42. Duluan cicaaak!

427 14 0
                                    

Hari kembali berjalan seperti biasa, antara sudah siap dengan seragam sekolah nya.

"Bu, nara pulang sore ya. Mau ada tanding basket di sekolah nara" Ucap nya

"Iya sayang. Ini bekal nya, makan ya pas istirahat nanti biar uang saku kamu buat jajan kamu sore" Ucap widuri

"Asyiaaap. Makasih ibu ku yg cantik jelita cetar membahana seantero antariska" Ujar nara sambil tertawa di sambut tawa widuri.

"Ada ada saja anak ibu ini" Widuri terkekeh

Nara pun berpamitan pada ibu nya, kali ini ia berangkat menggunakan motor matic milik nya. Tidak perlu di antar atau nebeng orang lain, sebab lengan nya sudah sembuh tinggal bekas luka ny saja.

Saat nara mengeluarkan motor nya, ia malah melihat cakra sudah nangkring di dekat kedai nya.

Ia pun berinisiatif menghampiri lelaki itu

"Cicak? Ngapain ke sini?" Tanya nya

"Jemput lo, lo mau bawa motor sendiri?" Tanya cakra

"Ho'oh enakan bawa motor sendiri daripada nebeng orang" Kata nara.

"Ya udah ayok bareng. Yg menang di traktir yg kalah" Kata cakra.

"Ih mana bisa gitu! Gue pasti kalah lah dasar cicak sableng!" Omel nara, motor matic lawan motor sport? Tentu lah nara yg kalah.

"Ya udah kita tukeran motor aja" Ucap cakra seketika membuat anara semangat.

"Wokehh" Nara mengacungi nya dengan jempol "siap siap kalah ya cicak hehe" Kata nya.

"Lo juga siap siap kalah ya narsis" Kata cakra.

Nara dan cakra akhirnya bertukar motor "aduh cicak kaki gue gak sampe." Keluh nya. Padahal diri nya sudah menjinjitkan kedua kaki nya namun tetap saja ia kesulitan.

Cakra terkekeh "lagian tumbuh tuh ke atas bukan kesamping" Ujar nya "ya udah Terima aja lo pake motor lo, gue pake motor gue" Kata cakra.

Nara mendengus sebal kemudian berjalan menuju motor nya sambil menghentakkan kedua kaki nya. "Huhh"

"Siap narsis?" Tanya cakra saat mereka sudah siap di motor masing masing, Nara mengangguk.

"Satu, du_" Baru hitungan ke dua Nara sudah melajukan sepeda motor nya dengan cepat.

"Duluan cicaaak!"

Cakra mengulas senyumnya kemudian menyusul motor Nara.

.

.

.

Di tempat lain.

Kristal sudah mengemas semua barang ke dalam beberapa koper besar. Ia akan tinggal di apartemen milik desi, sebenernya apartemen itu milik brama juga namun brama memberikan nya untuk desi.

"Hiks.. Pa maafin kristal" Ucap kristal

Brama sama sekali tidak menoleh dan menganggap kristal tidak ada, ia hanya fokus pada sarapan nya.

Sebenarnya dari dalam lubuk hati nya ia ingin sekali menampar atau menyeret kristal sama seperti hal yg sering ia lakukan pada Naraya jika anak itu melakukan kesalahan walau itu hanya masalah sepele. Namun, ia merasa tidak memiliki hak untuk menghukum putri desi tersebut. Sebab ia hanya ayah tiri, dan kristal masih memiliki ayah kandung yg lebih berhak untuk mendidik putri nya di banding dia.

Desi saja tidak menghukum nya.

Jadi, dia merasa tidak berhak memberikan anak itu hukuman.

"Mas, apa tidak bisa kamu memaafkan kristal, aku gak bisa tinggal jauh dari anak ku" Ucap desi.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang