Sembilan belas

238 7 1
                                    

Arfi tiba ditempat percetakan, Riris duduk memilih model undangan yang akan ia pesan. Riris membolak balik halaman rekomendasi ia tertarik dengan model undangan yang simpel dan klasik,lalu ia memperlihatkan pada Arfi "pak ini aja boleh?" Arfi melihat Riris dengan senyum ia menjawab "boleh dong,apapun pilihan mu"

Riris menghampiri owner percetakan "mba saya pilih ini saja," Riris menunjuk gambar yang ia inginkan, kemudian owner bertanya "foto prewedding nya mau diedit berwarna atau hitam putih ? Mendapat pertanyaan begitu,Riris melihat kearah Arfi

"Kita ga punya foto prewedding" jawaban yang sangat singkat dari Arfi, owner kembali bicara "waah sayang sekali ya tidak ada prewed,padahal jaman sekarang jika ingin menikah akan mengabadikan momen prewed untuk cetak undangan"

Riris merasa terganggu dengan perkataan owner tersebut "tapi undangan kan hanya sekali pakai,jika sudah disebar dan sudah dilihat oleh si penerima undangan pasti nanti dibuang. Jadi sayang ya jika foto prewed saya diundangan harus dibuang" jawaban yang sangat menohok sekali bung.

Arfi merasa puas dengan jawaban Riris yang membuat owner langsung terdiam, "baiklah,ini konsep undangan akan dibuat seperti pada gambar yang diinginkan oleh ibu" ucap owner

Arfi memberikan DP untuk cetak undangan "ini cetak 100 undangan saja" kemudian owner mencatat dan berkata "hanya 100 saja mas,bukan kan mas ini pengusaha terkenal di kota ini"

Riris merasa risih dengan perkataan owner tersebut "cetak 100 undangan saya harap lusa sudah jadi dan dikirimkan ke alamat ini" Riris memotong pembicaraan dan memberikan secarik kertas bertuliskan alamat

"Oh iya umur saya baru 23 tahun. Saya rasa,saya masih pantas dipanggil kak daripada ibu,dan ini calon suami saya dan juga pengusaha terkenal yang seperti anda bilang jadi jangan panggil mas,kelihatan banget kalau ganjen" ulti Riris pada owner tersebut.

Owner tersebut melotot tak percaya akan ucapan Riris padanya menohok sekali, "bisa sopan sedikit,saya owner disini" mendengar itu Riris terkekeh "apakah sikap anda menunjukkan sebagai owner yang baik,saya rasa tidak" Riris memberikan jawaban

Arfi merasa Riris akan meledak,maka Arfi  segera dipegang pundak Riris  kemudian berdiri "maaf Bu owner,kami permisi. Istri saya sudah mulai tidak terkendali"

"Dasar wanita kurang ajar,malu maluin saja didepan pengusaha ganteng terkenal super tajir itu,hadeeeh mau mau an pak Arfi sama wanita itu." Owner percetakan

Dimobil Riris ditenangkan oleh Arfi "sudah Ris jangan emosi,marah marah Mulu" Riris yang mendengar itu langsung memberikan bombastic side eye pada Arfi "oh bapak seneng dia ganjen ke bapak gitu,dipanggil mas terus dia lihatin bapak terus gitu"

Arfi tertawa "hahaha kamu cemburu Ris?" Riris terdiam,ia baru menyadari apakah sikapnya tadi merupakan cemburu, ia tak tau "ga tau pak,saya juga bingung dengan diri saya" lesuh Riris.

Yang awalnya Riris menggebu gebu sekarang langsung lesuh,memang semudah itu mood wanita berubah. "Saya suka jika kamu cemburu berarti kamu sudah mulai membuka hati untuk saya" tulus Arfi

"Maaf pak,saya labil" Riris menunduk. Arfi terkekeh "its okey,sekarang kita makan. Jemput Arga les dulu"

Arfi mengemudikan mobilnya menuju tempat les Arga
______

Dilain tempat Galena sudah duduk makan es krim bersama Raya didepan toko berlogo biru, Rafa? Ia sedang mengangkat telfon dari rekan bisnis nya agak menjauh dari kerumunan.

"Ma, Raya pingin kerumah uti deh" ucap Raya sambil menggigit es krimnya, Galena menengok Raya lalu tersenyum "boleh,yuk" mendengar itu mata Raya berbinar.

"Ayok,tapi naik motor ya ma" pinta Raya, Galena agak berfikir ia memberi jawaban "izin dulu sama papa" Raya mengangguk mengiyakan.

Rafa kembali bergabung duduk disebelah Galena, "ghibahin apa?" Raya mendelik "suudzon papa,kita ga ghibah kok"

Galena mengangguk, "kita lagi bahas,gimana caranya supaya papa Rafa kasih izin kita untuk kerumah uti naik motor" pancing Galena tanpa basa basi.

Rafa terheran terkaget akan ucapan Galena barusan "jangan motoran,biar papa anter saja"

Raya memberengut "seru naik motor papa, Raya kan pingin jalan jalan " alasan macam apa itu_batin Rafa

Galena berusaha membujuk "boleh ya,bawa motor nya pelan pelan kok" Raya juga menunjukkan puppy eye nya

Rafa masih teguh dengan keputusannya "tidak,sekarang kita makan dulu." Rafa berjalan ke mobil, Galena tak tega melihat Raya lesuh, Galena merangkul Raya dan berbisik "nanti kita bujuk papa lagi,pasti boleh. Kita atur strategi aja oke"

Raya mulai mengembangkan senyumnya lalu mengangguk dan mulai masuk mobil. Rafa mengemudi menuju rumah makan langganannya.

_____

"Bunaaaaaa" Arga lari langsung memeluk Riris, terlalu cepat saat berlari untuk memeluk Riris terhuyung kebelakang namun tangan Arfi memegang pinggul Riris agar tidak jatuh. Sungguh perhatian.

"Gimana les nya,bisa kan?" Riris membalas pelukan Arga dan Arfi mengecup kepala Arga yang berada diperlukan Riris. Readers paham ga? Kalau ga,yaudah.

"Ngantuk,capek Buna. Arga harus belajar terus dari pagi sampai sore" keluh Arga,anak SMP itu sudah pandai mengeluh.

"Gapapa dinikmati aja,Arga harus bersyukur masih bisa sekolah,les dan kegiatan lainnya" nasihat Riris

"Yaudah yuk pulang, biar Buna masakin kita" ucap Arfi yang langsung mendapat tatapan tajam dari Riris "kok saya yang masak pak?" Riris mencoba mengulang pernyataan itu,

"Oke deal Buna masak buat Arga dan papa" Arga mematahkan protes Riris.  Arfi senyum tanpa dosa kemudian berkata "tunggu apalagi bunaa, mari pulang dan masak lalu makan" Arfi menjaili Riris.

Mau tak mau demi anak dan calon suami ,Riris mengikuti kemauan dari mereka. Arga rebahan di kursi belakang,nyaman sekali bukan.

"Papa,mampir toko berlogo biru yuk" pinta Arga sambil memainkan ponsel. Arfi melihat anaknya dari kaca "mau beli apa?" Arga hanya membalas "mau beli keju yang ada chef Juna nya"

Riris tertawa, ada ada saja kelakuan anak tersebut.
"Astaga,mau buat apa beli keju?" Arga duduk menatap Riris dan berkata "Arga pingin salad buah,Boleh Buna yang buatin ?"

"Boleh dong,lihat dulu dirumah ada buah apa saja nanti Buna buatin ya" Riris. Arfi masih tak habis pikir dengan Arga "kenapa tiba tiba minta keju yang ada chef Juna nya,kan keju lain juga bisa"

Arga hanya menjawab "Arga habis lihat video salad buah pakai keju chef Juna,yaudah deh minta Buna buatin". Arfi geleng geleng kepala "ya Allah random banget anak gue" gumam Arfi.

Tiba tiba Arga menyeletuk "Buna,tadi Arga ketemu om Rian. Om Rian masih ingat Arga loh" Riris terkaget kaget melihat kearah Arga dan Arfi bergantian

"Oh ya,bilang apa tadi?" Riris mulai takut dengan perubahan ekspresi Arfi "hanya bertanya,Arga anaknya Riris gitu. Terus Arga jawab iya. Terus bilang salam buat Riris dan juga papa kamu ya Arga gitu" Arga menceritakan

"Ada lagi?" Korek terus Ris. Arga menggeleng "tidak,tadi Arga bertemu hanya sebentar saat Arga masuk kelas les" Arga kembali fokus pada ponsel dan berbaring kembali.

"Rian masih dekat mu?" Arfi penasaran, Riris menggeleng "tidak,bahkan bertemu kembali hanya sekali waktu saya sama Arga. Saya dan Rian hanya teman saja" Riris berusaha menjelaskan

"Saya rasa kalian pernah dekat sebelumnya" Arfi mulai introgasi. Riris melihat kearah Arga ,lalu kembali menatap Arfi "saya dan Rian memang pernah dekat sebelumnya hanya sebatas teman saja,lagi pula tidak hanya berdua saja. Galena juga dekat dengan Rian."

"Apakah Rian pernah suka dengan mu?" Kepo sekali Arfi ini. Riris mengendikkan bahunya "saya tidak tau,Rian tidak pernah berkata seperti itu"

"Tapi saya lihat dari mata Rian,dia menyukai mu" Arfi. Riris tertawa "bapak sok tau banget. Sudahlah pak,saya itu pilih bapak. Mau Rian suka sama saya atau tidak itu urusan Rian. "

Arfi terkekeh "berarti saya pemenangnya" pede sekali anda. Riris tersenyum.

-----

Wis sesok neh
Sampai jumpa dipart selanjutnya
Papay 👐

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tiba-tiba Pak Duda Where stories live. Discover now