memasang senyumnya, berusaha mendengar itu sebagai pujian.

Dia bahkan enggak melongo melihat Kiara saat bertemu tadi, bahkan saat Kiara memasang senyum paling hangat. Apa dirinya enggak cukup mempesona? Apa dietnya gagal? Apa perawatan wajahnya tidak lebih baik?

"Omong-omong, gue kira lo tinggal sama orangtua."

Kiara kini yang menatapnya tidak percaya, jadi Branden bahkan berniat datang kalau Kiara di rumahnya? Kiara hampir mengerang. Apa orang ini sering pergi-pergi ke tempat temannya dan menyapa orangtua mereka?

Misalnya:

"Kamu pasti pacarnya Anindya."

"Bukan, Bu, saya cuma temennya, mampir aja, Bu, ngopi-ngopi."

"Gue tinggal sendiri, keluarga gue di Bandung," Kiara masih memasang senyumnya.

"Lo gak mudik berarti?"

"Enggak, gue berencana lebaran sendiri."

"Ngapain? Mending lo pulang, mau gue anterin sekarang banget?"

"Gak usah," tukas Kiara. "Gue gak apa-apa."

Brendan segera melupakannya dan tidak memperpanjang, dia lalu mulai bercerita kenapa dia memilih datang malam. Dia bilang mobilnya baru pulang dari body repair, lalu dia harus pergi ke store temannya entah untuk membantu apa.

Sampai akhirnya mereka tiba di unit Kiara dan ceritanya sudah sampai ke kekesalan dia mencari alamat Kiara, hingga dia masuk ke gang buntu, lalu ketemu tambal ban yang sus banget tukang tambalnya. Akhirnya dia mencoba berpikir jernih dan mencari tempat tinggal yang cocok untuk manusia, tidak lagi menggunakan lokasi yang Kiara kirim.

Kiara tertawa sambil membuka pintu unit.

"Insting lo hebat sih," komentar Kiara.

Ketika mereka masuk ke unit, Brendan mencari tempat untuk menyimpan barang bawaannya dan segera dia simpan di meja dekat wastafel.

Kiara menontonnya melepas jaket dan topi, hingga suatu saat ke melepas maskernya dan kali ini Kiara yang terdiam.

Oh, pikir Kiara. Kenapa wajahnya tidak asing? Kenapa Kiara seperti pernah melihatnya di suatu tempat? Bahkan pembawaanya setelah membuka masker begitu familiar seolah dia adalah keluarga lama Kiara. Kupu-kupu berterbangan di perutnya, dan dadanya sedikit berdebar.

Apakah Kiara kurang memperhatikannya, atau apakah wajahnya memang se-familiar ini?

Kiara mulai memperhatikan hal lain, tubuhnya tinggi, terlihat kuat melakukan apa saja dan Kiara mulai merindukan apa yang telah lama hilang dari dirinya.

TemptingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang