20. Permintaan Maaf Geng Beling!

708 31 2
                                    

"Sayang... Tenang polisi sedang mengusut pelaku peneror nya" ucap brama yg menenangkan desi yg gementeran.

'Sialan anak itu! Mau mati atau hidup bikin susah aja' geram desi dalam hati 'apa ada orang lain yg tau kalo aku penyebab kematian anak sialan itu selain? Gak mungkin dia, dia juga pelaku nya. Pasti ada orang lain tau perihal ini' gumam nya dalam hati.

'Siapapun pelaku teror ini, dia akan ku habisi' geram desi.

"Sayang..." Panggil brama namun tak ada jawaban dari desi

"Sayang" panggil nya lagi sambil menggoyangkan bahu istri nya.

"Eh_ ke_ kenapa mas?" Tanya desi.

"Jangan melamun. Tenang ada aku, aku akan jaga kamu" ucap brama menenangkan.

"Iya mas. Aku masih sedikit syok saja, maaf kalau aku melamun" ucap desi.

"Ayo kita pulang. Kamu harus menenangkan diri dan istirahat" ucap brama, desi pun menuruti keinginan suami nya.

Kondisi sekolah sangat tidak kondusif pagi ini, siswa siswa berhamburan ingin mengetahui apa yg sedang terjadi. Banyak yg berbisik dari kalangan siswa dan guru.

"Jangan jangan maksud dari pembunuh itu, bu desi membunuh Naraya "

"Kabar nya ibu nya naraya juga meninggal karena bu desi"

"Iya kita sebagai orang lama tau betul, dia sahabat bu narina. Eh malah rebut suami nya, di tambah rebut hak nya sebagai pemilik sekolah ini"

"Iya. Kasian naraya, sering di tidak adili di sini, padahal sekolah ini milik orang tua nya"

"Pak brama kalah dengan bu desi"

"Iya di butakan oleh cinta"

"Iya. Gak sadar apa ya? Semenjak kehadiran bu desi semua orang terdekat pak brama meninggal"

Brama mendengar dengan jelas gosipan guru guru yg tidak menyadari keberadaan nya. Setelah mengantar desi ke mobil, ia lupa meninggalkan kunci mobil nya dan berniat mengambil nya namun ia malah tak sengaja mendengar gosipan itu.

'Mereka benar. Aku kehilangan semua nya, istri ku, ayah ku, dan putri ku. Tapi itu semua takdir bukan karena ada nya desi' batin brama.

Kemudian ia meneruskan langkah nya dan tak menggubris omongan guru guru itu.

.

.

.

Anara berbaris di barisan paling depan dengan wajah cemberut nya bahkan kedua pipi gadis itu sudah memerah meski terhalang topi, tetap saja tidak dapat menghalau panas matahari pagi nya menerpa kulit nya yg seputih susu itu. Seperti yg naraya bilang wajah anara beserta kulit nya seperti halmeoni dan ibu nya berbeda dengan orang orang di sekitar nya, kulit nya lebih putih dari yg lain. Sebab itu kedua pipi nya sangat mudah mereah jika terkena panas atau dingin.

"Awas lo dev! Gue tendang bokong lu nanti" gerutu Nara memandang sinis pada Dev yg berdiri di depan bersama para guru. Sebagai ketua OSIS ia bertugas menyiapkan dan mengawasi jalan nya upacara.

"Pasti bini gue lagi ngedumel" gumam Dev tersenyum tipis melihat Nara yg cemberut. 'Gue selalu pengen liat pipi lo yg merah itu, kalo lo di belakang susah gue liat nya. Gakpapa ya calon bini gue, berkorban dikit lah kepanasan buat gue' batin Dev terkikik.

Sedangkan anara menatap menuju dendam pada lelaki itu. Siapa yg tidak kesal, anara sudah berdiri di paling belakang dan memilih tempat yg teduh malah ditarik ke depan oleh Dev, alasan nya 'yg pendek harus di depan' begitu kata nya.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Where stories live. Discover now