SOUL - 4

3.6K 618 83
                                    

"Kau pernah makan ubi seperti ini, Nini?" Tanya Lisa pada Jennie yang tengah meniup makanan di tangannya, Lisa juga memiliki sebuah ubi panggang berukuran sedang di tangannya, umbi-umbian manis itu menjadi menu makan malam mereka hari ini.

"Nini pernah memakan ubi, tapi tidak seperti ini." Ucap Jennie sambil menatap Lisa, mungkin jika mereka tidak berada di hutan, ubi akan menjadi pilihan makanan nomor sekian untuk keduanya.

Namun saat Lisa menemukan tanaman ubi yang entah milik siapa saat menjelajahi hutan tadi, dia menemukan dua tanaman ubi yang langsung dia cabut tanpa ragu meski mereka memerlukan waktu hampir setengah jam, rasanya Lisa seperti menemukan harta karun!

Dan kini, keduanya memiliki delapan buah ubi mentah yang bisa mencukupi perut mereka sampai beberapa hari ke depan, Lisa mengambil gigitan besar dari ubi yang masih berasap itu, dinginnya cuaca di malam hari ditambah ubi yang manis, rasanya malam ini gizi keduanya kembali terpenuhi, ditambah, ubi juga akan membuat perut mereka kenyang lebih lama.

"Lalu, apa kau menyukainya?" Tanya Lisa dan Jennie mengangguk, "rasanya manis." Ucap Jennie, dia mengambil gigitan kecil kemudian manggut-manggut, meski dia lebih menyukai ayam goreng, tapi.. tidak mungkin ada ayam goreng di dalam hutan, bukan? Dia akan memakan apapun yang Lisa berikan untuknya.

"Ini akan membuat perutmu lebih kenyang." Ucap Lisa, andai saja mereka memiliki minuman hangat seperti coklat hangat atau teh, rasanya pasti akan lebih sempurna lagi, namun Lisa harus mengingat jika keduanya berada di tengah-tengah hutan dengan api unggun yang menjadi satu-satunya alat penerangan sekarang.

"Setelah makan, kau harus tidur." Jennie menatap Lisa, dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya patuh, rasanya dia senang berada di dekat Lisa karena gadis jangkung itu mengurusnya dengan baik.

"Apa menjadi dokter itu sulit, Lisa? Dulu... Nini ingin menjadi dokter, tapi Appa mengatakan menjadi dokter itu tidak mudah, Nini harus terus belajar, Nini tidak mau." Tanya Jennie sambil mengunyah makanannya.

"Ucapan ayahmu benar, memang tidak mudah, namun karena sedari kecil aku menyukai belajar dan aku memang ingin menjadi dokter, ditambah aku mendapatkan banyak dukungan dari orang tuaku, aku mampu sampai ke titik ini." Ucap Lisa dengan senyumannya, jarang dia membicarakan tentang profesinya pada orang lain, apalagi orang asing meski dia sudah menganggap Jennie sebagai temannya.

"Kau dokter yang sangat hebat! Kaki Nini benar-benar sembuh karena dokter Lisa memijatnya setiap malam." Lisa terkekeh mendengarnya, sudah tiga malam mereka tidur di gubuk sempit itu, dan setiap malam, Lisa akan mengecek luka di wajah sekaligus memijat kaki Jennie yang semakin lama semakin membaik.

"Aku senang mendengar jika kau sembuh, karena tujuanku menjadi dokter bukan semata-mata untuk memiliki karir lalu mendapatkan banyak uang, aku ingin membantu orang lain." Ucap Lisa, dia kembali memakan ubi di tangannya, tidak pernah rasanya ubi terasa senikmat ini.

"Aku sedih melihat korban lainnya yang tidak selamat, setidaknya jika mereka sekarat namun masih bernafas, aku bisa berusaha untuk membuat mereka sembuh, namun mereka yang adalah manusia berharga harus tergeletak layaknya dedaunan disana." Ucap Lisa dengan helaan nafasnya, dia menatap Jennie yang sepertinya tidak terlalu menghiraukan ucapannya.

"Biar aku bantu." Lisa mengambil alih ubi di tangan Jennie kemudian mengupas kulitnya karena teman barunya itu tampak kesulitan.

"Terima kasih." Ucap Jennie, "apa kau memiliki teman?" Jennie menganggukkan kepalanya dengan pipinya yang bergerak naik turun.

"Nini memiliki satu teman yang sangat baik, tapi sebenarnya, dia juga adalah kakak sepupu Nini, Nini memanggilnya Unnie, Jisoo Unnie." Lisa menatap Jennie yang asik bercerita sekarang.

SOUL - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang