BAB 1 : Pemilu perangkat kelas.

782 45 7
                                    

Happy Reading


Mata Kheira membulat sempurna. "Tapi, Bu. Saya nggak mau!" tolak Kheira. Bagaimana tidak? Bu Romlah selaku wali kelas kelas memutuskan bahwa Kheira sebagai wakil ketua kelas. Mungkin bagi kalian hal biasa. Namun, alasan Kheira lah yang luar biasa. Karena apa? Karena yang menjadi ketua kelasnya Alvinlah! Gimana sih?

'Perasaan gue sial terus ketemu dia. Siapa namanya? Oh iya, Levin. Udah sekelas, malah jadi wakil dia lagi. Idih! Ogah banget!' batin Kheira menatap Alvin yang duduk tepat di depannya.

"Tapi mereka semua memilih kamu, teman-teman sekelas kamu banyak yang memilih kamu. Kenapa kamu tidak mau?" tanya Bu Romlah.

"Saya nggak mau jadi wakil kalau ketuanya si Levin, Bu," ucap Kheira menunjuk Alvin yang ada di depannya.

Alvin membalikkan badannya, menatap datar ke arah Kheira. "Alvin woi! MY NAME IS ALVIN!" tekan Alvin yang namanya di ubah oleh Kheira.

"Sama aja. Typo dikit nggak ngaruh."

"Lagian juga gue nggak mau lo jadi wakil gue. Disuruh kerja sama lagi. Masak gue kerja sama dengan monyet sawah kayak lo!" balas Alvin.

"Apa lo bilang? Monyet sawah? Lo monyet, sini kalau berani main fisik kita!"

Alvin diam sembari mencibir Kheira dengan bergumam. Ia sangat tidak suka dengan gadis yang berada di belakangnya ini.

"Pokoknya keputusan tetap. Ketua adalah Alvino Reandra, wakil adalah Elista Kheirana Dirgendra, bendaraha Jesica Aureliya, sekretaris Rissa Ananda." Ucapan Bu Romlah seperti sudah tidak bisa diganggu gugat. Beliau sudah menulis di papan tulis semua nama-nama perangkat kelas yang terpilih.

"Udahlah, Khei. Terima aja," ucap Jesi. Jesica Aureliya merupakan sahabat Kheira dari SD. Namun waktu kelas X dan XI mereka tidak sekelas. Hanya kelas XII sekarang.

"Maaf, Bu. Saya keberatan!" ucap Alvin menunjuk tangan.

Bu Romlah menatap Alvin dan meminta alasan. "Harusnya wakil ketua itu laki-laki, Bu. Bukan laki-laki jadian."

Ucapan Alvin sontak mengundang tawa seisi kelas. Lelaki jadi-jadian? Sebutan itu yang sungguh memalukan bagi Kheira.

"HEH ANAK MONYET! MAKSUD LO APA?" ucap Kheira nyolot. Ia menarik rambut Alvin dari belakang membuat sang empu memekik.

"Sudah-sudah! Kalian bertengkar terus! Kalian mau ibu jodohkan?" ucap Bu Romlah.

"Iya, Bu. Cocok tuh!"

"Iya, Bu! Kalau mereka dijodohin pasti bagus ceritanya tuh!"

"Iya, Bu! Kayak di wattpad-wattpad gitu. Nikah muda, kiyowo banget!"

"Nikah! Ogah banget gue nikah sama anak monyet kayak dia," ucap Kheira menunjuk Alvin.

"Ingat, Khei! Jangan benci-benci, nanti cinta!" ucap seseorang yang berada di belakang.

Kheira mengetuk-ngetuk pelan kepala dan meja bergantian sambil bergumam. "Amit-amit."

"Sudah-sudah. Kenapa pembahasannya malah jadi kemana-mana?" ucap Bu Romlah membenarkan kacamata minusnya.

"Sekarang tentang uang kas. Uang kas di bayar perminggu dengan jumlah sepuluh ribu per orang. Jadi ibu meminta bagaimana pendapat Jesica selaku bendahara," ucap Bu Romlah.

"Seperti yang ibu Rolah bilang-"

"BU ROMLAH!" ralat seisi kelas menatap Jesi yang menahan malu karena mulutnya yang typo. Typo nggak tuh.

Jesi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sorry, maksud saya Bu Romlah. Uang kas di bayar perminggu dan bagi yang tidak membayar akan saya lipat gandakan!" seru Jesica.

"Nggak gitu juga kali, Jes!"

"Iya, Jesi mah kejam bener!"

"Dasar lo rentenir!" ucap Seseorang yang ditatap Jesica tadi. "Lo aja miskin, nggak mau bayar!" balas Jesica.

