Short Synopsis / Long Blurb

355 19 0
                                    

Kasih tau dong, kok bisa sampai nyasar ke sini? ><

—Happy Reading—

.

.

.

Pernahkah kamu bertanya-tanya dalam situasi tertentu, "Sebenarnya apa tujuanku hidup?" atau, "Untuk apa aku hidup?" ?

Sekalipun kamu tahu jawabannya (jika kamu beragama Islam), kamu tidak bisa menghentikan pemikiran seperti itu ketika sedang terpuruk.

Benar, itulah yang selalu dirasakan oleh Alvian Keyne Leander, anak bungsu dari keluarga Leander yang kaya dan terkenal.

Dia yang sudah merasakan depresi sejak kecil.

Dia yang sudah sangat muak dengan emosinya hingga mati rasa.

Dia yang terus ditemani oleh kehampaan dan kekosongan diri.

Dia yang terus dikekang oleh siksaan dan penderitaan.

Dia yang tersesat dalam kegelapan dan tidak menemukan jalan keluar.

Dia yang telah terjatuh dan kecewa berkali-kali.

Dia yang terus bertahan hidup sendirian dengan hati beku yang mengandung banyak luka.

Dia yang mentalnya rusak karena ulah keluarga kandungnya sendiri.

.

.

.

"S**l*n, jangan menggangguku!!!"

"Pergilah, dasar bocah pembawa s**l!!!"

"Dasar merepotkan. Kamu pikir kamu ini siapa?"

"Aku sibuk. Jangan menggangguku dan pergilah."

"Hanya begini saja kau tidak bisa melakukannya?! Dasar cengeng dan lemah!"

"Kami rasa Andalah yang merupakan seorang pembantu, jadi cepat selesaikan semua ini!!!"

"Tahu dirilah. Ingat, kamu hanyalah anak tidak berguna yang menjadi beban keluarga."

"Kamu sudah menjadi beban, setidaknya menjadi bergunalah sedikit saja!!"

"Kamu hanya mempermalukan keluarga saja."

"Kamu tidak layak menyandang marga Leander."

"Kuharap kamu segera mati!!"

"Enyahlah. Aku sudah muak melihat wajah menjijikkanmu itu."

"Kenapa aku harus peduli padamu?"

"Kamu tidak pantas mendapatkan kebahagiaan! Aku harap kamu selalu menderita, b*r*ngs*k!!!"

Sejak kecil, itulah yang selalu dikatakan oleh keluarganya ketika ingin mendapatkan perhatian mereka, dan bahkan dari para pembantu di mansion keluarga Leander.

Alvian bingung, kenapa dia dibenci? Apa dia membuat suatu kesalahan? Kenapa semua yang dia lakukan selalu terlihat salah di mata mereka? Apa salahnya?

Alvian yang dibenci sejak kecil, tumbuh dengan merasa bahwa dirinya memang pantas untuk dibenci, jadi dia pasrah saja saat ada yang mengganggunya. Anggapan seperti itu jugalah yang membuatnya menjadi lemah, karena dia beranggapan kalau dia pantas mendapatkan semua itu.

Alvian yang sudah dewasa sejak kecil, tumbuh besar dengan seorang pembantu bernama Adelicia yang setia padanya. Perlahan-lahan dia mulai mengerti, mulai tahu alasan kenapa keluarganya terus membencinya. Pasalnya, kelahiran Alvian telah membunuh ibu kandungnya.

Alvian memiliki tiga kakak laki-laki kandung dan seorang ayah. Dia tahu bahwa kebencian keluarganya padanya itu berlebihan sampai mengabaikan seorang anak yang tidak tahu apa-apa, tapi ... dia berpikir itu wajar, karena dia memang pantas mendapatkannya, karena dia bisa berada di dunia ini dengan mengambil kehidupan ibunya.

Adelicia adalah teman masa kecil ibunya, Amber Eleanor Leander. Dulu, Adelicia dilarang untuk berteman dengan Amber karena statusnya sebagai warga biasa. Akhirnya setelah dewasa, Adelicia menjadi pembantu sekaligus pelayan pribadi Amber. Ia tahu betapa besar rasa cinta Amber pada Alvian, ia juga tahu betapa bahagianya dan bagaimana penantian Amber saat Alvian masih dalam perutnya.

Namun, karena Amber hamil, tubuhnya makin hari makin lemah, dan berakhir berpulang saat melahirkan Alvian.

Adelicia hanyalah pelayan pribadi sekaligus teman dekat nyonyanya, tapi, dia lebih tahu seberapa sayangnya Amber pada Alvian meski mereka hanya bertemu beberapa detik sebelum Amber memejamkan matanya.

Dan, Adelicia lebih mengenal karakter Amber dibandingkan suaminya sendiri yang terlalu menyayangi dan mencintainya sampai-sampai buta terhadap kenyataan, Renox Aryan Leander.

Selama ini, Alvian bisa bertahan dengan bantuan Adelicia, tapi, semuanya makin sulit untuk Alvian.

Saat usianya sepuluh tahun, Renox membawa pulang seorang anak manis yang satu tahun lebih tua darinya. Awalnya, Renox menemukan anak tersebut sedang tertidur di pinggir jalan bersama seorang pelayan bernama Sophia Berenice dan berakhir membawa mereka berdua karena kasihan.

Mereka berkata bahwa mereka berasal dari keluarga kaya di kota tetangga, tapi kediaman mereka dibakar dan mereka terus dikejar untuk dibunuh. Oleh karena itu, mereka kabur dan melarikan diri sampai ke kota ini.

Tanpa menggali latar belakang mereka lebih dalam, hanya dalam waktu dua minggu, rasa sayang keluarga Leander pada anak itu tumbuh dan akhirnya keluarga Leander mengadopsinya, dan anak tersebut diberi nama Alivion Elano Leander. Tentu saja, Sophia-lah yang menjadi pelayan pribadi utamanya.

Segera, berita yang menggemparkan media itu menjadi viral. Renox sendiri yang mengatakan kalau sekarang, anak bungsu keluarga Leander adalah Alivion. Ketika seorang wartawan bertanya tentang Alvian, Renox akan menatapnya tajam dan menyatakan bahwa Alvian bukan lagi anggota keluarga Leander sejak saat itu.

Awalnya media sosial dihebohkan dengan beragam reaksi dan tanggapan. Namun, seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai melupakan Alvian dan jatuh hati pada kemanisan dan keimutan Alivion.

Sementara Alvian? Untuk membungkam pihak yang mengatai Renox kalau terlalu jahat, akhirnya Renox membiarkan Alvian tetap tinggal di mansion Leander.

Suatu hari, ketika hanya ada Alvian dan Alivion, Alivion menjebak Alvian, lalu membuka topengnya di depan Alvian dengan berperan sebagai korban––playing victim. Keluarga Leander langsung membelanya dan mengabaikan Alvian, sehingga Adelicia yang merasa tidak adil pun angkat suara di hadapan tuannya, yang keesokan harinya, dia meninggal.

Begitu bangun dari tidur, Alvian mendengar kabar bahwa pelayan pribadi satu-satunya telah meninggal karena gantung diri dari pembantu lainnya. Dihantui perasaan bersalah, dia memohon dengan harapan bisa melihat Adelicia sekali saja.

Saat ingin melihatnya untuk terakhir kalinya sebelum dikuburkan, ternyata jenazah Adelicia sudah dibuang oleh Renox. Alvian pun langsung meminta penjelasan dan memohon kepada Renox untuk menguburkan jenazah Adelicia, tapi yang didapatnya hanyalah foto tubuh Adelicia yang sudah hancur dan remuk karena dilempar ke jurang.

Sebagai hadiah, Renox yang gila itu mengungkapkan semuanya, bahwa Adelicia bukanlah mati gantung diri, melainkan, dialah yang memerintahkan para bawahannya untuk menggantung Adelicia.

Segera, Alvian pingsan karena terlalu stres dan shock. Dan, saat siuman, rambutnya telah memutih.

Meskipun tidak kembali sepenuhnya, syukurlah rambut putihnya bisa kembali menghitam setelah dua tahun––masih ada beberapa helai rambut yang berwarna putih.

Intinya, ini hanyalah sepenggal kisah perjalanan hidup seorang Alvian.

.

.

.

Terima kasih untuk semuanya.

ONE YEAROnde as histórias ganham vida. Descobre agora