Bab 1

60.9K 4.1K 53
                                    

"Kamu beneran gak akan stay di Surabaya?"

Tangan Raya yang sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus sontak terhenti. Entah sudah berapa kali dalam sehari ini ia mendengar pertanyaan itu diajukan. Ia memutar tubuhnya, melihat temannya duduk di lantai sambil memainkan barang-barang yang sudah tertata rapi di dalam kardus. Dia adalah Erina, salah satu teman kuliahnya yang sangat dekat dengannya. Hari ini Erina membantunya merapikan beberapa barang yang ada di apartemen.

"Hmmm ... kayaknya aku nggak jadi cari kerja di sini," jawab Raya dengan suara lirih. Kakinya melangkah menghampiri Erina dan langsung ikut duduk bersila di lantai. "Kamu tenang aja, nanti aku bakal sering main ke Surabaya kok. Jarak Malang sama Surabaya kan dekat, tinggal ngesot doang udah sampai," lanjutnya berusaha menghibur temannya. 

Erina mengehela napas panjang. "Orang tuamu yang nyuruh balik ke Malang?"

Raya menarik napas, lalu menganggukkan kepalanya.

Erina menatap Raya dengan tatapan prihatin. "Barang sebanyak ini bakal kamu bawa sendiri?"

Raya menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Sudah banyak kardus dan koper yang memenuhi ruang tengah. Semua kardus berisi barang-barangnya selama tiga setengah tahun tinggal di Surabaya. Ada buku, baju dan barang-barang pribadi lainnya. Ia tidak mengira barang yang dikemas akan sebanyak ini.

"Masku nanti bakal datang buat bantu bawa sebagian barang ini. Soalnya kalo masuk ke mobilku semua nggak bakal muat."

"Iyalah, barangmu aja sebanyak ini," sahut Erina menatap kardus-kardus di depan matanya. "Kayaknya banyak di novel sama komik sih. Bisa sampai empat kardus," tambahnya.

Raya tertawa saat menyadari kebenaran ucapan temannya. Diantara semua barang yang sudah ia kemas, memang sebagian besar berisi novel dan komik. Meski zaman sudah serba digital, tapi Raya masih suka membaca dalam bentuk buku. Ada kesenangan tersendiri saat bisa menyentuh langsung dan mencium aroma kertas. Tak heran kalau koleksi novel dan komik lebih banyak dari buku kuliahnya.

"Eh, Intan ngabari kalo dia udah mau sampai," beritahu Erina tiba-tiba.

Raya berdiri, mengambil jaket yang tersampir di lengan sofa. "Kalo gitu aku nyusul Intan ke bawah sekalian ngajak dia beli makan. Kamu mau ikut?"

Erina menggeleng.

"Yaudah, kalo gitu kamu mau nitip beli makan apa?"

"Aku ngikut kalian aja deh."

Raya memakai jaketnya, kemudian mengambil dompet dan ponselnya di atas meja. "Gimana kalo nasi padang?

Erina mengangguk. "Boleh. Aku rendang aja."

"Oke. Aku tinggal sebentar ya." Setelah mengatakan itu Raya berjalan keluar dari apartemen.

"Raya!" panggil seorang perempuan yang berdiri di tengah lobi apartemen.

Senyuman langsung terukir di wajah Raya tatkala melihat Intan, temanya, melambai ke arahnya. Selain berteman dengan Erina, Intan juga salah satu teman yang begitu baik dengannya. Mereka bertiga sangat dekat dan biasanya kemana-mana selalu bersama. Melewati masa susah dan senang bersama di bangku perkuliahan. Kalau Erina tipe teman yang banyak bicara, lain halnya dengan Intan yang cenderung pendiam.

Raya segera merangkul lengan temannya dan berjalan keluar dari lobi apartemen.

Intan kebingungan karena Raya tidak mengajaknya untuk naik ke atas, malah berjalan keluar apartemen. "Kita mau kemana?"

"Beli makan siang."

"Emang beres-beresnya udah selesai?"

"Belum. Masih ada beberapa barang yang belum aku beresin."

Jagad Raya [Completed]Where stories live. Discover now