Bab 5

22.1K 1.2K 4
                                    

"Bunda sama ayah kenapa?"sahutan si kecil menghentikan pertengkaran kedua manusia dewasa tersebut, Juna dengan tampang polosnya berdiri diam sambil menatap Meira dan Adi dengan raut wajah bingung. Seluruh badannya di balut handuk yang terlilit tidak rapih di tubuhnya, tetesan air menetes dari tubuh si kecil Juna Hingga membuat lantai yang awalnya kering menjadi basah.

Meira menghela nafas lega saat melihat Juna tampak baik baik aaja, ia lalu melangkah menuju sang anak, memeluk tubuh kecil itu menyalurkan rindunya melihat Juna yang baru saja ia tinggal beberapa jam.

Sedangkan Juna yang tiba tiba di peluk oleh sang bunda mengerutkan dahi bingung, tapi ia senang saat ia baru saja selesai mandi sang bunda sudah berada di rumah, ia ingin menyombongkan prestasinya Karna bisa mandi sendiri tanpa bantuan sang bunda.

"Bunda! Tadi Juna mandi sendiri loh, Juna gak di bantu sama ayah sama sekali, Juna pintar sekali kan bund?" Juna berkata dengan sombong seolah-olah itu adalah suatu hal yang membanggakan, tak tau saja kalau sang bunda sudah bertengkar dengan sang ayah perihal ia yang di biarkan mandi sendiri.

Mendengar ocehan sang anak yang tampak riang tidak ada tanda tanda bahwa ia di perlakukan dengan kasar oleh sang ayah hatinya pun menjadi tenang,tetapi di sudut hatinya yang lain Meira tiba tiba merasa bersalah Karna sudah membentak sang suami.

"Iya anak bunda pintar sekali, sudah bisa mandiri ya sekarang"puji Meira sambil mengelus kepala sang anak dengan lembut, mendengar pujian sang bunda senyuman pongah terbit di bibir si kecil Juna.

Setelah sang bunda melepaskan pelukannya, Juna lalu berlari dengan terburu buru kehadapan sang ayah yang sedari tadi berdiri kaku di belakang sang bunda.

"Ayah Juna sudah bisa mandi sendiri, mulai saat ini Juna gak mau di bantu untuk mandi lagi yah"ujar Juna kepada sang ayah.

Adi berjongkok di hadapan sang anak mensejajarkan tinggi badannya dengan Juna, ia lalu memegang pundak sang anak lalu menepuknya dengan pelan "hebat banget Abang udah berhasil mandi sendiri, Abang pasti mau jadi contoh buat adek di perut bunda ya? Adek pasti bangga banget punya Abang yang udah bisa mandiri, nanti saat adek lahir giliran Abang yang bantu adek mandi ya? Abang mau kan ya bantu bunda jaga adek?" Tanya Adi di balas anggukan oleh Juna.

"Juna mau ayah! Juna sudah bisa mandi sendiri, Juna juga bakal belajar untuk melakukan semua hal sendiri biar gak ngerepotin bunda lagi, saat adek lahir Juna jadi bisa bantu bunda buat urus adek"Juna berucap dengan serius, ia terlihat begitu bertekad, tangannya terkepal dengan semangat.

Di sisi lain Meira yang melihat interaksi Juna dengan Adi hanya bisa menatap kelu, ia menyesali perkataan nya yang tidak sopan kepada sang suami, harusnya ia mengkonfirmasi dan memastikan kondisi Juna terlebih dahulu sebelum menghakimi Adi.

Meira menatap Adi dengan tatapan bersalah saat tak sengaja mata keduanya saling bertubrukan"mas maaf atas perkataan-"ucapan Meira terhenti ketika Adi menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, Adi tersenyum lembut lalu mengangguk menandakan bahwa ia tak masalah dengan perkataan Meira tadi.

Adi mengangkat tubuh Juna yang masih terbalut handuk, lalu berjalan melewati Meira sambil membisikan sesuatu yang membuat hati Meira lega.

'gak usah di pikirkan tentang tadi,aku gak apa apa kok'

Setelah berbisik kecil di telinga Meira untuk menenangkan istrinya yang tampak merasa bersalah, Adi pun berjalan ke arah kamar untuk membantu memakaikan baju untuk Juna.

Tapi Juna yang katanya bertekad ingin mandiri, melarang Adi untuk membantunya, ia berusaha untuk memakai bajunya sendiri walau waktunya lumayan lama dibandingkan jika Adi membantunya, tapi hal itu tidak sia sia ketika baju tidur bergambar tayo, kartun kesukaan Juna sudah terpasang dengan benar di tubuh kecilnya.

Transmigrasi AdiWhere stories live. Discover now