Kegalauan Mentari

30 8 0
                                    

Deva mengusap-usap kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Di hari Minggu yang indah ini, tubuhnya pegal-pegal karena selama satu minggu full, ia lagi-lagi harus sibuk mengurus bosnya yang frustasi karena cinta.

Ia menyalakan korek api dan dengan cepat mengambil sebatang rokok yang sejak tadi ia genggam saja bungkusnya. Menyesapnya perlahan lalu mengeluarkan asapnya kuat-kuat. Tak lama Bayu yang mendapat amanat dari Ibunya untuk mengantar sambal terasi dan ikan goreng ke rumah sepupunya itu pun datang sambil geleng-geleng kepala.

"Kusut banget?"

"Gara-gara dosen lo nih. Bos gue jadi galau terus akhir-akhir ini,"

Bayu meletakkan bawaannya yang berisi makanan itu sambil ikut duduk di salah satu kursi kosong di teras rumah keluarga Deva itu. Ia ikut mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.

"Apa yang udah pergi biarin pergi aja napa?"

"Maunya juga gitu!" ucap Deva agak emosi, "Kena karma kali dulu,"

"Ceritanya gimana sih emang mereka tuh dulu?"

Deva menghela napas, membiarkan asap rokok yang ia hirup juga keluar. Ia duduk menghadap Bayu yang kini menatapnya prihatin.

"Mereka pacaran tuh lama, dari jaman kuliah S1, lanjut S2 bareng dan si Nathan mulai punya bisnis, mulai berpikir deh tuh apa nikah aja. Ya tapi yang menggebu-gebu Mentari sih kalau kata Nathan."

"Padahal Bang Nathan masih mau main?"

"Of course lah. Lo punya bisnis yang lumayan maju di umur lo yang ke-25. Apa aja ada, bokap nyokap juga nggak cerewet, tampang juga lumayan banget buat gaet 2 atau 3 cewek," sahut Deva dengan cepat, "Waktu itu siapa aja yang lihat Nathan, bawaannya kelepek-kelepek deh. Gue nggak ngerti ya katanya sih Mentari cemburuan jadinya minta dinikahin,"

Bayu mengangguk-angguk perlahan, "Makanya Bang Nathan kabur?"

"Nggak, beneran mau dinikahin," ucap Deva menggeleng kuat, "Undangan udah disebar, seminggu lagi doang itu acara. Eh dibatalin sepihak,"

"IYA? Wah gila dong tuh cewek," ujar Bayu tiba-tiba khawatir dengan nasib dosennya yang sekarang memacari gadis itu, "Pasti ada dong penyebabnya dia batalin sepihak. Seminggu sebelum lagi,"

Deva tersenyum sekilas, "Iya sih, ada penyebabnya. Nathan ketahuan bobok sama cewek lain,"

Bayu dengan cepat menggetok kepala Deva.

"Anjir! Kok gue yang digetok?"

"Bego. Ya iya lah kabur tuh cewek!" ucap Bayu ikut kesal, "Gue pikir selama ini Kak Mentari yang problematik!"

"Ya tapi siapa sih sekarang yang nggak pernah 'bobok' jajan di luar dengan uang sebanyak itu?" ujar Deva ikut berkilah, membuat Bayu rasanya ingin getok kepala sepupunya itu pakai vespa yang nangkring di garasi rasanya.

"Goblok itu lo aja kali. Pantesan duit lo nggak berkah. Bang Satria proyek milyaran juga mana pernah main begitu." ujar Bayu entah kenapa merasa bangga dengan dosennya itu.

Tepat setelah Bayu menyebut nama Satria, Deva langsung menatapnya dengan tatapan selidik.

"Satria tuh sebagus itu ya? Kalau dengar lo ngomong kok kayak bagus aja sih,"

"Apa nih? Tugas yang dikasih lagi sama Bang Nathan?" ucap Bayu ikut senewen. Segala gelagat Deva jika berhubungan dengan Satria jadi terasa mencurigakan.

"Hehehe. Gue disuruh cari tahu apa kelemahannya."

"Bangsat, itu tugas tersusah. Gue mending ngerjain sintesis kimia organik lagi deh," umpat Bayu sambil membuang sisa rokok di tangannya, "Suruh dia menyerah aja. Biar gue cariin cewek kalau dia butuh."

Kesatria Mentari (Completed)Where stories live. Discover now