Mentari Memahami

55 9 2
                                    

Helena berdiri dengan canggung disana, namun dengan urung Satria mendekatinya. Tangannya dengan erat mencengkeram tangan Mentari, memastikan gadis itu tidak berpikir yang macam-macam.

Mentari justru mencoba untuk mencari tahu apa yang Satria pikirkan saat ini mengingat semua yang sudah terjadi di antara mereka. Ia melihat rahang Satria mengeras, entah karena geram atau ia sedang menahan kata-kata keluar dari mulutnya. Mentari mengusap-usap tangan Satria perlahan, membuat lelaki itu menatapnya sekarang.

"Coba kamu samperin juga."

"Nggak mau."

Mentari menghela napas karena sepertinya Helena agak kesusahan akibat anaknya yang terus menangis usai diberi penjelasan oleh ibunya Satria dan juga asistennya bahwa mereka sedang punya acara. Anak lelaki di gendongan Helena terus menerus menunjuk ke arah kolam ikan, mungkin anak itu memang ingin bermain.

Satria masih terdiam, ia menatap Mentari sambil memberi isyarat untuk tidak peduli saja dan mengajak masuk kembali ke rumah. Mentari diam mematung, ia lalu tersenyum.

"Kayaknya anaknya mau lihat kolam ikan. Aku kesana ya?"

"Tar? Untuk apa?"

"Mami sama kamu kan harus di dalam. Aku juga nggak ngapa-ngapain jadi bisa temani mereka."

Satria menatap curiga, "Jangan ah, takut aku, nanti kalian berantem."

Mentari tertawa, "Ya enggak lah, kamu pikir aku apa?"

Satria menghela napasnya sambil menghadapkan tubuhnya agar bisa menghadap ke Mentari, "Jujur deh. Kamu nggak mikir ini aneh?"

"Aneh kenapa?"

"Ngelihat dia disini. Sama anaknya. Kamu nggak minta penjelasan apa-apa dariku?"

Mentari menatap ke arah Satria sambil perlahan menggenggam kedua tangan lelaki itu. "Ya udah. Anak itu anak kamu?"

Mata Satria membelalak, "Nggak! Ya Tuhan mana mungkin?"

"Aku juga berpikir gitu. Karena kamu kelihatan ogah-ogahan gitu nyambut mereka," ujar Mentari sambil menggoyang-goyangkan tangan lelaki di depannya, mencoba mengurangi ketegangan di wajah Satria.

"Aku yakin memang dia yang ingin datang, bukan kamu. Jadi aku nggak tanya apa-apa."

Satria menghela napasnya, "Aku takut kamu mikir ini aneh. Aku bilang aku udah nggak hubungan apa-apa lagi sama dia. Eh tahu-tahu dia kesini."

"Nggak. Justru kayaknya anaknya butuh bantuan. Aku bantu ya?"

Satria tampak ragu, matanya lalu mengarah ke arah Helena yang masih kepayahan karena anaknya menangis. Ia menatap Mentari lagi, "Ya udah aku kenalin sekalian aja ya kesana."

Mentari mengangguk sambil perlahan berjalan duluan dengan tangan yang masih menggenggam Satria.

Suara Bimo yang menangis juga membuat beberapa saudara Satria keluar dengan wajah yang penasaran, membuat tangan Satria makin saja mengeratkan genggaman di tangannya.

Ibunya Satria tampak tersenyum begitu melihat Mentari dan Satria berjalan mendekat, berbeda sekali dengan ekspresi Helena yang berubah.

"Aa, Tari, ini ada Helena sama Bimo," sahut ibunya Satria sedikit canggung, "Helena, ini Mentari,"

Helena masih kepayahan dengan Bimo yang memberontak, sehingga ia tidak bisa mengulurkan tangannya, "Maaf, Bimo lagi rewel. Bimo, sayang ayo kita pulang ya, lagi ramai rumahnya Oom Satria."

Bimo masih berteriak meronta sambil tangannya menunjuk ke arah kolam ikan rumah Satria. Mentari lantas melepas genggaman tangannya dengan Satria lalu maju perlahan, "Bimo, Bimo boleh kok lihat ikan. Sama Tante Mentari yuk?"

Kesatria Mentari (Completed)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin