Chapter 06.

459 40 0
                                    


Aku berdiri di depan pintu masuk klinik, menunggu jemputan dari papi yang katanya sedang berada di perjalanan.

Tapi ini sudah berjalan -+15 menit dan aku sudah mulai merasa dingin karena cuaca malam ini sedang hujan. Aku tidak membawa jaket, hanya blazer seragam sekolah yang menyelimuti tubuhku.

"Aduh papi udah dimana ya. Kenapa lama sekali ..."

Aku memutuskan duduk di tangga dekat pintu masuk sambil menggosok tanganku untuk mencari kehangatan. Namun saat itu, aku tidak sengaja melihat pasangan yang salahsatunya aku kenal sedang berjalan keluar sambil bergandengan tangan bersama tapi anehnya ekspresi mereka tidak bahagia, ekspresi laki-laki itu cuek dan perempuannya seperti ingin menangis.

Niatku ingin memanggil dan segera menyapanya tapi keduanya sudah masuk ke dalam mobil dan kebetulan papi juga datang membawakan payung untukku. Aku tentunya senang sehingga melupakan orang itu, apalagi ada kak Jen yang melihatku dari jendela mobil dengan kondisi wajahnya yang kurang fit.

"Ututu kacian sekali kak Jen ikut. Tapi makasih udah ikut jemput adek."

"Kakak mu tadi muntah dek, jadi kami sempat berhenti di pinggir jalan."

"Oh pantas saja lama. Kak Jen geser sedikit, aku mau duduk."

"Kakak mau berbaring di paha mu, kepala kakak masih pusing. Apa boleh?" 

Aku segera menyetujuinya, memepet di dekat pintu lalu kak Jen menaruh kepalanya diatas pahaku. Meskipun pahaku terasa dingin sebelumnya, aku sudah lega merasakan kehangatan dari pipi kak Jen karena dia berbaring miring menghadap ke perutku. Aku merasa geli tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan permintaan kecilnya ini.

Lalu papi juga sudah mengendarai mobilnya menuju ke mansion. Dia sesekali melihat kami berdua dari pantulan kaca di atas kepalanya, papi menghela nafas tapi aku tidak tahu dia kenapa, jadi aku hanya diam tak bersuara sedikitpun dan kulihat juga kak Jen sudah mulai meringkuk kedinginan.

_____

Saat kami tiba di mansion, aku membantu papi mengeluarkan kak Jennie dari mobil karena dia masih betah tertidur, kami tidak ingin membangunkannya karena kasihan jika dia berjalan hujan-hujanan dalam keadaan sakit kepala.

"Pi, pakai blazerku untuk menutupi kepala kak Jen."

"Lalu, bagaimana dengan adek?"

"Tidak apa-apa. Hanya sedikit terkena air hujan tidak akan membuatku sakit. Aku akan mandi air hangat setelahnya." Ucapku saat memindahkan blazer ku ke atas kepalanya kak Jen, lalu mendorong papi untuk segera pergi masuk ke dalam dan aku berlarian meninggalkan mereka.

"Lisa! Ya ampun putriku, kamu tidak kenapa-napa 'kan?"

Aku terkejut saat mendengar suara mami dan aku menemukannya ada di dekat pintu. Wajahnya begitu khawatir dan juga matanya sedikit berkaca-kaca saat dia menghampiriku.

Mami memeluk ku saat aku ingin melepas sepatu namun aku sedikit mundur mendorong tubuhnya. "Mami, jangan memelukku dulu. Badanku basah. Tenanglah, aku tidak apa-apa."

"Oh begitu ya? Apa Lisa mau mandi air hangat? Biar mami siapkan dan teh nya juga akan mami berikan ketika Lisa sudah mandi."

"Mi ... papi sama kak Jen tadi udah masuk ya?"

Ada sedikit perubahan ekspresi di wajah mami, tapi dia tersenyum lagi saat dia menjawab. "Mereka sudah naik ke atas. Dan mereka tadi lewat pintu belakang. Ayo adek juga ikut mami."

"Ya mi tapi teh nya kasih ke kak Jen aja. Adek cuma perlu mandi air hangat kemudian tidur."

"Tidak makan?"

Harmonis? (JENSOO)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora