Bab 27: I love you

Mulai dari awal
                                    

Setelah bisikan itu selesai, sebuah kecupan hangat menyapa pipi kanan Kheira. Gadis itu membulatkan mata sempurna. Jantungnya berdegup cepat, sesuatu yang hangat menyala hatinya. Apakah cinta telah tumbuh juga di hatinya?

"Gue janji, setelah ini gue akan bahagiain lo. Bagi semua rasa sakit lo sama gue, lo nggak sendirian sekarang."

Kheira menoleh, tatapannya dengan Alvin bertemu. Setelahnya, tangan Alvin memeluk tubuhnya, membagikan kehangatan di tengah malam yang penuh dengan bintang.

***

"Lo masak?" Kheira menyandang ranselnya berjalan ke arah ruang makan dimana Alvin sedang menata makanan yang baru saja dimasaknya.

"Iya, ayok makan."

Kheira melongo ketika melihat dua piring nasi goreng di atas meja makan. Ia menatap Alvin, ada yang aneh dari suaminya ini.

"Al, lo nggak kejedot tadi, 'kan? Lo nggak jatuh dari kamar mandi, 'kan? Mana yang sakit? Kepalanya kena nggak?" tanya Kheira bertubi-tubi. Ia menatap aneh ke arah Alvin yang hanya tersenyum menanggapi.

"Cepat makan. Nanti telat."

Kheira menarik kursi dan duduk di kursi tersebut. Aroma nasi goreng itu cukup menggugah selera makannya. Ia menyendok nasi itu ke mulutnya. Matanya membulat, rasa nasi goreng tersebut sangat enak.

"Lo pesan dimana? Enak. Besok pesan lagi, ya," ujar Kheira.

Alvin mendatarkan wajahnya. Tidak bisakah Kheira mengakui kehebatannya dalam memasak. "Gue masak sendiri. Puji gue sekali-kali napa? Berbelit-belit lidah lo buat muji suami lo yang ganteng ini?" tanya Alvin.

Kheira memutar bola matanya malas. Tanpa berminat membalas ucapan Alvin, gadis itu fokus menyendok nasi goreng itu ke mulutnya.

'Yang ada kalau gue puji makin narsis ni orang,' batin Kheira.

"Kenapa lihat gue kayak gitu? Suka lo sama gue?"

"Uhuk ... Uhuk ...." Kheira tersedak membuat Alvin panik dan menyodorkan segelas air putih kepada Kheira. Gadis itu meminum segelas air itu hingga tandas, wajahnya memerah.

Ia menampar pelan lengan Alvin. "Kalau ngomong dipikir dulu, bisa?"

Alvin menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum canggung. "Udah, ah. Berangkat!" ujar Kheira merapikan piring kotor di atas meja lalu membawanya ke wastafel.

"Nanti aja pulang sekolah gue cuci. Gue yang nyuci, ya? Bukan lo, awas aja kalau lo yang nyuci," ucapnya menunjuk wajah Alvin.

Alvin mengangguk, lalu mengambil ransel hitamnya. Mengikuti langkah Kheira sebelum gadis itu berbalik kebelakang. "Oh iya!" Kheira menepuk jidatnya. "Pr gue dari Bu Romlah belum selesai. Gue males banget ngomong sama dia. Lo udah?" tanya Kheira.

Alvin mengangguk. "Kemaren langsung gue bikin pas pulang sekolah. Nanti liat punya gue aja," ujar Alvin.

Kheira manggut-manggut. "Gue kira lo taunya game aja, ternyata lo rajin juga, ya? Bangga gue punya suami rajin kayak lo."

Alvin merapikan seragamnya dan menyugarkan rambutnya ke belakang. "Gue gitu, Alvino Reandra!" ucapnya dengan bangga.

Kheira memutar bola matanya malas dan melanjutkan langkahnya keluar dari rumah tersebut.

Setibanya di kelas, Kheira mengalihkan pandangannya menatap ke seluruh penjuru kelas. Seperti biasa, kelas pagi ini tidak terlalu ribut. Hingga tatapan gadis itu berhenti ke seseorang yang tersenyum ke arahnya.

Kheira mengepalkan tangan, kenapa ia harus melihat Adrian pagi ini. Kheira tak menanggapi senyum Adrian, gadis itu mengacungkan jari tengahnya lalu mendudukkan bokongnya di atas kursi.

"Nih, Khei. Cepat bikin nanti ibu masuk," ucap Alvin memberikan buku tugasnya kepada Kheira.

Kheira berdecak. "Nggak jadi. Nggak mood nulis gue," cetusnya melempar kasar buku latihan tersebut ke wajah Alvin.

"Lebih baik mana daripada diceramahin sampai pulang?" Kheira kembali berdecak. Gadis itu merebut kembali buku latihan yang berada di tangan Alvin. Ia mengambil buku serta pulpen dari ranselnya.

***

Alvin melempar kunci motor kepada Kheira saat mereka akan keluar dari kelas. "Apaan lo? Kalau kena kening gue gimana?" sewot Kheira menatap tajam Alvin.

"Lebay lo, biasanya juga gitu kalau lo mau ngasih kunci motor ke gue. Udah, pulang sana duluan, gue mau eskul basket," ucap Alvin.

"Sama siapa?" tanya Kheira.

"SAMA GUE DONG, MASA SAMA DYANA!" teriak Janson dari belakang Kheira, membuat Kheira kaget.

"Santai aja bisa nggak, sih? Gue nggak budeg, ya!" kesal Kheira. Janson menyengir, ia merangkul Kheira yang tentunya dihadiahi tampolan hangat dari Alvin. "Nggak usah pegang-pegang. Lo banyak kuman."

Janson mencibir. "Ya elah, Pa. Aku cuma pegang mama aja, papa cemburu," ledeknya.

"Ish, jijik gue," jijik Jesi yang tiba-tiba muncul bersama Rissa dan Kenzie.

"Apa lo?" ucap Janson dengan nada tak santai. "Kan emang, lagian Alvin sama Kheira udah—"

Ucapan Janson terhenti ketika Kenzie mencomot wajahnya. "Berisik lo, ayok ke lapangan basket sekarang," ajak Kenzie merangkul Janson dan menariknya dengan kasar. "Gue duluan, Ris."

Rissa mengangguk dan tersenyum. Alvin menyusul Kenzie dan Janson dari belakang meninggalkan ketiga gadis itu.

"Ekhem. Yang HTS-an nggak takut di ambil orang apa? Nggak malu, ya? Romantis tanpa hubungan," sindir Jesi kepada Rissa.

Kheira ikut tertawa dan merangkul Rissa. "Sabar, Ris. Ada saatnya lo senang ketika Kenzie punya cewek lain," ledeknya membuat Rissa semakin kesal.

"Jahat lo berdua sama gue!" kesal Rissa kemudian berlalu pergi meninggalkan Jesi dan Kheira yang terus saja menertawakannya.

"Udah, Jes. Mari kita pulang. Lo bawa mobil?" tanya Kheira.

"Iya."

BERSAMBUNG ....




 

 

ISTRI NAKAL PAK KETUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang