7. Kehilangan kedua kalinya

127 73 3
                                    

                      *Selamat Membaca*

Jangan lupa tinggalin jejak ya kawan-kawan.

_________________________

Di perjalanan pulang setelah mengantarkan jenazah Mommy nya, Arsy hanya diam melamun memandangi gedung-gedung yang menjulang tinggi dari kaca mobil.

Pria paruh baya yang sedang mengemudi menghela nafas. Ia prihatin terhadap kehidupan anak kecil di samping nya ini.

"Yah?." Panggil Arsy pelan pada pria di samping nya.

Dia Dika, Ayah Samuel.

"Ya, kenapa Arsy?." Jawab nya seraya mengelus rambut Arsy sayang. Ia sudah menganggap Arsy seperti anak nya sendiri.

"Mommy?." Seakan mengerti, Dika mengangguk pelan. Ia tahu bahwa Arsy meminta penjelasan kronologi meninggal nya sang ibu.

"Tadi siang, tepatnya jam 10.32 Mommy kamu udah nggk ada. Awal nya Ayah sama Mamah ke rumah kamu sekedar berkunjung buat ngasih oleh-oleh buat kalian, tapi lama kita ketuk pintu nggk ada yang buka jadi kita putusin masuk dan duduk di ruang tamu karena Ayah sama Mamah pikir kalo Mommy kamu lagi keluar soalnya pintu nggk ketutup rapet dan aneh nya sepeda motor Mommy kamu ada di rumah. Jadi kita mikir lagi kalo Mommy mu nggk keluar."

"Mamah Airin juga sempet manggil-manggil Naomi biar keluar tapi nggk ada sahutan, Alhasil Mamah Airin nyoba samperin ke kamar nya dan disitu kita lihat Mommy kamu dalam posisi terbaring di lantai. Dengan cepat kita bawa kerumah sakit, tapi waktu sampai sana Dokter bilang kalo Mommy kamu udah nggk ada sebelum di bawa ke Rumah sakit." Jelasnya alnjut setelah menghela nafas berat.

Arsy diam tak merespon.

Tak lama akhirnya sampai di rumah minimalis tersebut. Depan teras terlihat Airin yang tengah memeluk El yang masih menangis.

"Mah." Panggilanya.

"Eh Arsy." Arsy mengangguk pelan lalu melirik Samuel dan di mengerti oleh Airin.

"Hufft, El nangis liat Sean histeris di kamarnya. Katanya nggk tega." Ucap nya lirih.

"Jangan nangis terus El, nanti matanya bengkak." Ujar nya pada Samuel yang masih sesenggukan.

"A-arsy hiks hiks huhuhu El kasihan hiks sama Ean. Dia n-nangis te-terus." Jawabnya tersendat-sendat.

Memang, Samuel sekhawatir itu dengan Sean karena mereka sedari kecil selalu dekat. Samuel lebih dekat dengan Sean dari pada Arsy karena Samuel tahu jika Arsy kuat, pemberani dan nggk cengeng terlebih lagi ia galak.

"Dan biar Arsy yang nenangin, El nggk usah nangis lagi." Ucap nya datar namun terkesan lembut.

Samuel memeluk Ars erat.

"Arsy harus kuat ya." Bisik Samuel pas di telinga Arsy yang membuat nya geli.

"Arsy selalu kuat." Balasnya berbisik seraya mengelus kepala Samuel.

Setelah itu ia berpamitan untuk menemui Sean.

***

Dari luar Arsy bisa mendengar tangisan Sean. Di lubuk hati nya Arsy juga merasa sakit dan kehilangan, namun ia harus kuat karena masih adanya adek kembarnya, Sean.

Tok
Tok
Tok

"Ean? Buka dulu pintunya biar kakak masuk."

Hening, hanya suara tangis Sean yang terdengar.

"Ean jangan gini ya, Arsy ikut sedih." Ucap nya lirih.

Arsy terduduk di depan pintu kamar Sean dengan sesekali mengetuknya.

Queen Devil's  [On-Going]Where stories live. Discover now