#07 || A SEVERE PUNISHMENT (W)

127 12 2
                                    

👁️‍🗨️ Happy 200+ views 🎉

Meski telat dikit dari hari aslinya, makasih untuk semua pembaca. Luv you all ♡v♡

Happy Reading—

.

.

.

Perasaan tak karuan langsung menghampiri Alvian saat melihat foto-foto yang tergeletak di lantai.

"... Apa ini?"

"Sayang sekali, terlalu sulit untuk mengambil tubuh yang sudah seperti itu," jelas Renox singkat. Senyumannya kembali muncul.

"T-tidak mungkin ...."

Dengan getaran di sekujur tubuhnya, Alvian menggerakkan tangan kanannya hingga jari-jarinya menyentuh salah satu foto itu.

Foto yang menampilkan tubuh remuk dan hancur di dasar jurang sana, dengan darah merah padam di mana-mana.

Tubuh tak sempurna yang sudah terpecah belah. Anggota-anggota tubuh yang terpisah-pisah menjadi beberapa bagian.

Jari-jari Alvian bergerak ke kanan, mengusap satu per satu anggota tubuh yang ditampilkan di foto tersebut dengan perlahan dan lembut.

Mungkin, karena sudah hancur dan berlumuran darah, identitasnya jadi tidak begitu jelas. Namun ... Alvian mengenalinya. Hanya ada lengan bagian atas, dan tidak ada kedua tangan. Rambut hitam disertai beberapa helai uban.

Tubuhnya menegang dan bergetar. Sebelum Alvian sadari, pandangannya menjadi buram dan matanya bisa melihat setetes demi setetes air terjatuh, mendarat di foto tersebut.

"Tidak ... tidak mungkin ... Adelicia?" tanyanya penuh ketidakpercayaan dengan mata melebar yang belum juga berkedip. Berharap ini adalah mimpi, berharap ini bukanlah kenyataan. Berharap itu bukanlah sosok yang dia kenali.

"Sayang sekali kau harus mendengarnya, tapi ... perkiraanmu tidak salah," jawab Renox terang-terangan dengan seringai. Meski ada kalimat 'sayang sekali' dalam ucapannya, dia jelas menikmati ekspresi putus asa Alvian yang diselimuti rasa ketidakpercayaan dan penyangkalan.

Renox, dengan nada santai seolah tidak ada yang perlu dipedulikan, dia berbicara, "Mayatnya akan membusuk jika terus dibiarkan di sini dan bisa mengganggu Ion ...." Renox melanjutkan dengan seringai yang terbentuk dan mata berwarna violet yang melengkung. "... jadi aku membuangnya ke jurang," jelas Renox.

Dengan detak jantung yang memburu dan getaran di tubuhnya, Alvian mengepalkan tangan dan berbicara lirih, "Lalu ... kenapa Ayah mengambilnya?"

Kepala yang mulanya menunduk dan menatap foto di lantai, kini menoleh cepat ke arah Renox. Air yang mengalir dari matanya turun ke bawah dengan deras.

Dengan kerutan di dahi dan kulit memerah, Alvian memekik, "JIKA PADA AKHIRNYA AYAH HANYA AKAN MEMBUANGNYA, KENAPA AYAH MALAH MENGAMBIL TUBUHNYA?!" tanya Alvian marah. Suara yang lepas dari mulutnya terdengar begitu gemetar dan menyimpan banyak emosi.

Seringai Renox menghilang, digantikan dengan wajah tak acuh dan memiringkan kepala sebentar. "Kenapa kau bertanya? Jawabannya sudah ada di pertanyaanmu."

Mata Alvian kembali terbelalak, gelombang air jernih selanjutnya kembali mengalir turun dari kelopaknya dengan deras dan lancar. "T-tidak mungkin ...."

Tubuh Alvian bergetar hebat. Terlalu berat bahkan hanya untuk duduk tegak.

Lelehan di matanya yang keluar tidak berhenti, makin deras dan deras. Dengan mata yang mulai terlihat sayu dan tak ada cahayanya lagi.

Alvian yang tak sanggup melihat wajah Renox menundukkan kepala ke arah lain dengan punggung tertekuk.

ONE YEARHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin