"Kalau saya ngomong bos nyuruh keruangannya untuk pekerjaan apa kalian percaya?" Tanya Alena yang di jawab gelengan kepala oleh mereka termasuk Gino. "Kalau gitu saya akan pergi ke bos dulu." Lanjut Alena berjalan ke ruangan Mahesa terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangannya.

Alena juga tidak tahu harus bagaimana mengatakan ke mereka, kalau dia dan Mahesa tidak memiliki hubungan apa-apa, murni tentang bawahan dan atasan.

Masuk kedalam ruangan Mahesa Alena, melihat Mahesa yang sedang bersandar di kursinya.

"Ada apa pak?" Tanya Alena setelah masuk ke ruangan Mahesa.

"Ini buat kamu." Ucap Mahesa sambil mendorong buku ke depan Alena yang berjudul "Cara Mudah Belajar Bahasa Asing."

"Ini serius bapak kasih ke saya?" Tanya Alena curiga melihat Mahesa yang tiba-tiba baik kepadanya.

"Hmm..." Dehem Mahesa.

Setelah Mahesa mengantar Alena pulang semalam, dia kembali ke rumahnya dan mamanya juga mengatakan ke Mahesa apa yang dia katakan ke Alena di dalam kamar.

Mendengar ucapan mamanya semalaman, Mahesa seharusnya senang dengan Alena yang ternyata bekerja dengannya tanpa ada perasaan, tapi entah kenapa mengetahui hal itu Mahesa merasa ada yang ganjal di hatinya dan merasa tidak senang.

Masuk kedalam kamarnya semalam, Mahesa berlama-lama berdiri di cermin dan memperhatikan wajahnya di cermin yang bukan kebiasaan Mahesa.

Tidak mau memikirkan Alena lama-lama, Mahesa pergi ke ruangan kerjanya, berniat untuk menghilangkan pikirannya tentang Alena tapi malah melihat buku belajar tentang bahasa asing yang buat Mahesa kembali mengigat Alena.

"Makasih pak." Ucap Alena senang dan tersenyum manis untuk pertama kalinya ke Mahesa.

"Gak usah senyum-senyum gitu." Ucap Mahesa melihat Alena tersenyum manis ke arahnya. "Saya mau dalam dua bulan kamu sudah bisa bahasa asing, terutama bahasa inggris." Lanjut Mahesa yang buat Alena terdiam.

"Gak mungkin saya akan bisa dalam waktu dua bulan pak, setidaknya saya butuh waktu satu tahun dan itupun saya ragu." Jelas Alena menatap Mahesa dengan memohon.

"Saya tidak mau tahu dalam waktu dua bulan ini, saya ingin mendengar kamu berbicara dalam bahasa Asing terutama bahasa Inggris." Ucap Mahesa yang buat Alena menjadi kaget.

"Tapi pak saya gak akan sanggup dalam waktu dua bulan itu pak" Bantah Alena.

"Saya gak peduli." Ucap Mahesa yang tidak mau dibantah yang membuat Alena kembali terdiam. "Kembali ke ruangan kamu, untuk selama dua bulan ini saya akan membiarkan kamu untuk belajar bahasa Asing dan yang perlu kamu ingat jangan ganggu sekretaris saya yang lainnya." Lanjut Mahesa.

"Baik pak." Ucap Alena lesu dan kembali keruangannya dengan membawa buku yang diberikan Mahesa.

"Tunggu sebentar." Ucap Mahesa yang membuat Alena menghentikan langkahnya. "Segala sesuatu tentang saya sekarang kamu yang handle." Lanjut Mahesa.

"Baik pak." Balas Alena yang tidak mau membantah ucapan Mahesa.

"Kamu harus siap dua puluh empat jam saat saya butuhkan." Ucap Mahesa. "Besok saya akan memberitahu kamu apa yang harus kamu lakukan." Lanjut Mahesa.

"Baik pak." Balas Alena lagi.

"Kamu jangan lupa buatkan saya kopi." Ucap Mahesa kembali mengingatkan.

"Baik pak." Balas Alena lagi.

"Dan..." Belum selesai Mahesa menyelesaikan ucapannya Alena sudah keluar dari ruangan Mahesa.

"Dasar." Ucap Mahesa menatap pintu ruangannya yang sudah tertutup lagi.

"Tahan Alena jangan teriak." Ucap Alena menahan kekesalan terhadap Mahesa setelah keluar dari ruangan Mahesa. "Sabar, dia bos kamu." Lanjut Alena yang mengusap dadanya.

Masuk kedalam ruangannya, Alena melemparkan buku yang diberikan Mahesa ke atas mejanya, saat dia melihat Mahesa yang ternyata mengawasinya, Alena menatap Mahesa dengan senyum yang dipaksakan dan mengelus dengan lembut buku di atas meja yang tadi dia lemparkan.

******

Saat Alena sampai di tempat meja pantry ternyata di sana sudah ada Diki, Dani dan Pandu serta Gino yang sedang menunggu nya.

"Ngapain kalian kesini?" Tanya Alena yang masih kesal dengan Mahesa menyuruhnya belajar bahasa asing dalam waktu dua bulan seperti guru memerintahkan nya dan mengatur-aturnya.

"Sabar buk bos." Ucap Dani melihat Alena menatap mereka dengan marah.

"Baru keluar dari ruangan pacar malah marah-marah begini, seharusnya senang dong." Ucap Diki. "Padahal hampir setengah jam Lo kamu didalam." Lanjut Diki menaikan turun alisnya.

"Saya akan ngomong tentang ini untuk terakhir kalinya ke kalian semua. Mau kalian percaya apa gak itu terserah kalian." Ucap Alena. "Dengar baik-baik, saya dan bos gak ada hubungan istimewa apapun, apalagi itu pacaran. Jujur saya bisa kerja disini karena tidak sengaja membantu mama bos, kalau kalian gak percaya tanya aja sama pak Gino." Lanjut Alena sambil melihat Gino yang juga menatapnya.

Mereka berempat memang sengaja menunggu Alena di ruang pantry, selain WC yang tidak ada cctv-nya di lantai 25, ruang panty juga tidak ada cctv-nya, jadi mereka lebih aman untuk mengobrol disini tanpa harus di pantau oleh Mahesa.

"Betul, tapi bos biasanya juga tidak akan terlalu patuh dengan mamanya tentang masalah perempuan." Ucap Gino yang ke ingat bagaimana Mahesa yang tidak akan mendengarkan ucapan mamanya kecuali dia yang mau. "Dan saya juga sudah lama mengikuti bos dan cuma kamu satu-satunya perempuan yang bisa pergi dengan bos dan duduk di mobil bos." Lanjut Gino.

"Saya tersanjung mendengar itu." Ucap Alena mendengar ucapan Gino. "Tapi kemaren saya pergi berdua dengan bos karena mama bos ingin bertemu dengan saya untuk mengucapkan terimakasih secara langsung ke saya." Ucap Alena menghilangkan keraguan mereka terhadap dirinya dan Mahesa.

Mendengar ucapan Alena mereka berempat saling pandang dan terdiam.

"Awas aku mau buatkan kopi untuk bos." Ucap Alena yang membuat mereka berempat langsung menyingkir dan tidak bertanya lagi ke Alena.

"Gue yakin pasti bos tertarik dengan Alena." Ucap Diki tiba-tiba setelah melihat Alena pergi.

"Gak mungkin, bukannya Lo kemaren ngomong kalau bos itu guy." Ucap Dani tidak percaya dengan Mahesa yang tertarik dengan Alena.

"Gak mungkin bos itu guy, dia belum bertemu dengan orang yang dia suka aja." Ucap Gino. "Gue yang sering pergi dengan bos dan gue lihat bos normal aja sebagai laki-laki." Lanjut Gino yang tahu kalau Mahesa bukan guy seperti yang mereka pikirkan.

"Ayo keluar dari pada bos nanti tahu kita disini dan bonus kita jadi terancam." Ucap Pandu dan memimpin duluan untuk keluar dari ruangan pantry.

Selasai mengantarkan kopi ke Mahesa Alena kembali ke ruangannya sambil membaca buku yang di berikan Mahesa tadi.

Melihat ke orang yang memberikan buku sekarang malah sibuk melihat laptopnya dan sekali-kali juga meminum kopi yang dia buatkan.

*****

Ada gak saran untuk cerita ini.

Jangan lupa follow vote dan komennya ya.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang