R2-10: TITIK BUTA?

252 34 3
                                    

Kali ini apa?

Dengan sedikit gemetar, dia segera menerima panggilan yang masih terus berdering itu.

"Tahan tembakan!"

Abimanyu penasaran dengan reaksi Anwar saat menerima panggilan. Barangkali bisa memberinya petunjuk untuk sesuatu hal yang lebih penting.

"Ha-halo—"

"Kayaknya seru kalau main kejar-kejaran." Tawaan sarkas pun terdengar jelas.

Anwar terdiam. Dia mencoba mencerna kalimat yang baru saja ditangkap telinganya.

"Lo dijebak, Anwar."

Matanya terbelalak. Pandangannya sontak mengarah pada Panji dengan tajam dan menelisik. Mustahil.

"Semoga beruntung."

Panggilan ditutup sepihak. Membuat Anwar mengumpat.

Sudah? Berhenti di situ saja? Orang ini memang selalu senang bermain-main dan melihat dirinya kesusahan. Seolah menganggapnya seperti berada di dalam video game. Padahal dia bisa saja memberitahu sebelum dirinya pergi ke klub, bukan?

"Anjing lo, Bangsat!"

Itu kalimat perpisahannya kepada Panji sebelum dia berlari, berusaha selamat dari sergapan.

"Anwarr!" Panji berusaha menahannya tetapi dia merasa beku. Ketegangannya membuat seluruh bagian tubuhnya tak bisa berkonsentrasi.

Tepat di saat Anwar beranjak, peluru yang seharusnya mengenai lehernya pun meleset.

"Sial!" Abimanyu memukul tembok di sampingnya dengan begitu keras.

"KEJARR! JANGAN SAMPAI DIA LOLOS!!!!"

Siapa yang baru saja meneleponnya? Penyadap yang berada bersama Panji tak mampu mendengar percakapannya.

Suasana di dalam klub mendadak tidak kondusif. Orang-orang terkejut dengan aksi kejar-kejaran, yang mendadak muncul di antara hiruk-pikuk musik disjoki yang masih mengalun keras.

"Polisi woy!" Teriak seseorang yang menyadari identitas para pria misterius itu.

Hampir semua tamu sontak berhamburan, berniat kabur dari lokasi karena mengira sedang terjadi penggerebekan. Tapi bukan untuk pulang ke rumah. Kebanyakan memutuskan untuk mencari tempat hiburan baru, tanpa gangguan polisi.

***

Para polisi mulai berpencar, berusaha menutup akses agar incaran tak bisa lolos.

"Bagaimana pun caranya, tangkap Anwar hidup-hidup!"

Abimanyu merasa kesal. Anwar begitu lincah sampai sulit untuk membidik bagian lehernya.

Seolah sudah hafal betul dengan seluk-beluk gedung klub, Anwar terkesan tidak ragu-ragu untuk mengarahkan kakinya. Sebenarnya dia juga sudah terbiasa menghadapi hal semacam ini. Semoga kali ini keberuntungan masih berpihak padanya.

Dia berlari sangat kencang tanpa memedulikan apa pun yang dilewati, karena yang dipedulikannya sekarang hanyalah hidupnya. Nyawanya di ujung tanduk. Dan untuk bertahan hidup, ia harus berusaha lolos dari kejaran para polisi itu. Bila tak berhasil lolos? Jangan ditanya. Dia sendiri tak mau memikirkan jawabannya.

Sama sekali tak memberi celah dirinya sendiri untuk berhenti sedetik pun, dia terus berlari memijaki tangga, berniat menuju lantai paling atas? Entah apa tujuannya.

Sepertinya kabar tentang keberadaan pihak polisi sudah menyebar sampai ke seluruh telinga penghuni klub. Terbukti karena semua akses ramai oleh mereka yang berbondong-bendong menuju pintu keluar. Baik lift ataupun tangga, saat ini tak sepi oleh pijakan.

RADENNONA - IF I CATCH YOU [ON GOING]Where stories live. Discover now