(Cr : Pinterest)

Ingin sekali dipeluknya cewek itu, namun ada orang tua masing-masing di sebelah mereka.

"Hai, Nis" Sapa Raka sambil senyum ganteng

"Hai, Raka" Nisha membalas sapaannya.

Raka pun menyalami ibu Nisha, begitu juga Nisha yang juga menyalami Papa Raka. Setelah itu, mereka berempat memasuki ruang persidangan.

Mereka kini sudah ada didalam ruangan. Nisha duduk di barisan depan bersama ibunya. Sementara Raka dan Papanya duduk di bangku belakang mereka.

Tak lama kemudian persidangan pun di mulai . Dibuka dengan kesaksian Ibu Nisha yang menjadi korban dalam kasus ini. Dia duduk di bangku paling depan, sementara terpasang microphone didekatnya agar suaranya terdengar. Sedangkan di sudut sana ada Ayah Nisha yang sudah mengenakan rompi tahanan, duduk berdampingan dengan kuasa hukumnya.

Ibu Nisha menceritakan semua apa penyebab dia melaporkan sang suami, walau dengan derai air mata di ceritakannya dengan detail. Sementara Papa Raka terus memperhatikannya dari belakang.

"Ibunya Nisha cantik" Bisiknya di telinga Raka. Raka pun spontan langsung menoleh ke arah Papanya.

Dilihatnya sang Papa yang terus menatap Ibu Nisha. Raka cuma mengangkat sebelah bibirnya.

"Sempet-sempetnya!" Bisiknya balik di telinga sang Papa.

Papa cuma menoleh, lalu nyengir.
"Boleh ya....?" Bisiknya lagi sambil nyengir dan mengangkat alisnya tinggi-tinggi yang bikin Raka melotot

"Sssttt!!" Raka menempelkan telunjuk dibibirnya masih sambil melotot yang bikin beberapa orang didekatnya menoleh. Sementara Papa Raka hanya cengengesan sambil nunduk.

Persidangan terus berlanjut, hingga kini giliran Nisha yang harus memberikan kesaksiannya yang menjadi seorang korban.

"Betul saudari yang barnama Nisha Pramesthi adalah anak dari saudara Jordy Pangestu selaku terdakwa atas dugaan pengeroyokan dan penculikan berencana pada Sabtu Malam?" Tanya sang hakim pada Nisha yang sudah duduk dibangku yang berhadapan dengannya

"Betul Yang Mulia" Jawab Nisha sambil mengangguk kecil

"Bisa ananda jelaskan kronologi dari kejadian malam itu?" Ucap hakim itu lagi

"Baik Yang Mulia" Ucap Nisha lagi sambil mengangguk.

Dia terdiam sejenak, mengatur napasnya dan mencoba untuk merangkai kata untuk sang hakim yang ada di hadapannya itu.

"Sebetulnya, maksud saya untuk melaporkan ayah saya itu bukan karena berasal dari kejadian Sabtu malam itu, Yang Mulia. Tapi memang sudah saya rencanakan dari jauh-jauh hari. Karena memang permasalahan nya bukan hanya soal kejadian Sabtu Malam itu saja, tapi memang ada banyak hal" Nisha mulai menjelaskan.

"Baik. Bisa ananda jelaskan?!" Kata Hakim lagi

Nisha tarik napas sejenak untuk mencoba menetralkan perasaannya.
"Seperti yang sudah dijelaskan ibu saya sebelumnya kalau memang sudah sering kali terjadi KDRT dirumah kami. Ayah memang cenderung tempramental, dia juga sering memukul ibu dan saya" Jelas Nisha

"An... Jiiing..." Gumam Papa Raka pelan namun sanggup membuat Raka menoleh ke arahnya.

Ditatapnya sang Papa yang masih terus menatap Nisha yang sedang bersaksi didepan sana dengan ekspresi serius

"Tapi bukan hanya itu saja yang membuat saya bertekad melaporkan ayah saya. Tapi..." Ucap Nisha lagi, namun seketika berhenti karena dia tak kuat menahan tangis.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 08 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RAKA [ON GOING]Where stories live. Discover now