"Ini buat kamu." Ucap Gino langsung menyerahkan paper bag ke Alena. "Disitu ada gaun, sepatu dan juga kosmetik yang mungkin kamu butuhkan untuk nanti malam saat pergi dengan bos." Lanjut Gino.

"Tapi pak, ini gak ada hubungannya dengan gaji saya nanti kan?" Tanya Alena ragu-ragu, takutnya nanti saat penerimaan gaji, gajinya akan di potong karena barang yang ada di tangannya.

"Gak ini perlakuan khusus untuk kamu sendiri, sebagai satu-satunya sekretaris perempuan bos." Ucap Gino.

Gino masih ingat bagaimana bos-nya tadi, tiba-tiba memberikan tugas yang diluar nalarnya, yaitu membantu Alena menyiapkan apa yang dia pakai untuk malam nanti yang buat dia kaget sementara, karena selanjutnya dia mendengar Mahesa berkata. "Perempuan yang harus pergi dengan saya harus sempurna, gak boleh ada kekurangan." Ucap Mahesa sebelum masuk kedalam mobil waktu itu dan membuat Gino memutar matanya males. Ternyata Mahesa tetap Mahesa yang ingin terlihat sempurna dalam hal apapun.

Gino memang sudah terbiasa  membantu Mahesa untuk menyiapkan keperluan pribadi Mahesa tapi itu beda, karena Mahesa laki-laki sedangkan Alena perempuan.

Menyiapkan apa yang akan di pakai Alena nanti malam, merupakan pekerjaan baru bagi Gino, untung ada pacarnya yang mau membantunya.

"Serius?" Tanya Alena menyakinkan.

"Hmm..." Dehem Gino yang sedikit kesal dengan bosnya yang selama ini selalu memerintahkan dia seenaknya. "Saya gak akan bercanda juga dengan kamu tentang ini." Lanjut Gino.

"Oke terimakasih pak." Ucap Alena yang tidak peduli dengan wajah Gino yang kesal. "Ayok masuk dulu pak." Lanjut Alena menwarkan Gino masuk kedalam kontrakannya.

"Gak usah, saya juga mau pergi." Balas Gino. "Lebih baik kamu siap-siap, karena sebentar lagi saya akan menjemput kamu dengan bos kesini." Lanjut Gino yang di jawab anggukan oleh Alena.

Malam harinya setelah Alena selesai siap-siap, dia melihat dirinya di cermin, dimana wajahnya juga sangat mirip dengan dirinya saat sebelum bertransmigrasi.

Alena memang terlihat cantik dari lahir, apalagi memakai gaun yang sangat mahal dan sangat pas di tubuhnya, membuat Alena tidak terlihat gadis dari kampung.

Mungkin bagi orang yang sudah kenal lama dengan Alena sebelumnya, akan tahu ada yang beda dengan Alena.

Keluar dari kontrakannya Alena sudah melihat ternyata sudah ada mobil mewah yang menunggunya yang diyakini Alena itu mobil Mahesa.

Dan benar saja, Alena melihat Gino yang menurunkan kaca mobilnya menyuruh dia untuk segara masuk.

"Masuk." Ucap Gino mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil setelah melihat Alena yang keluar dari kontrakannya.

Masuk kedalam Alena sengaja memilih duduk di depan dengan Gino, karena Alena juga sadar diri kalau Mahesa pasti tidak akan mengizinkannya untuk duduk di sampingnya.

"Maaf menunggu lama." Ucap Alena yang langsung meminta maaf setelah masuk, karena dia tidak tahu sudah berapa lama mereka menunggunya disini.

Melihat kearah belakang dia melihat Mahesa yang cuek dan fokus dengan laptopnya, serta mengabaikan ucapan Alena.

Melihat warna jas yang dipakai Mahesa malam ini ternyata sangat mirip dengan warna gaunnya, kalau mereka berdiri berdampingan mungkin orang lain akan salah paham melihat mereka dan mengira mereka sedang berpacaran.

"Kami juga baru sampai." Ucap Gino dan menjalankan mobilnya.

Sampai di tempat resepsi sebelum turun Gino kembali mengigatkan Alena. "Jangan biarkan perempuan mendekati bos dan satu lagi kamu tidak boleh menyentuh bos." Ucap Gino.

"Siap pak, saya paham." Ucap Alena yang sudah paham maksud Gino.

"Baguslah kalau begitu." Ucap Gino.

"Cepat." Ucap Mahesa yang tidak sabar ingin turun dari mobil.

"Maaf bos." Ucap Gino dan memberikan kado yang telah disiapkan ke Alena serta mengisyaratkan Alena untuk segera turun dari mobil.

Turun dari mobil sesuai peraturan yang Alena baca di file yang diberikan Gino, Alena membantu Mahesa untuk membukakan pintu mobilnya.

Setelah Mahesa turun, Alena langsung menghentikan langkahnya karena melihat Gino yang tidak ikut turun juga dengan mereka.

Mahesa yang merasa tidak mendengar suara langkah di belakangnya, melihat kembali ke arah belakang dan melihat Alena hanya berdiri diam.

"Cepat." Ucap Mahesa melihat Alena.

Alena mendengar suara Mahesa kembali mengikutinya.

"Pak Gino gak ikut sama kita masuk bos?" Tanya Alena.

"Buat apa saya harus mengajak dia." Ucap Mahesa. "Ayok cepat, saya tidak mau lama-lama disini." Lanjut Mahesa memerintahkan Alena.

Mendengar itu Alena dengan cepat mengikuti langkah Mahesa.

Sampai dalam gedung pernikahan, Alena langsung mendapatkan tatapan penasaran dari seluruh orang yang ada disana.

Alena yang baru pertama kali mengalami ini sedikit gugup dan melihat kearah Mahesa di sampingnya yang cuma memasang ekspresi datar dan tidak terpengaruh dengan orang lain melihatnya.

Baru Alena merasa tenang, Alena di kaget kan dengan Mahesa yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Lama tidak bertemu Mahesa." Ucap cewek cantik bertubuh seksi bernama  Tania.

"Jauh-jauh dari saya. Saya tidak kenal kamu, jangan sok dekat." Ucap Mahesa dingin melihat Tania. "Wajah kamu seperti badut." Lanjut Mahesa yang membuat Tania langsung terdiam dan pergi dengan kesal sambil menutup wajah malu, bagaimana tidak suara Mahesa tidak kecil jadi tamu yang berada di dekat mereka, pasti mendengarkan ucapan Mahesa.

Alena yang mendengar ucapan Mahesa berusaha untuk menahan tawanya, menurutnya perempuan tadi cukup cantik cuma make up nya aja yang sedikit berlebihan.

"Cepat jalan." Suruh Mahesa sekarang berdiri di belakang Alena. "Jangan biarkan perempuan lain mendekati saya lagi." Lanjut Mahesa.

Alena mendengar itu memutar matanya males, dia yakin setelah mendengar Mahesa menegur cewek tadi tidak ada yang berani mendekati mereka lagi.

"Saya kira kamu gak akan datang." Ucap pengantin laki-laki saat melihat Mahesa, temanya sendiri.

"Hmm..." Dehem Mahesa males dan menyalami temanya itu dan tidak pernah melihat kearah istri temanya.

"Selamat ya mbak." Ucap Alena yang melihat ada rasa canggung dari pengantin perempuan, ketika melihat Mahesa bersikap cuek.

Mendengar ucapan Alena, dia hanya tersenyum.

"Wow..., ini siapa?" Tanya pengantin teman Mahesa.

"Sekretaris saya." Balas Mahesa. "Saya mau pergi." Lanjut Mahesa yang tidak mau lama-lama lagi disini.

Mendengar ucapan Mahesa, Alena buru-buru pamit dan mengikuti langkah Mahesa. "Permisi, semua doa terbaik untuk kalian." Ucap Alena sopan dan pergi.

"Jangan merasa tersinggung, Mahesa memang seperti itu ke semua perempuan." Ucap teman Mahesa ke istrinya. "Saya cukup kaget, mendengar dia punya sekretaris perempuan." Lanjutnya.

Teman Mahesa tahu, kalau Mahesa tidak betah untuk lama-lama di tempat umum seperti ini, apalagi disini juga banyak perempuan. Makhluk yang selalu dihindari oleh Mahesa.

Sesuai dugaan Alena, setelah salah satu perempuan tadi mendekati Mahesa tidak ada yang berani mendekatinya lagi selama mereka berada di resepsi pernikahan.

Alena melihat banyak tatapan iri dari perempuan yang ada disini, karena Mahesa yang selalu berdiri di belakangnya seperti pengawal yang menjaga Alena, padahal Mahesa memanfaatkan Alena supaya tidak ada perempuan yang berani mendekatinya.

******

Semoga suka sama kelanjutan ceritanya.

Jangan lupa follow vote dan komennya.

Typo komen aja.

Transmigrasi Jadi Sekretaris CEO Where stories live. Discover now