Bab 24

38.9K 3.7K 169
                                    

Jagad membawa Raya ke tempat makan yang lokasinya cukup jauh dari kantor. Ia memang sengaja mencari restoran yang suasananya mendukung untuk berbicara serius dengan Raya. Begitu sampai di restorannya, suasananya cukup sepi. Ada beberapa pelanggan yang ada di sana. Restoran yang dipilih Jagad terbilang mewah. Ia ingin mencoba peruntungan ingin mengungkapkan perasaannya pada Raya.

"Kamu cemburu ya kalo aku ngantar Zizi pulang?" tanya Jagad begitu pelayan meninggalkan mereka, setelah mencatat semua pesanan.

"Ngggak!" bantah Raya cepat.

"Berarti aku boleh ngantar Zizi atau cewek lain pulang?" tanya Jagad sambil mengamati perubahan ekspresi Raya.

Raya memajukan bibirnya mendengar pertanyaan itu terlontar. "Nggak boleh!"

Jagad mengulum senyum, merasa senang dengan jawaban Raya. "Kenapa aku nggak boleh ngantar Zizi atau cewek lain?"

Raya diam.

"Kalo kamu nggak ngomong, aku nggak bakal tau kamu maunya apa, Raya."

"Pokoknya Mas Jagad nggak boleh dekat sama cewek lain," ucap Raya dengan kepala tertunduk. "Kecuali lagi bahas kerjaan," lanjutnya menambahkan.

"Aku nggak boleh dekat sama cewek selain kamu, terus kamu boleh dekat sama cowok lain?"

Raya menatap wajah Jagad sesaat. "Emang aku pernah dekat sama cowok lain selain Bapak, Mas Jagad, Mas Gandi sama Mas Rafli?"

Jagad terkekeh, mau tidak mau harus membenarkan ucapan Raya. Selama ini, lingkungan pertemanan Raya benar-benar minim. Jagad hampir mengenal semua teman Raya.

"Jadi pacarku, aku janji bakal perlakuin kamu sebaik mungkin," ucap Jagad sungguh-sungguh.

Tanpa sadar Raya memilin jari di atas pengkuannya. Ia sedang berpikir keras mengenai jawaban yang akan ia berikan pada Jagad. Sejujurnya ia sendiri bingung harus jujur atau menyangkal perasaannya.

"Gimana, Raya?" tanya Jagad menuntut jawaban.

"Hmmm ... oke," ucap Raya akhirnya setelah berpikir cukup lama. Ia sudah tidak mau lagi menyangkal perasaannya. Daripada ia harus uring-uringan melihat Jagad bersama cewek lain, lebih baik ia jujur dengan perasaannya. Sebelum Jagad menyunggingkan senyum lebar, ia buru-buru melanjutkan kalimatnya. "Tapi jangan bilang ke Ibu dulu soal hubungan kita," lanjutnya pelan.

Rasa senang Jagad langsung terhempas begitu saja mendengar kelanjutan ucapan Raya. Ia mengerutkan keningnya dalam, masih tidak mengerti jalan pikiran Raya. "Kamu malu sama aku?" tanyanya menatap Raya yang masih menunduk.

Raya menghela napas keras, kemudian menggelengkan kepalanya pelanl. "Selama ini Ibu selalu jodoh-jodohin aku sama Mas Jagad, tapi aku selalu nolak. Kan nggak lucu kalo sekarang aku bilang ke Ibu kita ada hubungan. Mau ditaruh mana mukaku?"

"Nggak papa, lagian Ibu juga bakal ikut senang kalo tau kita jadian."

"Pokoknya jangan bilang ke Ibu dulu soal kita," tolak Raya tegas.

Jagad menarik napas dalam, lalu akhirnya mengangguk setuju. "Oke, aku nggak akan bilang ke Ibu dulu."

"Nggak bilang ke Ibu, Bapak, Mas Gandi dan Mas Rafli," sela Raya yang membuat mata Jagad membulat sempurna. "Pokoknya nggak boleh bilang ke mereka."

"Kenapa mereka juga nggak boleh tau soal kita?"

"Aku malu...."

"Kamu malu punya hubungan sama aku?" tanya Jagad membelalakkan matanya.

"Bukan malu punya hubungan sama Mas Jagad, lebih ke malu karena dulu sok nolak Mas Jagad, tapi ujung-ujungnya mau juga," sahut Raya dengan bibir cemberut.

Jagad Raya [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora