"Uang aja yang ada di otak kamu." Ucap papa Alena yang dari tadi cuma menyimak ucapan istri dan anak-anaknya. "Belajar dulu yang benar. Bentar lagi kamu ujian." Lanjut papa Alena.

"Mas, mau ngomong sama Alena?" Tanya mama Alena sambil memberikan handphonenya ke suaminya.

"Alena." Panggil papa Alena.

"Iya pa." Balas Alena.

"Jaga diri kamu." Ucap papa Alena. "Kalau kamu gak beta kerja disana, pulang aja papa dan mama masih sanggup untuk membiayai kamu dan Alan." Lanjut papa Alena.

"Iya pa." Balas Alena merasa terharu dengan ucapan orang tuanya kepadanya.

Dia juga tahu keluarga Alena bukan orang kaya di kampungnya, kehidupan mereka juga sederhana.

Setelah ini dia akan menganggap keluarga Alena sebelumnya seperti keluarganya sendiri.

Selesai mematikan telponya, Alena langsung pergi tidur.

*****

Pagi harinya saat Alena sampai di ruangannya, Alena melihat kaca pembatas ruangannya dengan Mahesa sudah ditutup sesuatu sehingga dia tidak bisa melihat lagi apa yang terjadi dalam ruangan Mahesa.

Melihat itu, Alena merasa senang karena apa yang dia lakukan di ruangannya tidak bisa di pantau secara langsung lagi oleh Mahesa.

Alena terkadang merasa sekali-kali Mahesa sengaja atau tidak dia akan melihat kearahnya, sehingga membuat Alena merasa canggung.

Saat mengantarkan kopi ke Mahesa, Alena melihat Mahesa yang fokus ke laptopnya dan menghiraukan dia yang meletakkan kopi diatas mejanya.

"Keluar." Perintah Mahesa melihat Alena yang masih berdiri di dalam ruangannya.

"Bapak baik-baik aja kan?" Tanya Alena sedikit khawatir Melihat keadaan Mahesa kemaren.

Bukannya Alena tidak mau menanyakan kemaren ke Mahesa bagaimana keadaannya, tapi melihat Mahesa yang kemaren terus menatapnya dengan tajam dari ruangannya, Alena mengurungkan niatnya untuk menemui Mahesa.

"Kamu gak lihat saya sehat begini?" Tanya Mahesa dingin. "Kamu doain saya sakit." Lanjut Mahesa.

"Bukan gitu maksud saya pak." Balas Alena. "Syukurlah kalau bapak baik-baik aja." Lanjut Alena.

"Hmm..." dehem Mahesa masih fokus di ke laptop.

"Kalau gitu saya permisi dulu pak." Ucap Alena keluar dari ruangan Mahesa tapi malah dia hentikan.

"Nanti sore, kamu temani saya." Ucap Mahesa.

"Baik pak, apa ada yang perlu saya siapkan pak?" Tanya Alena.

"Gak usah, cukup kamu temani saya aja." Ucap Mahesa.

"Baik pak." Ucap Alena langsung keluar dari ruangan Mahesa.

Keluar dari ruangan Mahesa ternyata sudah di tunggu Diki, Dani dan Pandu di ruangannya.

"Ngapain kalian disini?" Tanya Alena heran melihat mereka yang tidak biasanya pergi ke ruangannya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang