"Benar," sahut Sheikh Abdul Azis.

   Mata Sheikh Alkahfi terbelalak menatap sang Ayah, ia tidak menyangka perkataannya yang penting jawab ternyata benar.

   Sedangkan Sheikh Ahmad membawa koper emas itu menuju ruang kerjanya, ia memasukkan koper emas yang isinya emas batangan kedalam tempat penyimpanan rahasia.

   Setelah menutup rapat pintu penyimpanan tersebut, Sheikh Ahmad menarik napas lega. Mengapa ia begitu ceroboh, dengan menampakkan koper emas serta isinya kepada keluarga besar Al Hafidz.

   "Tidak beradab cara memberinya," guman Sheikh Ahmad kesel.

   Koper itu adalah, pemberian dari keluarga The Adams khususnya Alexander The Adams. Alasan sebab merasa bersalah, karena menyuruh membuat berita fitnah dan aib tentang keluarga Al Hafidz.

   "Sabar Ahmad, bagaimanapun orang yang memberinya adalah, Abang sepupumu," gumam Sheikh Ahmad menarik napas meredakan kekesalannya.

   Alexander The Adams juga berjanji, akan membuat para investor kembali datang kepada perusahaan di bidang kotruksi milik keluarga Al Hafidz.

   Beberapa proyek milik keluarga Al Hafidz yang terancam batal, dengan para investor yang telah pergi, juga akan dibantu pendanaan oleh Alexander The Adams.

   Emas yang diberikan tersebut untuk membayar hutang-hutang, dari para Sheikh dan Sheikha Al Hafidz.
Beberapa Sheikh dan Sheikha Al Hafidz yang masuk skandal, justru kabur bersembunyi.

   Sehingga keluarga Al Hafidz tidak mengetahui keberadaan mereka, Alexander The Adams yang punya kekuasaan di dunia atas dan bawah, mampu mengumpulkan mereka semua.

   Penjara bawah tanah Istana Mutiara Al Hafidz sudah mulai dibersihkan, sebab para Sheikh dan Sheikha Al Hafidz yang berskandal, akan ditahan dalam penjara tersebut.

   Beberapa yang melakukan skandal besar melanggar syariat, akan dilakukan hukuman sesuai syariat yang telah dilanggar. Hukuman itu akan dilakukan di Istana Mutiara, saksinya adalah orang-orang dari The Adams yang memotret dan memvidiokannya.

   Suara dari pesawat yang menderat terdengar, berbarengan dengan suara dari klakson kapal pesiar di laut merah yang akan bersandar pada pelabuhan pribadi Istana Mutiara.

   "Cepat juga sampainya." Sheikh Ahmad melangkah dengan cepat menuju lapangan luas Istana Mutiara.

   Lapangan besar itu diperuntukkan untuk buka puasa bersama di bulan Ramadhan, kali ini lapangan tersebut akan mengadadili para anggota keluarga Al Hafidz, yang telah kelewatan batas melanggar hukum.

   Sekitar 35 orang Sheikh Al Hafidz dan 65 orang Sheikha Al Hafidz, dibawa menuju lapangan tersebut.

   Terdengar suara sirine polisi memasuki Istana Mutiara, beberapa mobil tahanan kepolisian masuk menuju lapangan luas tersebut.

   "Assalamu'alaikum," salam dari seorang polisi.

   "WA'ALAIKUMSALAM," jawab para keluarga Al Hafidz.

   "Kami ingin menjemput para Sheikh dan Sheikha Al Hafidz untuk diadili, skandal mereka membuat malu kerajaan kita," ujar sang polisi.

MAHABBAH Putra Mahkota Al Hafidz Where stories live. Discover now