Bab 10

19K 1.2K 31
                                    

"Di kok masakan Lo bisa tambah enak gini sih? Lo kursus apa gimana?"Nanda menatap Adi dengan serius, sambil terus melahap masakan Adi ke mulutnya.

Adi tertawa "Alhamdulillah kalo enak, gue mah gak pernah kursus nan, cuman pernah belajar dari ahlinya"balas Adi,ia memang berkata sebenarnya karna di dunianya dulu Adi selalu berguru kepada babanya, yang memang pintar memasak lalu bakatnya menurun ke Adi.

"Siapa sih? Gue mau bersujud karna udah mau ajarin Lo masak, Sial seumur umur baru kali ini gue makan ayam rica rica seenak ini, gue yang pernah ke Manado nya langsung aja ayam rica rica nya masih kalah sama lo"ucap Nanda berlebihan, Adi hanya bisa menggeleng lelah dengan ke alay an teman barunya ini.

"Juna juga suka!"seru Juna tiba tiba nimbrung, membuat ketiga manusia dewasa di hadapannya tertawa kecil.

Meira dari tadi hanya diam menyimak pembicaraan Adi dan Nanda sambil menyuapi Juna yang sekarang sedang sibuk dengan mainan barunya, entah kemana keyakinan Juna yang katanya ingin mandiri kemarin, aduh Juna.

Melihat Meira dari tadi sibuk menyuapi Juna membuat Adi khawatir jika sang istri belum makan apa apa, Adi juga tidak bisa memarahi Juna yang sibuk bermain dengan mobilnya karena pada dasarnya sifat anak kecil memang seperti itu.

"Ra kamu makan dulu sana, biar aku yang suapin Juna"titah Adi merebut sendok dari tangan Meira, Adi lalu beralih menyuapi dan meletakan makannya, mengabaikan protes dari Meira.

"Biar aku aja mas, aku udah terbiasa suapin Juna kok, mas lanjut makan aja itu makan mas masih banyak loh, aku belum terlalu lapar kok"Meira mencoba membujuk Adi tetapi tidak hiraukan oleh Adi, mendapati tidak ada respon atas perkataan nya Meira pun menyerah lalu mulai menyendok nasi ke piringnya.

Melihat sang istri sudah mulai makan Adi pun mengusap kepala Meira dengan lembut "nah gitu dong Ra, kamu kan sekarang gak sendirian, ada adek didalam perut, jadi kamu harus banyak makan biar sehat, jangan nunggu lapar itu enggak baik. Juna juga harusnya udah makan sendiri, kemarin siapa yang bilang mau mandiri?"Adi beralih bertanya kepada Juna yang sedang sibuk memainkan mobil mobilan barunya, Juna yang mendengar perkataan ayahnya pun langsung terdiam lalu menunduk merasa bersalah.

"Jangan gitu dong mas, juna hanya belum terbiasa aja kok"bela Meira tak tega melihat Juna.

Adi menghela nafas "iya mas tahu sayang, tapi juna udah umur 5 tahun sayang dia harus udah bisa mandiri biar gak ngerepotin kamu"ujar Adi membuat Meira memberengut kesal mendengarnya.

"Aku gak ngerasa di repotin kok! Mas kali yang merasa repot, aku sudah terbiasa dengan Juna, dia juga anakku kalo mas tau"Meira mendelik melihat Adi.

Merasa ucapannya salah dan malah membuat sang istri terpancing emosinya, Adi pun berusaha sabar agar tidak ikut tersulut emosi ia harus mengerti bahwa emosi ibu hamil memang kadang naik turun.

"Iya mas tau sayang, maaf ya mas salah, mas cuma mau Juna jadi lebih mandiri aja kok gak ada maksud yang lain"

"Ya aku kan gak suka kayak gitu mas, aku ngerti Juna harus belajar mandiri tapi ya tapi ada proses dong mas, Juna kan terbiasa apa apa sama aku, jadi dia gak biasa untuk serba mandiri, sedangkan kamu malah terus menerus menekan"

Adi memijit keningnya merasa pusing,  sepertinya memang semua hal menyangkut perempuan harus ia lakukan dengan hati hati, sekali berucap yang salah urusannya akan panjang.

"Iya Ra mas salah, maaf ya"

"Kok ke aku sih, ke Juna dong mas"

Tidak mau berdebat lagi Adi pun langsung menatap ke sang anak yang sedari tadi terdiam"Abang maafin ayah ya"pinta Adi sembari mencium ubun ubun Juna.

Transmigrasi AdiWhere stories live. Discover now