30. Kecentilan!

553 23 0
                                    

Nara duduk menghadap wali kelas nya dan di samping nya ada mutia.

"Dua siswi kebanggaan kelas, bahkan salah satu nya siswi unggulan sekolah yg selalu mewakili Olimpiade matematika, kenapa nilai nya bisa begitu mengecewakan?!" Ujar bu gista

"Apa yg terjadi anara? Bahkan kamu tidak bisa menyusul nilai teman teman mu, terlebih tugas mu yg masih kosong karena kamu sakit. Kamu mau tertinggal kelas anara? Mau tidak lulus? Kamu ini sudah kelas 12 loh nak.. Jenjang kulia sudah di depan mata" Ucap bu gista.

Nara hanya tertunduk, selama ia hidup ia tak pernah merasa takut seperti saat ini. Ia takut ibu nya anara tau, apalagi ia sadar ia hanya siswi penerima beasiswa "maaf Bu, saya akan perbaiki dan bersungguh sungguh mengejar ketertinggalan saya" Jawab anara.

"Dua bulan anara. Ibu memantau nilai mu selama dua bulan ini, ada apa? Nilai mu anjlok nak! Bagaimana ibu tidak kecewa? Kamu siswi kebanggaan ibu" Ucap bu gista tersiarat kekecewaan yg teramat besar di dalam nya, pasal nya kelas yg di bimbing nya adalah kelas unggulan terkenal dengan kecerdasan para murid nya. Dan aneh nya, muncul dua murid bermasalah dalam nilai dan murid itu yg biasa menepati peringkat satu dan dua, tentu saja ia merasa syok.

Nara meremat jari jemari nya yg terasa dingin 'maafin Nara bu, maafin Nara" Gumam nya dalam hati.

"Ibu akan memanggil orang tua mu, untuk membicarakan penghapusan beasiswa mu. Maaf anara, ini sudah menjadi keputusan pihak sekolah" Ujar bu gista.

Deg

Nara seketika panik "bu, saya mohon jangan panggil ibu saya ke sini" Ucap anara dengan tatapan memohon, bisa syok berat widuri jika melihat nilai nya merah dan banyak tugas yg nilai nya kosong.

"Maaf anara, ibu harus menanyakan apakah ibu mu akan tetap menyekolahkan mu di sini tanpa beasiswa itu" Ucap bu gista

"Ibu, saya mohon jangan panggil ibu saya. Saya mohon pengertiannya bu.. Nilai saya anjlok karena efek saya kecelakaan beberapa bulan lalu bu, jadi mohon di maklumi" Lirih anara

"Apapun alasan nya anara, ini sudah keputusan sekolah untuk mencabut beasiswa mu. Maaf ibu tidak bisa membantu, dan ini surat panggilan untuk orang tua mu" Bu gista menyerah kan amplop pada anara.

"Bu apa jika saya bisa membayar uang sekolah saya sendiri, maka orang tua saya tidak perlu ke sini?" Tanya Nara.

Bu gista memandang tidak yakin pada Nara "kamu ingin membayar nya? Uang semester ini dan semester depan anara?" Tanya bu gista.

"Iya bu. Besok saya akan lunasi sampai semester akhir, saya mohon jangan panggil ibu saya" Ucap anara dengan tatapan memohon.

"Kamu dapat uang sebanyak itu dari mana?" Tanya bu gista menyelidik pasal nya anara memang berasal dari keluarga pas pasan yg ia tau.

"I_ ibu jangan salah paham. Saya dapat uang dari tante saya bu.. Besok saya akan datang bersama dengan nyanya, sebenernya saya memang ingin di biayai oleh nya tapi ibu saya selalu menolak" Anara berucap asal 'aduh gue ngomong apa ya tadi' rutuk nya dalam hati.

"Ya udah ibu tunggu besok, dan ini nilai mu yg kosong dan merah tolong minta perbaikikan pada guru bidang nya masing masing. Kamu boleh kembali ke kelas" Ucap bu gista sambil memberikan kertas nilai. Anara bernapas lega, ternyata ucapan ngawur nya nyambung juga.

Mutia melirik anara dengan tatapan aneh. Setelan anara pergi bu gista pun mulai berbicara kepada Mutia

"Mutia, semenjak anara tidak masuk, bahkan anara nilai nya anjlok. Kenapa nilai mu ikutan anjlok nak?" Tanya bu gista "lihat ini" Tunjuk bu gista pada catatan nilai nya. "Sebentar lagi ujian tengah semester, bagaimana dengan raport mu jika ibu taruh isi nilai harian nya merah semua? Apa yg terjadi? Apa ada masalah yg membuat nilai mu anjlok? Jujur ibu kecewa sekali, banyak guru yg memprotes pada ibu dengan nilai kamu juga anara yg anjlok, seolah ibu tidak memperhatikan kalian. Ibu sampai malu" Jujur bu gista.

Transmigrasi Badgirl (Pembalasan Dendam) Where stories live. Discover now