Bab 19

14.4K 1.2K 44
                                    

"Ini kalo ngulek di sini apa gak apa apa ya mas?takut roboh mejanya, soalnya udah lumayan reyot"Meira menatap tak yakin meja yang Adi peruntukan untuk berdagang besok.

"Insyaallah gak akan Ra, ini cuman sementara aja kok, nanti mas juga mau cari meja buat jualan yang kualitasnya bagus sekalian yang ada kacanya biar enak diliat tapi ya emang harus tanya tanya dulu ke ahlinya biar gak ketipu"ujar Adi sambil menepuk nepuk meja yang sudah di pindahkannya.

Saat ini Adi sedang menyiapkan keperluan untuk Meira berdagang besok, karna Adi belum mencari meja yang pas untuk berdagang jadi Adi memanfaatkan meja kayu yang ada di dapur untuk berjualan.

Meja tersebut berukuran 1×2 meter, awalnya meja ini di gunakan Meira untuk menyimpan masakan, magicom dan bumbu-bumbu masak yang ada di dapur tetapi Adi alih fungsikan untuk berjualan. Karna sudah di pakai lama jadi mungkin memang meja tersebut sudah agak kurang bagus dan lumayan reyot.

Agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan, Adi juga sudah sedikit membenarkan kaki meja nya agar lebih kokoh dan sudah mengecat ulang alas meja yang awalnya terlihat kotor bekas tumpahan makanan menjadi bagus.

"Mending kamu tidur aja Ra, katanya mau aku bangunin ntar subuh, itu juga martabak nya sudah di makan belum? Dari tadi kamu sibuk liatin aku terus di sini"

"Iya nanti bareng sama kamu aja mas, martabak juga sudah habis, aku makan semua soalnya laper mas"Meira tertawa malu malu.

"Bagus kamu makan banyak Ra, seneng aku dengernya. Juna gimana?sudah tidur?"tanya Adi dengan tangan yang masih sibuk mengecat kaki meja.

"Sudah mas, tuh lagi tidur di depan tv"tunjuk Meira ke arah ruang keluarga yang memang hanya terhalang oleh dinding, jadi bisa melihat dengan jelas Juna yang sedang tidur.

Adi menengok sebentar ke dalam rumah melalu jendela untuk mengecek anaknya tersebut "waduh baru makan sudah tidur ini anak, tadi juga kata Budi dia ketiduran di masjid loh ra, gak habis pikir aku kenapa anakku ini suka sekali tidur ya Ra"

Meira tertawa kecil "ya wajar sih mas, dia kan kalo gak di ajak main sama Budi gak akan tuh keluar rumah, di dalam rumah juga gak ada yang di kerjain jadi ya emang sering tidur, aku kan dulu kerja jadi gak ada waktu buat ajak Juna keluar"

"Maaf ya-"

"Sudah lah mas, gak ada habisnya kamu minta maaf terus kan aku sudah bilang gak apa apa, aku hanya mau cerita aja, gak maksud singgung kamu soal dulu kok"kesal Meira karna Adi selalu saja tiba tiba berubah melow jika Meira menyinggung soal dirinya yang dulu, Meira mengerti kalau suaminya ini sangat amat menyesal tetapi jika setiap saat meminta maaf juga Meira jadi tak enak.

"Iya sayang enggak lagi, tadi keceplosan aja kok"

Meira menghela nafas "ya sudah jangan di ulang lagi, aku gak suka loh mas"

"Iya iya enggak lagi kok"Adi tersenyum dengan memperlihatkan giginya lalu menatap Meira.

Entah kenapa Adi selalu sensitif bila Meira sedikit saja menyinggung soal masa lalu entah karna merasa bersalah atau apa, padahal Meira selalu marah setiap kali Adi meminta maaf apabila Meira tak sengaja bercerita dan menyinggung tentang kesalahan pemilik asli.

" ya sudah kalo udah beres cepat masuk ya mas, udah malam juga, besok di terusin lagi, aku masuk duluan ya mau mindahin Juna ke kamar dulu"tanpa menunggu jawaban Adi, Meira berlalu masuk ke dalam rumah.

"Aku saja yang pindahin Juna Ra! Kamu jangan coba coba gendong Juna!"teriak Adi panik lalu cepat cepat menyimpan alat catnya.

Adi selalu memperingatkan Meira untuk tidak membawa Juna dalam keadaan hamil besar karna takut terjadi hal yang tak diinginkan, walau badan Juna kecil, tapi berat badan Juna tidak bisa di remehkan, mungkin karna akhir akhir ini Juna suka makan,berat badannya pun semakin bertambah berat.

Transmigrasi AdiWhere stories live. Discover now