11. Senyum Batavia

92 10 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat malam!!!
Apa kabar?
Kangen tak? Kangen lah masa enggak, hehehe.
Nda sama Kak Ola baru aja update reels baru loh!!! Hayo siapa yang belum tengok? Buruan tengok dan kenalan sama tokoh-tokoh Senyum Batavia.
Kalian bisa tengok di ig @blueskynya_ dan @skyaquilaa

Seperti biasa, sebelum baca yok klik vote dulu biar kami semangat nulisnya. Jangan lupa spam komen juga yaa.

🐼🐨, 22 Februari 2024

Bab 11

Aira masih betah di perpustakaan, sejak jam kuliah selesai dia menghabiskan waktunya untuk membaca di sini. Hari ini, Ainun izin karena ada acara organisasi luar kampus yang dia ikuti. Berakhir dengan Aira yang harus sendiri.

Saat akan pulang, Zero baru mengabari dia tidak bisa menjemput Aira karena ada lembur. Aira tak masalah, dia akan pulang dengan ojek online saja. Tapi Aira kurang beruntung, ponselnya mati. Langit juga menjadi mendung, dia sudah keluar dari perpustakaan dan saat ini sedang menunggu di halte bus.

Benar saja hujan mengguyur tanpa izin, Aira sedikit terkena cipratan dari genangan air yang dilewati mobil. Badannya mulai menggigil karena sebagian bajunya basah.

𓅪𓅪𓅪

Jihan dan Umma Azrina baru saja selesai quality time berdua, mereka sedang di lobi mall menunggu Zaidan menjemput mereka. Saat melihat ke seberang, Jihan melihat seorang gadis yang tak asing baginya. Jihan langsung mengajak Umma Azrina untuk melihat.

"Loh? Aira?" sapa Jihan saat sudah di sampingnya.

"Kak Jihan?" Aira terkejut saat melihat yang menyapanya adalah Jihan. Jihan tidak sendiri, ada perempuan yang Aira prediksi adalah ibu dari Jihan.

"Alhamdulillah, kirain tadi salah sapa," lega Jihan. "Kamu disini nunggu jemputan?"

Aira menggeleng, "Enggak Kak. Lagi nunggu angkot lewat, hari ini Kak Zero enggak bisa jemput."

"Kalo gitu kita pulang bareng aja. Iya kan, Ma?" tawar Jihan yang dibalas anggukan oleh Umma Azrina.

"Iya Nak, bentar lagi juga mau maghrib. Pulang bareng kami aja," jawab Umma Azrina dengan lembut, wajahnya tidak luput dari senyuman yang menenangkan.

"Ini temen baru Adek yang kemarin di ceritain?" tanya Umma Azrina pada Jihan.

"Iya, Umma. Kenalin ini Aira, dan Ai ini Umma Kakak," Jihan memperkenalkan keduanya.

"Salam kenal Tante," ucap Aira.

"Salam kenal juga, panggil Umma aja. Temen-temen anak Umma, juga panggilnya Umma."

Aira mengangguk kaku.

"Nggak usah tegang Ai, Umma Kakak baik kok," ucap Jihan.

Tanpa sadar Aira sudah akrab dan nyaman saat mengobrol seperti teman lama yang baru berjumpa kembali.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Zaidan sampai. Jihan langsung menyuruh Aira untuk ikut naik ke mobil.

Melihat Aira yang ikut masuk Zaidan sedikit mengernyitkan alisnya bingung, lalu dia memilih untuk tidak bertanya.

"Maaf, Ma. Abang pasti lama banget, ya?" ujar Zaidan merasa bersalah karena terlambat menjemput ibu dan adiknya.

"Nggak papa, Bang. Sekarang kita anter Aira dulu ke rumahnya," jawab Umma Azrina dengan sedikit tersenyum.

"Baik, Umma." Zaidan langsung mengendarai mobilnya tanpa bertanya, dimana rumah Aira.

Saat di lampu merah, Zaidan baru ingat bahwa dia tidak tahu alamat rumah Aira.  "Alamatnya dimana?" tanya Zaidan to the point.

"Jihan kira Abang tau, main jalan aja." sindir Jihan. "Alamat rumahnya dimana Ai?"

"Perum Bunga Blok C," jawab Aira.

Mendengar itu, Zaidan langsung mengarahkan mobilnya ke alamat tersebut. Dia mengingat dan mencatat alamat itu dalam otaknya.

Setelah 50 menit menempuh perjalanan, akhirnya mobil Zaidani berhenti di depan sebuah rumah warna putih  bertingkat. "Ini kan?" tanya Zaidan memastikan.

Aira mengangguk, "Terima kasih, Bang, Kak, Umma. Mau mampir dulu? Sebentar lagi juga maghrib," tawar Aira.

Jihan melihat jam tangannya hanya dua menit lagi sebelum adzan magrib berkumandang.

"Dua menit lagi adzan maghrib," ujar Jihan pada Umma Azrina dan Zaidan.

"Jadi?" tanya Zaidan berusaha santai. Sebenarnya Zaidan agak gugup karena ada perempuan lain di sekitarnya, tapi dia berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja.

"Boleh mampir kan Ai?" tanya Jihan.

"Boleh," jawab Aira dengan semangat.

Aira langsung mengajak mereka masuk. Di teras, Bunda Zahra sudah menunggu Aira pulang.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam," jawab Bunda Zahra. "Kenapa baru pulang? Ini?" tanya Bunda Zahra pada Aira.

"Maaf, Bun. Oh! Kenalin Bunda, ini Ummanya Kak Jihan. Dan ini Kak Jihan, samping Kak Jihan, Abangnya namanya Bang Zai. Dan ini Bunda Ai."

"Saya Zahra, Bunda Aira."

"Saya Azrina, ini dua anak saya Jihan dan Zaidan," ucap Umma Azrina dengan memperkenalkan diri. "Maaf ya, kami sepertinya bakal ngrepotin Mbak sama keluarga," lanjut Umma Azrina dengan perasaan tidak enak.

"Enggak, Mbak. Monggo masuk dulu, sudah mau maghrib," Bunda Zahra mempersilahkan mereka masuk.

Saat masuk, mereka mengucapkan salam dengan lirih. Bunda Zahra langsung mempersilahkan tamunya untuk duduk dan Bunda Zahra izin masuk sebentar. Tentunya, Aira ikut karena dia sadar diri harus membantu bundanya.

"Ai, bantu Bunda siapkan ruang sholat. Mukenanya ambil lagi, boleh pakai mukena Bunda," titah Bunda Zahra. "Ini Bunda mau buat minum dulu."

"Siap!"

Aira segera kembali ke kamar, dia mengambil dua mukena tambahan. Saat keluar kamar, Aira berpapasan dengan Ayah Ravin yang sudah pulang kerja. Panas saja Bunda Zahra sampai menunggu diluar rumah. "Mau dibawa kemana mukenanya?"

"Ke ruang sholat Yah. Ada tamu, temen Ai sama Ummanya," jawab Aira.

Ayah Ravin mengangguk dan ikut turun untuk menemui tamu putrinya. "Assalamualaikum," salam Ayah Ravin.

"Wa'alaikumussalam."

"Bunda, ada tamu nggak bilang Ayah."

"Maaf Yah. Ini kenalkan temennya Ai. Jihan sama Zai, dan ini Mbak Azrina ibu mereka."

Zaidan agak kaget saat melihat ayahnya Aira, lalu dengan segera dia menyalami tangan kepala keluarga  Baswara. "Pak Ravin. Lama tidak bertemu,” ucap Zaidan dengan sedikit tersenyum.

"Oh? Pak Zaidan rupanya,” ucap Ayah Ravin kaget sekaligus senang karena mereka kembali bertemu sekian lama.

"Panggil Zaidan aja, Pak. Agak aneh kalo di panggil gitu diluar jam kerja." ujar Zaidan dengan kikuk.

"Baiklah, Nak Zaidan. Mari kita sholat dulu,” ajak Ayah Ravin sambil menuntun ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.”

Sedangkan Umma Azrina dan Jihan mengikuti Bunda Zahra dari belakang.

Setelah mereka selesai wudhu' Ayah Ravin langsung mempersilahkan Zaidan untuk menjadi imam shalat.

Senyum Batavia [END]Where stories live. Discover now