"Kan gue lagi ngumpulin duit buat masa depan kita, Sayang!" goda seseorang yang diketahui bernama Janson itu.

Sontak semua orang bersorak mendengar ucapan terakhir dari Janson. Diketahui Janson adalah mantan Jesica waktu kelas Xl dan mereka putus dengan alasan yang tak jelas.

"Kiw-kiw, sayang nggak tuh."

"CLBK NIH!"

"Iya, Cinta Lama Belum Kelar!"

"Cinta Lama Bersemi Kembali!"

Jesica menatap tajam Janson dengan sorot matanya. Sementara Janson menampilkan senyum menyebalkannya.

"SUDAH KALIAN SEMUA DIAM! HARGAI IBU YANG DISINI!" ucap Alvin selaku ketua kelas.

Bu Romlah menatap Alvin bangga. "Bagus Alvin, seperti itu kamu sebagai ketua kelas. Dan juga Kheira kamu harus membantu Alvin untuk mengkondisikan kelas dan kewajiban lainnya," ucap Bu Romlah.

"Dasar caper," gumam Kheira namun terdengar oleh Alvin yang berada di depannya. Cowok yang awalnya tersenyum bangga itu diam-diam mengacungkan jari tengahnya kepada Kheira.

"Baiklah anak-anak cukup sekian pertemuan kita hari ini. Daftar pelajaran, daftar piket dan struktur organisasi kelas harap di buat secepatnya. Ibu serahkan kepada perangkat kelas! Buat semenarik mungkin agar kelas kita terlihat bagus, ya!" ucap Bu Romlah.

"Baik, Bu!"

Bu Romlah berpamitan keluar kelas. Karena hari ini adalah hari pertama sekolah kegiatan pembelajaran dimulai besok.

"Hai guys. Untuk kalian yang mau masuk grup kelas nanti japri nomor gue, ya! Nomor gue ada di papan tulis. Kita akan buat grup kelas XII IPA KECE!" seru Alvin.

"HORE!" teriak Mereka.

"Dih, alay!" ucap Kheira yang duduk dengan bersedekap dada.

"Apaan? Nggak suka?" tanya Alvin.

"Bagus, Vin! Kelas kita harus kece pokoknya!" ucap Janson berjalan dari bangkunya ke bangku Kheira. Dimana Kheira sebangku dengan Jesi.

"Ngapain lo ikut-ikutan? Lo nggak di ajak kali!" ucap Jesi.

KECE ( Kerja sama, Elit, Cerdas, Edukasi)

Itu tulisan yang ditulis Alvin di papan tulis. Seisi kelas menatap ketua mereka sambil menggeleng-gelengkan kepala. Cukup ada rasa penyesalan di hati mereka memilih Alvin sebagai ketua kelas.

"Okey semua! Gue, toa rusak, Jesi---"

"Apa lo bilang tadi? Lo nunjuk gue? Lo sebut gue toa rusak?" potong Kheira mengorek telinganya agar tak salah dengar.

"Enggak, Khei! Gue berjanda," ucap Alvin cengengesan.

"Jadi sekarang kita sebagai penghuni kelas bagi tugas. Untuk semua siswa yang bukan perangkat kelas akan dibagi untuk membersihkan kelas di dalam dan di luar nantinya. Untuk Kheira dan Rissa kalian nolongin Jesi buat belanja keperluan kelas. Jadi ngerti semua?" ucap Alvin lantang.

"MENGERTI!"

"TUNGGU DULU!" Teriakan Jesi membuat perhatian terpusat kepada gadis itu.

"Apa lagi, sih, Jes?" ucap Janson tak suka. Karena cowok itu baru saja ingin keluar dan cabut ke kantin namun kembali terpanggil.

"Kalau gue belanja uangnya dari mana? Kalian nggak ada satu pun yang bayar uang kas!" teriak Jesi dengan suara cemprengnya.

"Udah, Jes. Sabar, pakai uang gue dulu nih." Alvin memberikan beberapa lembar uang merah kepada Jesi.

"Nggak sia-sia lo jadi ketua kelas, Vin." Janson merangkul Alvin.

Alvin mengacungkan jempolnya. "Yoi, Bro."

"Kalau gitu kerjakan tugas kalian masing-masing, ya!" ucap Alvin sambil mengeluarkan ponsel dari kantong celananya.

"Terus Lo ngapain?" tanya Kheira.

"Main game."

"LEVIN MONYET! SIA-SIA LO JADI KETUA KELAS KALAU GITU, BEGO!" Teriakan Kheira membuat seisi kelas menutup telinga mereka yang berdengung.

Bersambung ...

ISTRI NAKAL PAK KETUWhere stories live. Discover now