BAB 17 - PERSIAPAN MENJELAJAH BERSAMA ICOM

Începe de la început
                                    

Sebenarnya Sabda bisa saja membantah ucapan Bumi, tetapi karena ucapan Bumi selalu tidak main-main. Jadi, ia urungkan saja daripada nanti ia di tinggalkan lusa nanti.

"Kayaknya udah pada dateng semua" ucap Bian bersuara ketika melihat anggota yang lain sudah berkumpul

Para anggota Icom saling menoleh satu sama lain untuk mengecek apakah sudah lengkap atau belum.

"Mungkin langsung aja. Ada yang perlu Adan sampaikan sama kita semua. Kepada kapten dipersilahkan"

Bian mempersilahkan Adan untuk berdiri di tengah-tengah untuk menyampaikan sesuatu.

"Thanks, Men"

Laki-laki dengan slayer merah di kepala berjalan menghadap kearah teman-temannya yang lain. Menampilkan wajah teduh nya. Senyuman dibibirnya tidak pernah luntur sama sekali. Semua menatap Adan dengan penasaran, tumben sekali seorang Adananta mengumpulkan mereka semua disini.

"Okeh, gue berdiri disini bukan menganggap diri gue sebagai ketua. Gue cuma ingin menyampaikan pesan yang mungkin akan bermanfaat untuk kita semua" ucap Adan menatap teman-temannya secara bergantian, "Selama kita mengarungi perjalanan nanti, gue minta untuk kalian jaga sikap, attitude dan jaga kebersihan dimanapun kalian berpijak." sambung laki-laki itu.

"Dan yang paling penting, harus izin ke keluarga kalian masing-masing. Paham?!!" ucap Adan

"Siap, Kapten!" jawab mereka semua

"Bagus!"

Adan terdiam untuk beberapa detik, kemudian menghela nafasnya yang seperti berat. Seperti ada yang sedang menganggu pikirannya sekarang.

"Waktu akan terbuang sia-sia kalo kita nggak mengabadikan momen kayak gini, Men. Kapan lagi untuk kita jalan-jalan kayak gini, 'kan? Jadi, luangkan lebih banyak waktu untuk orang-orang di sekeliling kita. Bawa semuanya dengan rasa senang dan tawa yang banyak agar punya momen untuk di kenang" ucap Adan tersenyum.

"Mari beri penghargaan untuk diri kita yang udah berjuang sampai detik ini, berikan waktu dan ruang untuk kita tumbuh dan berkembang bersama-sama, mari menerima kenyataan bahwa melepaskan hal yang sudah terjadi tidak dapat diubah bukanlah sebuah kekalahan, Men" lanjutnya dengan mata yang tak lepas dari pandangan teman-temannya.

"GUE SETUJU BANGET SAMA LO, MEN!" teriak Ivanda cowok berkaca mata.

"Woi, Van! Nggak usah teriak di samping telinga gue, bisa?" kesal Sabda yang mengelus telinga sebelah kanannya.

Ivanda cengengesan, "Maaf, Sab. Gue terlalu bersemangat kali ini" ucapnya terkekeh

Bumi tertawa kecil melihat Sabda yang mengelus telinga nya yang sakit.

"Parah banget sih lo, Van. Telinga gue sakit banget njir" omel Sabda mengelus telinganya.

"Maaf, Men. Sini coba gue liat? Congek lo keluar nggak, Sab?" ucap Ivanda polos

Semua tertawa mendengar ucapan polos yang keluar dari mulut Ivanda.

"NGOMONG SEKALI LAGI? LO MAU BIKIN GUE MALU, VAN?" balas Sabda sangat kesal.

Bian mengelus pundak Sabda, "Udah, Men, sabar"

"Padahal gue sedang menikmati dan mendengerkan omongan Adan tadi, eh lo berdua bikin keseriusan gue hilang seketika" ujar Adit masih tak habis pikir dengan kedua temannya yang sangat random.

"Merusak suasana lo berdua!" sarkas Bumi

Adan terkekeh, "Mungkin itu aja yang ingin gue sampaikan sama lo semua. Intinya jaga satu sama lain" ucap laki-laki itu

Semua anggota Icom mengangguk, kemudian melakukan kegiatan mereka masing-masing. Sedangkan Sabda duduk bersama dengan kentang goreng dan secangkir kopi susu di depannya.

"Cariin gue cewek, Men. Gue sedang kesepian nih" ujar Reven yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya.

"Apa gue deketin anak Psikolog aja, ya? Gue penasaran sama satu cewek soalnya" lanjutnya menghentikan atensi nya dari handphone.

Sabda tidak mengubris ucapan Reven, masih sibuk dengan kentang goreng di mulutnya.

Zirga yang posisinya duduk di sebelah Reven lantas memukul tengkuknya membuat cowok itu meringis. "Modus banget lo! Dasar sok ganteng" sarkas Zirga

"Lo kenapa mukul gue sih? Sakit woi" Reven tak mau kalah. Lalu dengan cepat ia mencomot kentang goreng di piring Sabda.

"Kentang gue!!"

"Minta satu"

"Tapi lo ngambil nya empat samsul!!"

Reven terkekeh, "Pelit banget sih lo!"

"Tai lo!" ujar Sabda kesal pada temannya ini.

Reven dan Asep tertawa terbahak-bahak melihat wajah Sabda yang sudah seperti anak kecil yang makanannya di ambil, keduanya tertawa sambil menggebrak meja membuat perhatian Adan dan Bumi langsung terarah kearah mereka.

"Reven, Asep, diem woi! Lo berdua nggak liat muka-muka orang yang pengen makan lo hidup-hidup?" Bian menunjuk wajah Adan dan Bumi dengan dagunya membuat Asep dan Reven meringis pelan lalu dengan cepat menyatukan tangan di depan dada mereka.

"Hampura" ujar mereka berdua.

Sabda tertawa kecil, "Rasain lo berdua. Mati kutu, 'kan?" ujar Sabda menyilangkan tangannya di depan dada.

Dengan tawa setelah persiapan yang sudah sangat siap, malam itu menjadi saksi pertikaian cowok-cowok keren dengan candaan random mereka. Sangat di sayangkan jika tidak tertuang di cerita pada bab yang memorinya tidak akan di lupakan.

***

VOTE DAN KOMENNYA, YA, MEN

BIASAKAN UNTUK MENINGGALKAN JEJAK SETELAH MEMBACA!

2891 mdplUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum