13. Arsy Beban?

105 46 2
                                    

                      *Selamat Membaca!*

Jangan lupa teken bintang ya, penting itu!
________________________

Arsy sekarang berada di taman belakang  sekolah, ia membolos di jam pelajaran masih berlangsung.

Terlalu gerah dan lelah ia bersandar di bawah pohon mangga, memejamkan matanya rehat. Arsy tertidur tanpa sadar terdapat seseorang yang memandangnya lekat.

"Lucu." Gumam orang itu pelan.

Hingga lebih 1 jam Arsy tertidur ia mulai mengerjapkan  matanya perlahan kala dirasa ada seseorang yang mengusap kepalanya.

"Sudah bangun, hm? Tidur lagi kalo masih ngantuk Arsy." Ujar Orang tersebut dengan memeluk Arsy erat.

Arsy melepas pelukan tersebut kaget.

"Siapa kau?!." Tanya Arsy dingin dan tajam.

Matanya mengedar menyadari bahwa sekarang dirinya berada di sebuah kamar mewah

Seseorang itu terkekeh melihat raut wajah Arsy yang di tunjukkan padanya.

"Ah mirip sekali sama pak tua itu haha" Batinnya.

"Baiklah Girl mari kita berkenalan. Namaku Davin Putra Robitson!." Ucapnya sembari tersenyum hingga gigi rapih nya terlihat.

Arsy mematung mendengar nama pria tersebut yang memiliki marga Robitson, ia teringat Diary milik Mommy nya.

"Kau?!." Ujarnya dengan tatapan penuh selidik.

"Ya?." Jawabnya menyengir edan.

                                         ***

Arsy dengan langkah tergesa ia berlari menuju gerbang, dirinya panik kala ternyata jam menunjukkan pukul 15.13 WIB yang artinya sekolah telah selesai sejak tadi siang.

"ARSY!!." Teriak seseorang dua anak laki-laki dan pria paruh baya yang tak lain Sean, Samuel dan Pak rohmat supir pribadi keluarga Adiwijaya.

"Kamu kemana aja Arsy?."

"Arsy kamu Gpp kan?."

"Non kemana tadi Non?."

Kata mereka bersama.

"JAWAB ARSY!!." Bentak Sean keras tepat di depan Arsy yang membuat nya terkejut.

Bahkan Samuel dan sopir tak kalah terkejutnya.

"Sean!." Peringat Arsy.

"Arsy tahu? Kita semua panik nyariin kamu, sampai keliling sekolah nggk ketemu juga!." Ucapnya menatap datar Arsy. Arsy tertegun dengan tatapan datar Sean.

"Maaf, aku-  "

"Kalo Arsy mau pergi kemana itu bilang! Jangan asal pergi aja, nyusahin tahu nggk!!." Cetus Sean lalu melangkah pergi memasuki mobil.

"A-arsy, Jangan pikirin omongan Sean ya?." Ujar nya berhati-hati seraya merangkul pundak Arsy.

Arsy hanya mengangguk sekilas.

"Em, Non dan Aden mari kita pulang hari mulai sore, Tuan dan Nyonya sudah menunggu." Kata Pak Rohmat.

"Iya Pak, ayo Arsy kita pulang." Ajak Samuel seraya menggandeng tangan Arsy menuju mobil yang sudah terdapat Sean tengah duduk di samping kemudi.

Mobil yang mereka kendarai mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Selama perjalanan Arsy termenung mencoba memahami apa yang di katakan oleh Sean.

"Nyusahin tau nggk!!."

"Nyusahin tau nggk!!."

Bagaikan kaset rusak perkataan Sean terus menghantui pikiran nya. Dadanya sesak mendengar bahwa dirinya menyusahkan semua orang.

'Apa aku semenyusahkan itu?.'

Sangat ingin dirinya menangis namun sekuat tenaga ia menahannya, membiarkan rasa sesak, sakit hati karena perkataan seseorang yang ia sayangi mengerogoti hatinya.

Tidak apa, dia cukup tau diri.

Hingga beberapa saat kemudian, mereka sampai di halaman perkarangan rumah Adiwijaya. Dari dalam mobil Arsy bisa melihat Orangtua angkatnya yang mencemaskan dirinya terlihat dari guratan wajah mereka.

"Arsy!." Teriak Airin dan Dika ketika melihat Arsy turun dari mobil.

Segera mereka menghampiri Arsy.

"Kamu Gpp kan Nak?." Tanya Airin cemas seraya memastikan tubuh Arsy tidak terdapat luka.

"Gpp Mah, Maaf." Ujar Arsy merasa bersalah menundukkan kepala.

"Hufft... Lain kali jangan gitu lagi ya sayang." Ucap Dika mengelus kepala Arsy.

"Tadi Arsy kemana?." Tanya Airin.

Arsy hanya diam tidak menjawab. Samuel yang mengerti Arsy pun segera menyela.

"Mah." Panggil Samuel.

"El sama Arsy masuk dulu ya mau istirahat." Kata Samuel berpamitan. Sedangkan Sean sudah masuk ketika mereka sampai.

Sebelum Airin dan Dika menjawabnya, Samuel segera membawa Arsy masuk kedalam lalu mengantarkan nya sampai didepan kamar Arsy yang terletak di samping kamar miliknya.

Airin dan Dika mengkerut kan dahi nya bingung dengan sikap mereka yang seperti menghindar dari pertanyaan.

                                         ***

Arsy termenung di balkon kamar miliknya. Terlihat dari tatapannya yang kosong, ia memikirkan perkataan Sean yang terus berputar di pikiran nya dan juga perkataan Pamannya tadi siang pun menjadi beban pikiran nya.

"Arsy harus gimana sekarang." Gumam Arsy pelan.

"Mom Dadd, aku harus gimana? Arsy bingung dan takut hiks." Ucapnya lirih dengan tatapan mengadah keatas melihat bintang.

Air matanya tidak bisa ia cegah, dirinya benar-benar bingung dan takut serta tidak tau harus melakukan apa.

"Arsy masih kecil kenapa ujian nya berat ya Tuhan? Arsy ada salah apa? Arsy capek gini terus hiks hiks. Arsy mau keluarga yang utuh bukan banyak musuh." Tangis nya pecah.

Di depan pintu kamar Arsy terdapat dua bocah yang melihat Arsy menangis.

Sean ingin menghampiri nya namun dirinya terlanjur kecewa, ia kecewa karena takut terjadi sesuatu oleh kakak kembarnya.

Ia hanya melihat sang kakak yang menangis pilu.

"Ean? Kamu nggk mau samperin Arsy?." Tanya Samuel kala Sean hanya melihat Arsy menangis menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Sean yang ditanya hanya diam membisu.

"Ayo ke kamar El." Ajaknya.

"T-tapi itu A-arsy?." Tanya Samuel bingung. Ia tak tega melihat Arsy yang sudah ia anggap kakak nya menangis pilu.

"Biarin aja, ayo!." Sebenarnya Sean kasihan dan merasa bersalah tapi mau gimana lagi ia terlalu gengsi.

Mendapat paksaan dari Sean, Samuel mau tak mau menganggukan kepala nya pasrah. Biarkan nanti Samuel temui setelah makan malam.

Disisi lain Arsy terus menangis membuat kepalanya terasa pusing, Karena sedari siang ia belum makan sedikitpun.

Badannya terasa lemas, mata yang memberat membuat ia tak kuasa menahan bobot tubuhnya yang kini telah menyentuh lantai yang dingin.

Ya, Arsy pingsan.

                                          ***

Ig: @_errr7

Queen Devil's  [On-Going]Where stories live. Discover now