Chapter 03.

564 54 11
                                    


"Bibi, kak Jen ada?"

"Ini. Kakak non manja sekali, kemarilah dan lihat den Nini sedang meringkuk memeluk bibi."

Lisa berjalan masuk ke dalam kamar bibi lalu duduk di pinggir ranjang untuk melihatku dari dekat. Aku berpura-pura tidur saat dia menyentuh pipiku dan yang membuat ku kesal adalah aku tidak tahu bahwa si pitik itu membawa handphone. Dia memotret ku diam-diam!

"Lihat ini bi, kakak sangat lucu seperti bayi. Aku sudah mengirim foto ini ke grup keluarga."

"APA?!" Aku terbangun dan merampas handphone Lisa. Adikku ini benar-benar kocak, tapi saat aku ingin menarik lagi fotoku yang dikirim Lisa. Aku melihat mami langsung balas mengirim foto dia bersama Lisa yang tidur meringkuk di atas badannya ke dalam grup dengan pesan 'lebih lucu ini, bayi besarnya mami😍'.

Cemburu? Tentu saja tapi aku tidak ingin Lisa tahu, jadi aku tertawa terbahak-bahak di depannya sambil menunjuk ke foto itu.

"Ahahaha mulutnya seperti ikan cupang! Bi, lihatlah Lisa tidurnya dengan mulut terbuka!!"

"Ih kakak!" Lisa cemberut. Dia langsung pergi membawa handphonenya keluar.

Saat itulah aku berhenti tertawa palsu dan terdiam tanpa berkata-kata sambil memegang handphone ku sendiri.

"Ada apa den? Kenapa kamu cemberut secara tiba-tiba?"

Aku memberikan handphone ku pada bibi supaya dia bisa melihat isi pesan di dalam grup. Dan aku juga masih di bisukan oleh mami supaya tidak ikut berkomentar karena hanya admin yang bisa dan aku bukan admin di grup itu.

"Yang sabar ya den, masih ada bibi bersamamu."

"Iya bi."

Ting!

Berikutnya pesan dari nomor yang tak dikenal, membuat bibi langsung mengembalikan handphone padaku.

"Balaslah jika memang ini orang yang den kenal atau den spesialkan."

"Bibi mau kemana?" Ucapku disaat bibi sudah mulai beranjak dari kasur.

"Mau lihat stok kebutuhan mandi den Nini, masih ada atau tidak."

Aku mengangguk lalu lanjut melihat ke handphone. Menekan pesan itu dan membacanya dengan pelan-pelan supaya aku mengerti karena pesannya terlalu panjang.

[Selamat pagi Jendeukie.]

[Aku hanya ingin menyapamu dan minta maaf atas kesalahan ku sebelumnya.]

[Tidak apa-apa soal kau meludahi ku semalam, bagiku itu adalah bagian pelajaran dari kesalahan ku.]

[Aku berkeinginan untuk bertemu lagi denganmu, aku ingin kita berbaikan dan bertukar cerita tentang 2 tahun terakhir.]

[Dan yang paling aku harapkan, kita bisa dekat lagi. Maaf sekali untuk mengatakan ini, aku benar-benar mengharapkan kau bisa kembali padaku tapi aku saat ini tidak ingin memaksamu, aku takut akan membuatmu terluka lagi dan aku harus menghadapi bayang-bayang rasa bersalahku padamu.]

[Jika kau mau, ini alamatku. Apartemen ***, aku sedang membutuhkan mu.]

"Aish sialan, aku baru menyadari ini adalah Jisoo dan aku dengan sepenuh hati membacanya. Sialan kau Jisoo! Tapi ... kenapa dia membutuhkanku? Apa dia sedang dalam masalah?" 

Segera saja aku meninggalkan kasur beserta handphone ku dan pergi menuju ke kamar mandi di kamar milikku.

"Bibi, apakah kamar mandi ku ada banyak sabun?" Tanyaku pada bibi yang aku tidak tahu sedang apa dia duduk dipinggir bathtub.

Harmonis? (JENSOO)Where stories live. Discover now