II41II

44.5K 1.9K 94
                                    

Selamat membaca

__________

"ANJIIR?! Serius?!" Maggie menatap tak percaya ke arah Violyn yang terlihat santai.

Sekarang Maggie sedang berada di Mansion Clarence, di kamar Violyn bersama Bella dan Violyn sendiri. Bella tadi menghubunginya untuk datang dan menginap malam ini. Sampai di sana Maggie terkejut melihat Violyn hadir dan lebih terkejut lagi ketika mendengar kabar jika Violyn sedang hamil berusia 3 bulan.

Bella mengangguk, "Ho'oh.. Di sini udah ada adek gue." Bella tersenyum sambil mengelus lembut perut Violyn.

Maggie yang masih shock itu terdiam di tempatnya. Gadis itu masih berusaha mencerna semuanya. Violyn hamil? Gadis itu naik ke tempat tidur Violyn dan bergabung bersama mereka.

"Ini..Serius?! Kalian jangan bohongin gue deh, gak lucu anjir! Gue masih gak percaya" Kata Maggie menggeleng.

Bella mengangguk dengan semangat, "Iya..Kalau gak percaya pegang perutnya Vio." Biarpun Violyn sudah memaafkannya, Bella memilih untuk tidak memanggilnya dengan sebutan 'Bunda'. Terlebih lagi Violyn yang belum menerima Kevanno, Bella tidak mau memaksakan kehendaknya.

Maggie pun memegang perut Violyn sambil mendekatkan kepalanya. Bibirnya tertarik ke atas ketika merasakan perut Violyn yang sedikit menonjol.

"Iya anjir!" Exited Maggie melihat Bella. "Tapi kok gak ada yang nendang-nendang?"

"Kandungan gue masih 3 bulan Gie, Waktu 4 bulanan baru babynya mulai aktif" Jelas Violyn mendapat anggukan dari Maggie dan Bella.

"Jadi lo bakal nikah sama om Kevan dong?!" Tanya Maggie membuat suasana menjadi hening. Atmosfer yang tadinya ceria kini berubah sedikit tegang.

"Kok pada diem?" Maggie tentu saja heran melihat keduanya yang hanya diam saja.

Violyn menghela napas pelan kemudian menatap Maggie, "Gue bingung, Gue ragu, takut. Gue--"

"Apalagi yang buat lo bingung Vi?! Cinta? Om Kevan udah Cinta banget sama lo, biarpun lo belum cinta sama dia. Harta? Dia tajir. Apalagi yang lo raguin?!" Geram Maggie pada Violyn. Huh!.. kalau dia ada di posisi Violyn, dia pasti akan langsung setuju menikah dengan Kevanno.

Violyn terdiam. Maggie benar lalu apa yang dia takutkan? Semua kebutuhannya pasti akan terjamin.

Sementara Bella, gadis itu diam kemudian menggenggam tangan Violyn dan tersenyum. "Gue gak maksa lo buat harus nikah sama papa. Semuanya ada di tangan lo. Tapi satu hal yang harus lo tau, Papa itu sayang dan cinta sama lo. Bukan karena lo lagi hamil anaknya papa. Tapi karena emang papa bener-bener cinta dan sayang sama lo." Bella menatap lurus ke depan, "Gue bener-bener liat gimana hancurnya papa waktu lo pergi. Itu ngebuat gue bener-bener ngerasa bersalah dan menyesal"

Maggie ikut tersenyum mendengarnya, "Vi..gue tau semuanya berat buat lo. Jadi ibu sambung buat Bella sama al, Lo juga lagi hamil, Tapi gue yakin Om Kevan adalah pasangan yang tepat buat lo. Gue ngeliat dia bener-bener sayang lo. Pikirin baik-baik yaa.."

Kemudian Maggie dan Bella memutuskan meninggalkan Violyn yang terdiam sendiri di kamarnya.

"Hah.. " Violyn membuang napas kasar lalu mengusap-usap perutnya lembut. Perempuan itu memilih berbaring dan mencoba menutup mata. Sepertinya tidur adalah hal yang harus ia lakukan untuk mengistirahatkan pikirannya.

30 menit..

1 jam...

2 jam...

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 23.30 malam. Hampir tengah malam memang, namun Violyn tak kunjung nyenyak dalam tidurnya. Perempuan itu terus saja menggeliat ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman. Sampai akhirnya Violyn membuka matanya kembali dan duduk bersandar pada headboard kasur.

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Kde žijí příběhy. Začni objevovat