Bab 16 : Yang Harus Dipercaya

458 79 2
                                    

Sesampainya di rumah, aku langsung menuju kamarku. Aku meletakkan tasku dan mengganti pakaianku. Lalu, aku pergi ke jendela yang terbuka, mengamati bintang-bintang di langit. Itu adalah malam yang damai dan indah. Tapi kemudian, aku teringat kata-kata orang itu.

"Aku juga dengar kau menderita amnesia dan lupa segalanya. Aku penasaran di mana walimu yang sebenarnya. Mungkin mereka membencimu sampai-sampai mereka tidak ingin bertemu denganmu!"

Apakah dia ... benar? Apakah keluargaku benar-benar membenciku? Meninggalkanku? Tapi mengapa mereka melakukan itu? Apakah aku melakukan kesalahan sebelumnya?

Pertanyaan-pertanyaan lain muncul di benakku hingga tak kusadari Pak Aizawa memasuki ruangan.

"Apa yang kau lihat?"

Aku terkejut dan tersadar dari lamunanku. Aku segera berbalik dan menatapnya.

"T-Tidak ada apa-apa, Pak Aizawa."

Dia menatapku sebentar sebelum bergabung denganku mengamati bintang-bintang. Aku pun berbalik dan mengamati langit malam. Suasana menjadi tenang di antara kami sampai Pak Aizawa memutuskan untuk memulai percakapan.

"Jika ada sesuatu yang mengganggumu. Kau bisa menceritakannya padaku. Mungkin itu bisa membuatmu merasa lebih baik."

Aku menunduk sebelum memutuskan untuk menceritakan semuanya padanya. Dari kejadian di depan pintu kelas hingga segala pemikiranku tentang orang-orang yang mengenalku sebelumnya. Tentang di mana mereka berada saat aku sangat membutuhkan mereka. Apakah mereka benar-benar peduli padaku? Aku menceritakan semuanya kepada Pak Aizawa.

Setelah aku selesai, aku melihat ke arah Pak Aizawa. Dia tampak seperti sedang berusaha mengendalikan amarahnya. Lalu, dia menatapku.

"Aku tidak bisa mengatakan bahwa dia sepenuhnya salah. Ada kemungkinan apa yang dia katakan memang benar adanya."

Aku menunduk, kesal.

"Tapi jangan lupa bahwa ada banyak hal yang mungkin terjadi di dunia ini."

Aku menatapnya lagi, merasa tertarik dengan apa yang akan dia katakan.

"Seperti apa?"

"Mungkin terjadi sesuatu pada mereka yang membuat mereka tidak bisa menemuimu. Kalau dipikir-pikir lagi, kau ditemukan tak sadarkan diri dan berdarah. Bagaimana jika orang yang kau kenal juga terluka dan berusaha menyelamatkanmu dari penjahat yang menyerang kalian? Sekarang kau aman, tapi kita masih belum tahu kondisi mereka. Apakah mereka aman, ditangkap atau ...."

Dia berhenti. Mungkin karena dia tidak punya keberanian untuk mengucapkannya. Tapi meski begitu, aku mengerti apa yang ingin dia katakan. Lalu, dia melanjutkan.

"Kemungkinan lainnya adalah mungkin mereka berusaha melindungimu."

"Melindungiku?"

Dia mengangguk.

"Benar. Mungkin seseorang yang menaruh dendam pada keluargamu mencoba membalas dendam dengan membunuhmu. Karena itulah, mereka mengorbankan waktunya bersamamu untuk mencari dan mengalahkan penjahat itu agar kau selamat. Mungkin penjahat itulah yang menyebabkanmu cedera, dan membuatmu kehilangan ingatan.

Atau mungkin mereka menyembunyikan fakta bahwa mereka mengenalmu."

Aku mengerutkan alisku.

"Mengapa mereka melakukan itu?"

"Siapa yang tahu. Mungkin mereka sedang menjalankan misi yang sangat rahasia dan berbahaya sehingga membuat mereka perlu menyembunyikan identitas aslinya?

Menyembunyikan fakta bahwa mereka mengenalmu? Mungkin jika ada yang mengetahui bahwa kau berhubungan dengan mereka, bukan hanya kehidupan mereka tetapi kehidupanmu juga akan dalam bahaya."

Aku mencoba memproses setiap kemungkinan. Setelah mendengar semua kemungkinan itu, aku sadar bahwa masih banyak kemungkinan selain mereka membenci dan meninggalkanku.

