Bab 16

14.4K 1.1K 21
                                    

"Kita berangkat dulu ya bund, assalamualaikum"pamit Adi lalu mengecup kening Meira.

Seperti yang tadi di katakannya, Adi mengikuti Juna pergi ke masjid. 15 menit sebelum adzan Maghrib kedua ayah dan anak itu sudah bergegas pergi ke masjid agar tidak ketinggalan shalat. Masjid dengan kontrakan Adi berjarak sekitar 300 meter jadi cukup memakan waktu jika berjalan.

"Kalo gak sama ayah, Abang pergi sama siapa ke masjid?"tanya Adi saat keduanya berjalan.

"Sama Budi yah"balas Juna.

Mendengar jawaban anaknya, Adi mencoba mengingat teman anaknya yang selalu di sebut di rumah, tapi sepertinya pemilik asli belum pernah bertemu teman anaknya itu, karna saat Adi menelisik lebih jauh ingatannya tak ada satupun yang berkaitan dengan Budi.

"Terus Budi sama siapa kalo gak sama Abang?"

"Sama temen temen lain kayaknya yah, soalnya Budi perginya pas udah sholat Maghrib" Juna mendongakkan wajahnya menatap Adi, kedua nya berjalan beriringan dengan tangan saling bertautan sehingga setiap akan berbicara Juna menatap ke atas untuk melihat wajah ayahnya.

"Abang gak keberatan kan ayah ikut? Soalnya gara gara ayah ikut kamu jadi gak bareng sama Budi"ucap Adi dengan nada merasa bersalah.

Juna menggeleng dengan cepat sebagai jawaban.Melihat reaksi Juna membuat bibir Adi melengkungkan senyum senang.

Juna lalu menatap mata Adi"Abang seneng banget bareng ayah, soalnya siang tadi ayah pergi kerja"sahut Juna dengan suara yang kecil tapi masih bisa di dengan oleh Adi.

"Abang gak suka ayah kerja?"

"Enggak, Juna seneng ayah kerja kok, bunda jadi gak capek capek lagi"jawab Juna cepat.

Adi tak merespon ucapan Juna, hatinya seketika merasa bersalah lagi.

"Juna ngerti kok ayah kerja juga buat Juna sama bunda kan? Makanya Juna seneng karna hari ini bisa berangkat ke masjid bareng ayah, kalo siang ayah gak ada sama Juna tapi malem Juna bisa bareng sama ayah"lanjut Juna dengan ceria.

Mendengar perkataan Juna seketika senyum terbit di bibir Adi, tak terhitung berapa kali ucapan syukur terucap di benaknya ketika Juna berkata seperti itu. Ia amat bersyukur karena di berikan kesempatan untuk menjadi ayah bagi Juna dan suami bagi Meira.

"Makasih Abang udah mengerti tentang semuanya, ayah sangat amat bersyukur karna di beri kesempatan untuk jadi ayah yang baik bagi Abang"

Juna terdiam sejenak lalu tiba tiba suara tangis terdengar dari mulut kecilnya, sontak Adi menghentikan langkahnya lalu berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Juna, ia menatap seksama ke arah Juna yang pipinya sudah dialiri air mata.

"Kenapa nangis Abang?"tanya Adi khawatir, Adi mengusap dengan lembut pipi Juna yang sudah basah oleh air mata.

"A-abang seneng hiks karna ayah udah gak marah marah lagi hiks gak sentak sentak Juna lagi hiks, Juna pikir ayah gak sayang sama Juna hiks Juna pikir ayah gak suka karena Juna lahir jadi anak ayah"bahu kecil Juna bergetar Karna menangis.

Tanpa pikir panjang Adi langsung membawa Juna ke dalam pelukannya lalu menggendong nya sembari jalan, walaupun ia tak mau merusak momen tetapi Adi masih sadar diri keduanya sedang berada di jalan umum dan masih banyak orang berlalu lalang pada jam ini.

Adi lalu mengusap bahu Juna yang masih bergetar, suara tangis masih terdengar tetapi tak sebesar tadi, Adi mencoba membiarkan Juna untuk tenang dulu baru ia berbicara. Hatinya resah, tak menyangka jika ternyata selama ini Juna selalu berpikir seperti itu, entah berapa banyak kesalahan yang dilakukan pemilik aslinya sehingga statement seperti itu bisa tertanam di pikiran anaknya.

Transmigrasi AdiWhere stories live. Discover now