07. Senyum Batavia

98 10 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat pagi buta, bener ini baru ganti hari banget. Baru jam 00.31 pas ngetik ini.
Kalo ada typo tandai aja ya. Maklum sambil ngantuk pas revisi sebelum publis.

Jangan lupa buat vote, komen yang banyak spam lah minimal, dan share ke temen-temen kalian yang baca wattpad juga.

Selamat membava :D

Bab 7

Zaidan terlihat begitu bersemangat setelah mendapat kabar dari orang tuanya yang akan berkunjung. Dia bahkan buru-buru menyelesaikan pekerjaan pentingnya, lalu berniat mengambil cuti. Karena terlalu memaksakan diri, Zaidan akhirnya tumbang karena kelelahan dan magh akutnya kambuh.

"Lihatkan sekarang! Lo tuh kalo di bilangin ngeyel banget sih!" omel Nando pada Zaidan yang baru saja bangun dari tidurnya.

Saat ini mereka berada di rumah sakit, dokter menyarankan Zaidan untuk di rawat inap sampai kondisinya benar-benar membaik.

"Mau gimana lagi. Gue terlalu bersemangat karena Aba sama Umma bakal pulang," jawab Zaidan lemah, wajahnya masih terlihat pucat. Bicara sebentar saja sudah membuatnya lelah.

"Ngomong-ngomong, kok gue bisa ada di rumah sakit?" tanya Zaidan bingung.

"Samudra yang bawa, tadinya dia ke rumah lo buat numpang makan. Tapi malah ngelihat lo tepar di lantai," jelas Nando sambil mengupas buah yang dibawanya.

"Semalam lo pulang jam berapa sih? Kan udah gue bilang jangan lembur. Lagian dokumen yang lagi lo tangani itu kan masih punya banyak waktu." Nando terlihat kesal tapi juga khawatir. Untung saja Samudra datang ke rumah Zaidan, jika tidak mungkin Zaidan akan mati kedinginan di atas lantai.

"Maaf," lirih Zaidan, dia tidak enak karena sudah membuat sahabatnya khawatir.

Nando menyodorkan apel yang sudah di bersihkan dan juga di potong-potong berbentuk kelinci. "Nih, makan yang banyak!"

"Gak ada buah lain kah?" tanya Zaidan yang terlihat enggan untuk memakan apel.

"Nggak, makan aja apelnya!" jawab Nando, dia kemudian berdiri dari duduknya dan ingin keluar.

"Mau kemana?" tanya Zaidan saat melihat Nando yang berjalan kearah pintu.

"Beli bubur buat lo."

"Oke, hati-hati."

𓅪𓅪𓅪

Disisi lain, terlihat sepasang paruh baya dan juga seorang gadis yang sedang berdiri di depan sebuah rumah yang berlantai dua.

"Ba, beneran gapapa kita datangnya gak bilang dulu sama Abang?" tanya gadis itu, dia menatap rumah di depannya itu dengan penuh kerinduan.

"Aba udah bilang kok," jawab pria paruh baya itu.

"Iya sih, tapi kan Aba bilangnya bakal datang minggu depan," timpal gadis itu lagi. Dia tidak bisa berkata-kata dengan rencana ayah dan ibunya itu.

"Sstt.... Udah gapapa, mending kita masuk aja yok. Daripada dikira orang aneh sama tetangga," ajak seorang wanita yang sedari tadi menyimak percakapan antar ayah-anak.

Baru ingin mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tiba-tiba saja pintu sudah dibuka dari dalam. Hal itu membuat mereka kaget, bahkan orang yang membuka pintu juga ikut kaget.

"Astaghfirullah." Kaget pria yang membuka pintu tersebut.

"Eh? Nak Samudra, udah login ya?" tanya wanita tadi.

Senyum Batavia [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt