Kesatria Tersesat

55 14 1
                                    

Another blind date.

Another wasting time.

Bukan pertama kali untuk Satria 'dijebak' datang ke kencan buta seperti ini. Entah sudah berapa karakter wanita yang ia pernah temui sampai saat ini.

Parahnya, semuanya tidak ada yang menarik baginya.

Even Maminya sendiri sudah berulang kali menjebaknya dengan cara seperti ini, meminta Satria bertemu namun yang ia temui bukanlah sosok Maminya yang berada di tempat. Selalu ada orang lain yang akan duduk disitu, menanyakan soal dirinya, pekerjaannya, hobinya, persis hampir seisi CV-nya ditanyakan oleh gadis-gadis itu.

Seperti hari ini, Professor Doni juga akan masuk list bapak-bapak nyebelin di Departemen Kimia yang bakal Satria hindari.

Undangan traktirannya di salah satu restoran ini memang semestinya sudah membuat Satria curiga karena mana mungkin seorang Prof Doni yang cenderung dikenal super pelit itu akan mentraktirnya makan makanan mewah di restoran termahal di Kota Bogor itu. Terlalu mencurigakan, tapi jiwa positif milik Satria ternyata tertipu juga.

Jadi disinilah Satria, dengan ekspresi super canggung itu kini duduk di hadapan seorang wanita berpenampilan necis yang penuh pesona sedang mencoba menarik perhatiannya itu.

Satria bisa tahu kalau gadis di depannya itu mungkin tidak akan menarik hatinya. Jarinya terlalu lentik, terlihat jelas hasil perawatan manicure di salon. Bulu matanya seperti tidak asli, sepertinya hasil extension di salon ternama. Alisnya melengkung, tergambar begitu apik.

Satria sudah bisa menebak berapa Rupiah yang harus digelontorkan hanya dengan melihat dandanannya, tasnya, sepatunya, juga outfit-nya. Tidak ada yang salah sebenarnya, karena Satria yakin gadis itu pasti mampu membiayai dirinya sendiri dan memang menyukai hal itu untuk dirinya sendiri bukan orang lain.

Masalahnya itu bukan seleranya.

"Pasti kaget ya tahu-tahu bukan Oom Doni yang kamu temuin?"

"Iya, somehow saya juga agak curiga Sabtu-Sabtu gini diajak Prof pergi. Pasti deh ada sesuatu,"

"Kudengar dari Oom Doni, kamu udah lama ya ngejomblo?"

Satria yang baru saja hendak mulai melahap nasi dan lauk ayam asam manis itu akhirnya mengurungkan niatnya. Rasanya tidak sopan kalau dia kelihatan sama sekali tidak tertarik dengan 'kencan' ini, "Iya, lumayan,"

"Kenapa? Padahal kamu lumayan lho. Aku cukup kaget ternyata masih ada ya dosen sekeren ini,"

"Belum kepikiran aja cari pacar lagi,"

"Oh ya? Pasti banyak ya mahasiswi yang godain kamu?"

"Ah, nggak juga. Mereka kalau lihat saya auto ingat tugas katanya," Satria berusaha mengelak. Karena memang betul adanya, setiap evaluasi akhir tahun hampir semua mahasiswanya mengeluhkan tugas darinya yang menggunung.

"Tapi mahasiswi pasti pada salfok kan lihat kamu? Kebayang sih pasti keren banget pas kamu ngajar,"

Aslinya gue malah ngajar pakai jeans dan converse doang, ujarnya membatin. Ia sendiri sudah puluhan kali mendapat surat cinta oleh maba, namun seiring berjalannya semester, para maba itu tidak lagi tertarik padanya yang begitu kolot dan perfeksionis.

"Apa itu alasannya kamu nggak pakai sosial media? Aku cari IG kamu pun nggak ada,"

"Oh iya, saya memang nggak pakai,"

"Kenapa? Padahal dengan wajah seperti kamu pasti bakal banyak yang follow. Lumayan bisa nambah engagement lho buat karir kamu,"

Satria hanya tersenyum datar. Gadis di depannya ini memang sempat bercerita profesinya sebagai Marketing salah satu perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Goods). Mungkin jiwa cari cuannya memang sudah mendarah daging.

Kesatria Mentari (Completed)Where stories live. Discover now