Bab 22

20.8K 1.7K 211
                                    

Pada pukul 17:30 Adi dan Nanda akhirnya sampai di depan kontrakan Adi, dari jauh terlihat Meira dengan perut besarnya sedang melayani pembeli, dan Juna yang berada di sekitar Meira membantu bundanya tersebut dengan patuh.

"Assalamualaikum"ujar Adi dan Nanda saat keduanya berada di depan kontrakan.

"Wa'alaikumsalam mas"Meira yang sedang sibuk melayani menoleh ke arah Adi menatapnya dengan mata berbinar binar.

Juna yang mendengar suara ayahnya langsung menghentikan kegiatan nya dan ikut menoleh ke arah Adi menatap ayahnya penuh rindu.

"Ayah!!"seru Juna melompat ke pelukan Adi.

Adi menangkap Juna ke gendongan nya,menghujani si kecil dengan kecupan di pipi.

"Halo Juna"sapa Nanda riang saat Juna menatap ke arah nya yang kebetulan berdiri di belakang Adi.

Juna tersenyum malu malu, menyembunyikan wajahnya di dada sang ayah tak menjawab sapaan Nanda.

"Abang itu om nya nyapa abang loh, kok gak di bales?"ujar Adi lembut mengusap kepala Juna.

Karna ucapan ayahnya, si kecil Juna perlahan lahan mencuri pandang ke arah Nanda dari pelukan Adi, Nanda mencoba tersenyum semanis mungkin agar Juna tidak merasa malu kepadanya.

"Salim dong sama omnya, itu om yang kemarin kasih abang mainan loh"ujar Adi membujuk Juna.

Dengan raut wajah malu malu Juna akhirnya keluar dari pelukan Adi lalu meminta turun kepada ayahnya, dengan paksaan Adi Juna akhirnya menangkup tangan Nanda dan menciumnya.

Nanda mengusap kepala Juna lembut"Juna, masih inget gak sama om?"tanya Nanda berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Juna.

Juna mengangguk pelan, berjalan mundur perlahan mendekati Adi yang berada di belakangnya, meraih baju Adi dan bersembunyi di balik tubuh besar ayahnya, Juna mengintip Nanda dengan malu malu.

Nanda tersenyum lembut sebentar lalu merubah raut wajahnya menjadi menyedihkan, Nanda berpura pura menangis sedih dengan menangkup wajahnya menggunakan tangan.

Adi terkekeh geli melihat akting Nanda yang jelek, tapi sepertinya anaknya tersebut terpengaruh oleh akting menangis Nanda, terbukti dengan Juna yang langsung mendekat perlahan ketika Nanda semakin memperbesar tangisnya.

"A-ayah omnya k-kenapa?"Juna terlihat bingung, raut wajahnya sudah berkaca kaca menatap bolak balik Adi dan Nanda.

Adi memalingkan wajahnya, merasa gemas melihat wajah menangis putranya,ia berdehem "omnya nangis karna abang gak mau deket sama omnya"ucap Adi dengan wajah berpura-pura kecewa.

"J-juna gak maksud gitu ayah.."lirih Juna sedih.

"Coba Juna peluk omnya, kayaknya omnya butuh di peluk juna"usul Adi.

Meira yang telah selesai melayani pembeli mengurungkan niatnya untuk menyapa sang suami dan beralih menonton kedua orang lelaki dewasa yang mencoba menjahili anaknya yang akan menangis.

Dengan ragu ragu Juna berjalan perlahan mendekat ke arah Nanda yang masih berjongkok dan menangis, saat sudah berada di hadapan Nanda, Juna dengan mata berkaca kaca akhirnya memeluk Nanda.

"O-om jangan nangis, m-maafin Juna ya om, t-tadi Juna salah Karna Juna malu sama om"lirih Juna sesenggukan.

Nanda perlahan-lahan mengangkat kepalanya lalu menatap anak kecil di hadapannya, Nanda hampir saja ingin tertawa ketika melihat wajah Juna yang sudah tertunduk lesu dan air mata yang sudah membasahinya pipi kecilnya tetapi buru buru ia tahan dan mencoba memasang wajah sesedih mungkin.

Menyenangkan sekali memang menjahili anak kecil!.

"Padahal om punya hadiah buat Juna loh, tapi Juna gak mau deket sama om jadi om gak jadi ngasihnya"sahut Nanda membuat Juna menghentikan tangisnya.

Transmigrasi AdiWhere stories live. Discover now