BAB 7 - CERITA MALAM DI DERMAGA

961 58 28
                                    

Sebelum membaca jangan lupa untuk vote dulu, ya...

Jangan lupa follow ig: ceritawpfnbss_

SELAMAT MEMBACA❤️

***

Katanya, "Jangan memberi janji jika itu akan menyakiti. Karena sejatinya, janji itu akan merasa tidak dihargai jika sudah di ingkari. Sama seperti yang Melodi lakukan sekarang ini, dengan tergesa-gesa Melodi memasuki kamarnya, senyum merekah di bibirnya tidak pernah pudar setelah sampai di rumah

"Demi apa gue barusan jalan sama, Haikal?"

"Aaaaaa gue seneng banget!!" teriak perempuan itu sembari menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Ting

Suara pesan masuk mengalihkan atensi Melodi

"Siapa sih ganggu banget" gerutunya kemudian membuka pesan itu

Adananta Tenggara

Lo dimana? Katanya mau belajar bareng?
Gue udah jemput lo tadi, tapi kata Bunda, lo lagi nggak di rumah
Lo dimana sih, Mel? Jangan buat gue khawatir
Pesan gue belum lo bales-bales dari siang
Awas aja lo, ya!

"Astaga... mati gue!!" pekik Melodi langsung beranjak dari pembaringannya.

"Astaga gue lupa! Gue lupa kalo mau belajar bareng sama Adan"

"Begini nih, Mel, kalo udah kelewat seneng. Jadi lupa segalanya, 'kan?" ucapnya pada kebodohannya sendiri

Perempuan itu melupakan janjinya pada Adananta untuk belajar bersama sore ini, ia lupa bahwa ia yang mengajak cowok itu, tapi ia juga yang mengingkarinya. Pasti sekarang laki-laki itu sedang menunggunya atau bahkan sudah pulang kerumah pikirnya

Dengan cepat, Melodi menekan tombol panggilan di layar ponselnya, telepon di ujung sana menandakan berdering tapi tidak kunjung di angkat oleh pemiliknya

"Adan marah nggak, ya, sama gue?"

"Kok nggak di angkat sih"

"Beneran marah kayaknya. Apa gue ke kampusnya aja, ya, besok? Gue harus minta maaf" perempuan itu merasa bersalah sekarang

Karena tak kunjung di angkat, Melodi mengetikan pesan kepada Adan, berharap pesan itu akan di balas oleh pemiliknya

Melodi Pramodya

Adan gue minta maaf!! Gue lupa
Lo marah, ya, Dan?
Sumpah gue nggak sengaja
Gue sibuk banget soalnya hari ini. Jadi lupa buat ngabarin lo
Maaf

***

Setelah membersihkan dirinya, Melodi kembali mengecek ponselnya berharap pesannya sudah di balas oleh Adananta, minimal sudah di baca oleh cowok itu. Tapi setelah perempuan itu mengecek, tanda biru itu tidak muncul, tanda belum di baca olehnya.

"Nih orang beneran marah?"

Melodi kembali menghela nafasnya, bisa-bisanya ia lupa bahwa hari ini ia lupa mengabari sahabatnya. Bahkan setelah menonton pertandingan tadi ia pergi begitu saja tanpa memberitahu.

Panggilan suara, pesan voice note, bahkan notifikasi lainnya dari Adan di abaikan oleh Melodi. Bodoh.

"Gue yakin pasti Adan khawatir nih. Gue nggak ngabarin dia setelah pertandingan tadi." ujarnya mengigit jari "Padahal gue udah liat pesannya, tapi lupa buat bales" sambungnya

Melodi kembali berkelana pada pikirannya yang menunjukkan rasa bersalahnya pada sahabatnya satu itu. Sedangkan seseorang yang ia hubungi sejak tadi sekarang sedang berdiri di dermaga di tepi pantai, menghabiskan 4 batang rokok sejak ia berdiri disini.

Adan sudah melihat notifikasi dan panggilan dari Melodi, namun entah mengapa ia membiarkan itu dengan begitu saja. Malam ini, ia ingin menghabiskan waktunya dulu bersama sahabatnya ini. Rasanya sudah lama keduanya tidak melakukan hal seperti ini.

"Siapa? Kenapa nggak lo balas, Kap?"

"Nanti aja, gue mau menikmati keindahan alam di depan gue" ujar Adan kembali menghisap rokoknya

Bian terkekeh, "Pasti Melodi" tebaknya

Adan hanya diam, menoleh kearah sahabatnya yang sedang menatap ke depan

Lalu dengan menghela nafas, Adananta berujar, seperti tahu pertanyaan di pikiran Bian, "Iya. Gue tahu, Melodi abis jalan sama Haikal" ucapnya mematikan layar ponselnya, kemudian menaruh barang itu di sampingnya

"Terus? Lo marah?" tanya Bian terjeda, "Marah karena dia udah ingkar janji sama lo?" sambungnya

Adan diam menatap gelap malam di depannya, kemudian mengatakan "Gue nggak bisa marah. Karena gue nggak berhak atas itu" ucapnya "Gue hanya sebatas sahabat yang akan selalu melindungi dia dari apapun itu. Tugas gue hanya buat dia bahagia, setelah ia kehilangan tokoh utama di dalam hidupnya dan menyayangi sebagai seorang sahabat" lanjutnya

"Ayah nya udah berpulang 3 tahun yang lalu, banyak sedih dan rapuh yang selalu perempuan itu tutupi, Yan. Gue hanya ingin dia punya tempat cerita kalo ia merasa rindu."

"Gue senang kalo dia juga senang, Itu saja" ucapnya dengan senyuman yang tidak dapat diartikan, Bian diam tanpa mengatakan apapun, laki-laki itu hanya ingin menjadi pendengar yang baik malam ini

Cowok itu menghela nafas, kemudian menepuk pundak Bian pelan, "Terus, kenapa lo ngikutin gue kesini?" tanya Adananta yang tahu bahwa sahabatnya ini mengikutinya dari belakang.

"Gue tau kalo lo pasti mau kesini, maka dari itu gue ikutin lo dari belakang" ujarnya "Gue senang duduk kayak gini untuk mencari tenang. Heningnya alam seolah mengerti akan semua keluh gue." sambung Bian menatap Dermaga di depannya.

Adan kembali terkekeh, "Lo tahu? Tenang yang lo cari sebenarnya ada di dalam diri lo sendiri, Yan. Dan tugas alam hanya meredakan bising di kepala lo"

Bian menoleh, "Kalau tenang itu ada di dalam diri gue sendiri, kenapa gelisah dan takut terus memenuhi isi kepala?" tanya laki-laki itu

"Sebab tenang itu ada di hati lo." jawab Adan, "Tenang itu saat hati lo mampu menerima setiap kehampaan dan kegundahannya, dan saat pikiran lo juga mampu untuk menerima kebisingan di kepala lo"

Kita hidup di muka bumi ini, memang memerlukan waktu untuk belajar menerima. Maka wajar saja jika kita semua kehilangan arah untuk menemukan sebuah ketenangan. Benar, bukan?

Bian mencerna ucapan yang di lontarkan oleh Adananta barusan, lalu dengan cepat, laki-laki itu merangkul Adan dengan terkekeh tak menyangka

"Gue nggak nyangka, seoarang Adananta di dalamnya seperti ini" goda Bian yang membuat Adan tertawa geli.

Setelah berdiri sekitar 15 menit di tepi dermaga itu, Adananta beranjak dari tempatnya menuju motor yang tak jauh dari tempatnya sekarang, di ikuti oleh Bian di belakangnya. Kemudian sama-sama menarik gas motor itu meninggalkan jejak pada kesunyian di malam ini. Tanpa sepengetahuan siapapun, Bian yang sudah melajukan motornya di samping Adan mengepalkan sebuah doa, doa yang selalu ia bawa kemanapun untuk temannya ini

"Tuhan... jika sahabat gue ini hanya mau menjadi bahagia untuk orang lain disekitarnya, maka beri dia bahagia tanpa batas juga, Tuhan" 

***

Gimana part ini?

Semoga kalian selalu bahagia di tahun pembuka ini, ya

Jangan lupa komen dan vote nya juga👉👉

JANGAN JADI SIDERRR (SILENT READERS) !!!💝🤗

See you di part selanjutnya👋

2891 mdplWhere stories live. Discover now