"Atau mungkin mereka hanya pengecut yang belum siap bertemu denganmu karena telah berbuat jahat padamu."

Eh? Kemungkinan terakhir kedengarannya tepat bagiku. Tapi kenapa?

"Seperti yang kubilang, banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Pertanyaannya, yang mana yang kau percayai? Hanya kau yang tahu jawabannya."

Kemudian, aku memutuskan untuk menanyakan kepadanya pertanyaan yang ingin aku tanyakan.

"Pak Aizawa. Beberapa kemungkinan yang kau nyatakan tadi terdengar seperti orang yang mengenalku adalah pahlawan. Maksudku melindungi, menemukan, mengalahkan penjahat. Bukankah itu seperti pekerjaan pahlawan?"

"Ya. Kau pernah bilang ingin jadi pahlawan karena merasa familiar dengan pahlawan, 'kan? Karena kau merasa itu adalah salah satu caramu untuk mengembalikan kenanganmu.

Kalau dipikir-pikir lagi, ada kemungkinan kau dikelilingi oleh para pahlawan. Orang-orang yang mengetahui kau adalah pahlawan. Mungkin itu sebabnya kau merasa akrab dengan pahlawan."

Kalau dipikir-pikir, Midoriya juga pernah berkata bahwa mungkin seseorang yang berhubungan denganku adalah pahlawan.

Lalu, aku melihat Pak Aizawa berjalan menuju pintu.

"Kalau begitu, ini sudah tengah malam, lebih baik tidur sekarang, kecuali kau ingin bangun kesiangan besok."

Setelah mengatakan itu, dia keluar dari kamar dan menutup pintu. Aku masih memikirkan pertanyaan Pak Aizawa.

'Yang mana yang aku percayai?' batinku.

Tiba-tiba aku mendapat pesan dari seseorang. Tidak, ini bukan hanya pesan tapi juga ... video? Ini dari Uraraka.

Aku menonton videonya dan sejujurnya, aku terkejut. Aku belum pernah melihat Midoriya semarah ini sebelumnya. Tapi kemudian, aku merasa senang karena dia membelaku. Tapi serius, itu tidak perlu. Aku berkeringat.

[Yah, itu tidak terduga.] - Bbb

[Aku tahu! Tapi itu bisa dimengerti karena dia mencoba membelamu.] - Uraraka

[Serius, itu tidak perlu.]- Bbb

[Yah, kurasa dia akan melakukan apa saja demi sahabatnya.] - Uraraka

[Dan aku akan melakukan hal yang sama padanya. Lagipula aku adalah sahabatnya juga. Terima kasih untuk videonya Uraraka. Biar kutebak, kau merekamnya?]- Bbb

[Tentu saja akulah yang merekamnya. Dia bahkan tidak menyadari bahwa dia sedang direkam. Sepertinya aku melakukan pekerjaan yang cukup bagus dengan merekamnya secara diam-diam.] - Uraraka

[Ha ha ha. Kau yakin tentang itu?]- Bbb

[Jadi, kau sudah merasa lebih baik sekarang?] - Uraraka

[Ah iya. Terima kasih.] - Bbb

[Aku senang. Kami semua mengkhawatirkanmu sejak kau keluar dari kelas.] - Uraraka

[Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Tapi serius, aku baik-baik saja sekarang.] - Bbb

[Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok, BoBoiBoy.]- Uraraka

[Sampai jumpa juga.] - Bbb

Kemudian, kami mengakhiri percakapan kami. Pertanyaan Pak Aizawa muncul di benakku.

"Pertanyaannya, yang mana yang kau percayai? Hanya kau yang tahu jawabannya."

Aku memandangi bintang-bintang di langit malam. Angin bertiup membuat rambutku beterbangan, mengikuti arah angin. Aku tersenyum sambil memejamkan mata.

"Aku tidak yakin kemungkinan mana yang benar, tetapi satu hal yang aku yakini. Jika suatu tindakan memiliki reaksi, maka suatu tindakan juga memiliki alasan. Mereka mungkin memiliki alasan atas tindakan mereka.

Dan 'ini belum saat yang tepat', bukan berarti waktu yang tepat tidak akan pernah tiba. Aku hanya perlu bersabar dan menunggu mereka. Atau dalam beberapa kemungkinan, aku akan menemukan kalian suatu hari nanti. Tunggu saja."

Kemudian, aku menutup jendela dan pergi tidur. Besok akan menjadi hari yang baru.

Bersambung....

Amnesia In Different World (BoBoiBoy X MHA Crossover) [ Sedang Di Revisi ]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon